Budaya dan teknologi adalah sesuatu yang berkaitan dengan akal manusia yang menghasilkan alat untuk mengatasi permasalahan kehidupannya. Sehingga lahirnya teknologi bermanfaat bagi kehidupan. Jika menimbulkan kecanduan maka penggunanya perlu mengevaluasi diri. 

Dalam konteks berbudaya, manusia hidup menghasilkan budaya untuk kelangsungan kehidupannya. Jika produk budaya disalahgunakan, dalam hal ini teknologi, maka manusia tersebut perlu introspeksi diri dalam berbudaya. Teknologi adalah tools, yang kembali kepada manusia dalam penggunaannya.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Kecanduan Digital: NO! Kreatif dan Produktif: YES!”. Webinar yang digelar pada Senin, 27 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Zainuddin Muda Z Monggilo SIKom MA (Dosen Ilmu Komunikasi UGM dan Japelidi), Pradhikna Yunik Nurhayati SIP MPA (IAPA), Dr Bambang Pujiyono MM MSi (Dosen Fisip Universitas Budi Luhur Jakarta), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa (digital designer, photographer), dan Ken Fahriza (data analyst, influencer) selaku narasumber. 

Dalam pemaparannya Pradhikna Yunik Nurhayati menyampaikan bahwa kecanduan digital dapat dirasakan oleh pengguna ketika mereka mengecek media sosial terus-menerus, kompulsif berbelanja online, susah berhenti main game mobile atau online, dan gelisah ketika jauh dari ponsel. 

“Internet addiction disorder berdampak ketika menggunakan internet secara kompulsif dan masif, mengganggu fungsi individu, mengabaikan konsekuensi negatif, berlangsung dengan periode waktu yang lama, dapat berdampak fisik dan non-fisik, dengan mengonsumsi konten seperti game, media sosial, atau pornografi. Dalam mengatasi kecanduan internet, kita harus akui dan sadari, cari penyebab, catat yang terabaikan, buat prioritas, alokasi dan batasi, temukan aktivitas alternatif, buat rutinitas baru, kelola aplikasi, gabung komunitas, dan cari bantuan profesional,” jelasnya.

Ken Fahriza selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia bekerja di sektor IT sebagai data analyst. Ia cenderung sudah mengetahui dan memahami hal membatasi diri untuk menggunakan ruang digital, dengan hanya memanfaatkannya 10 persen porsi dari keseluruhan aktivitas sehari-hari saja. Pentingnya kesadaran diri sendiri dalam menggunakan ruang digital dan mengonsumsi konten. 

Ia pun sudah sadar akan membatasi pembagian data-data pribadi di ruang digital dan tidak ikut membagikan atau membuat konten-konten negatif karena rekam jejak digital tidak dapat atau sulit untuk dihapus. Berbagilah konten-konten yang positif saja, yang dapat memotivasi orang lain, dengan jarang upload kegiatan pribadi. Ciptakan ruang digital yang positif sehingga dapat membawa keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain.

Salah satu peserta bernama Septiani Dwinanda P menyampaikan, di zaman sekarang kompetensi bidang digital sangat banyak digeluti dan dimanfaatkan sebagai profesi maupun aktivitas sampingan masyarakat. Masyarakat bebas menggunakan potensi di ranah digital tersebut, akan tetapi kebebasan menyelami dunia digital berpotensi disalahgunakan, seperti maraknya hacker yang membobol situs bank luar negeri untuk mencuri uang nasabahnya. 

“Kebebasan yang seperti apa yang dibutuhkan era sekarang dalam bergelut di ranah digital dan upaya teknis apa yang dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan kebebasan ranah digital?” tanyanya.

Zainuddin Muda Z Monggilo menjawab, kebebasan serta tanggung jawab haruslah dipahami oleh setiap pengguna ruang digital. Kembali kepada alasan penggunaan ruang digital masing-masing, bebas dimanfaatkan untuk hal positif dalam memudahkan keseharian kita, maupun untuk kepentingan diri sendiri yang berujung dapat merugikan orang lain atau suatu kelompok. 

“Seperti memahami etika digital bahwa di dunia nyata dengan etika di dunia digital adalah sama. Terutama kini sangat mudahnya menyampaikan aspirasi dan komentar melalui sosial media, asal masih dalam batasan wajar dengan menaati netiket dan saling menghargai pengguna lain,” jawabnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]