Terdapat beberapa kompetensi literasi digital yang harus dipahami oleh kita sebagai pengguna media digital. Salah satunya adalah kita perlu memiliki kompetensi dalam memahami berbagai perangkat, platform, maupun aplikasi yang ada. Kompetensi ini berkaitan dengan pemahaman terhadap fungsi dan kegunaan dari perangkat maupun platform aplikasi yang ada.
Selain itu, ada pula kompetensi menganalisis, yaitu kita harus mampu berpikir kritis dan menganalisis berbagai pengetahuan dasar hingga kritis ketika mengakses atau menggunakan perangkat hingga platform aplikasi yang ada. Terlebih di zaman sekarang, di mana kita sangat gemar menggunakan berbagai aplikasi dan platform untuk melakukan belanja online. Bila tidak memiliki kompetensi yang sesuai, kita akan justru cenderung lebih banyak merasakan dampak negatifnya, padahal ia tercipta untuk memudahkan hidup kita.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Jangan Asal Belanja Online: Ketahui Privasi dan Keamanannya”. Webinar yang digelar pada Kamis, 18 November 2021, pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Aidil Wicaksono (CEO Pena Enterprise), E. Sumadiningrat (Mekar Pribadi, Praktisi Pendidikan & Seniman), Antonius Galih Prasetyo (Sosiolog & Penulis), Maryam Fithriati, M.S.W. (Co-Founder Pitakonan Studio and Management & Pegiat Literasi Komunitas), dan Renaldi (Content Creator & Entrepreneur) selaku narasumber.
Belanja online
Dalam pemaparannya, Antonius Galih Prasetyo menyampaikan, “Electronic commerce (e-commerce) adalah penjualan atau pembelian barang atau jasa, yang dilakukan melalui jaringan komputer dengan metode yang secara spesifik dirancang untuk tujuan menerima atau melakukan pesanan. Barang atau jasa dipesan dengan metode tersebut, tetapi pembayaran dan pengiriman utama barang atau jasa tidak harus dilakukan secara online.”
“Faktor yang memengaruhi belanja online adalah kepercayaan, kenyamanan, kelengkapan informasi, harga, waktu, kemudahan, jaminan keamanan, kualitas produk, desain website dan perilaku konsumsi. Terkait itu, jangan sampai kita alami kecanduan belanja online, yang ditandai dengan tidak merasa bersalah terhadap utang, menyesal setelah membeli sesuatu tetapi terus berulang, selalu ingin membuka aplikasi belanja online, dan kerap tertantang dengan flash sale. Cara mengatasi kecanduan belanja online yaitu dengan tunggu beberapa hari sebelum checkout keranjang, buatlah daftar belanja, catat pengeluaran, atur budget untuk pengeluaran, dan bila perlu hapus aplikasi belanja serta unfollow akun belanja di medsos.”
Renaldi selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, kadang bahaya terkait belanja online itu parah sekali, dengan para penjahat siber yang melakukan penipuan online dan targetnya bertahap. Kalau kita tidak sengaja mengklik link sembarangan, jangan sampai terpengaruh oleh promo-promo yang menarik dan ternyata kenyataanya tidak seperti itu, apalagi kalau ada diskon kita jadi ingin mengklik link phishing tersebut.
Ia sampaikan, kita sebaiknya belanja online di situs yang tepercaya seperti Tokopedia, dan carilah informasi yang mendalam mengenai situs yang kita kunjungi dengan cara baca dan pahami privacy dan policy agar kita tidak terjebak SOP yang tertera di platform itu. Selain itu, hindari melakukan transaksi menggunakan WiFi umum karena bahaya sekali; bisa jadi mobile banking kita tertarik karena para penjahat ini dapat mencuri data pribadi kita melalui penggunaan WiFi publik yang aksesnya terbuka bagi siapa saja.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Desi Anwar menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana cara menumbuhkan rasa ingin mencari tahu sebuah informasi baik itu dalam berbelanja online atau dalam menerima berita agar terhindar dari berita hoaks ataupun penipuan dalam belanja online? Sesuai dengan tema hari ini, kita harus mengetahui privasi dan keamanannya jangan asal belanja, sedangkan menurut saya masyarakat sekarang minim dalam menelaah sebuah informasi.”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Aidil Wicaksono, “Coba lihat apa yang teman-teman minati dan cari tahu lebih banyak soalnya; jangan sampai kebingungan dan mencari tahu informasi secara terpaksa. Dengan berlandaskan suatu minat atau kesukaan, kita akan mencari tahu tanpa dipaksa atau diminta. Diawali dulu dengan hal-hal yang disuka, masing-masing dari kita itu unik dan pasti punya satu hal yang menjadi kesukaan. Dari sana maka akan timbul rasa penasaran dan keingintahuan dengan sendirinya.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.