Dalam satu hari, manusia modern menghadapi banyak kemungkinan persoalan. Tuntutan mobilitas, sempitnya waktu untuk melakukan banyak hal, atau kemendesakan untuk menjadikan sejumlah urusan lebih efisien. Dengan sedikit bantuan dari teknologi dalam genggaman, satu per satu masalah ini bisa kita urai.

Mungkin kita pernah bertanya-tanya, kekuatan super apa yang kita butuhkan untuk menyelesaikan segala persoalan dan urusan kita di tengah-tengah aktivitas yang padat? Kita mungkin tak punya kekuatan super, tetapi kita punya aplikasi super: Gojek.

Kita sudah lama kenal Gojek dan barangkali menjadi bagian dari aplikasi yang telah diunduh oleh lebih dari 155 juta pengguna (per Juni 2019). Bermula dari call center layanan transportasi pada 2010 dan meluncurkan aplikasinya pada 2015, Gojek telah bertransformasi menjadi aplikasi dengan beragam layanan on demand.

Gojek memberi solusi atas persoalan harian kita. Aplikasi ini memberikan layanan transportasi, pesan-antar makanan, pem­bayaran digital, logistik, serta layanan merchant.

Gojek telah berkembang menjadi platform teknologi dengan tiga aplikasi super (super-app) untuk konsumen, mitra driver dan mitra merchant yang tergabung di dalamnya.

Gojek menggerakkan orang, barang, dan uang untuk mengantarkan pengguna dan mitranya mencapai kualitas hidup yang lebih baik, serta memberi dampak sosio ekonomi.

Ekosistem menyeluruh

Baru-baru ini, Senin (22/7/2019), Gojek menorehkan tonggak penting dalam sejarah perjalanannya, peluncuran logo baru yang diberi nama Solv. Logo ini diciptakan untuk merepresentasikan terintegrasinya seluruh ekosistem Gojek.

“Kami bangga dengan para mitra Gojek yang mampu berkembang bersama kemajuan teknologi, sehingga mereka bisa diandalkan oleh semua lapisan masyarakat kapan pun, di mana pun.

Mereka berperan aktif dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi digital dengan membantu mempermudah hidup jutaan masyarakat setiap hari,” kata Founder dan CEO Gojek Nadiem Makarim.

Menurut hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), Gojek berkontribusi sebanyak Rp 8,5 triliun dari mitra GoCar dan Rp 16,5 triliun dari mitra GoRide per tahun ke dalam perekonomian Indonesia. Gojek telah berhasil mengurangi tekanan pengangguran dengan memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan para mitra.

FOTO-FOTO: IKLAN KOMPAS/ E SIAGIAN.

Selama sembilan tahun berdirinya, Gojek tidak pernah lepas dari visi-misi untuk memberikan kontribusi dampak sosial dengan selalu fokus menciptakan solusi baru atas persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat selama ini. Secara fundamental, Gojek mengikis kesenjangan struktural yang ada di berbagai industri. Gojek berupaya menyelesaikan tan­tangan mobilitas, keter­batasan infrastruktur, maupun tingginya persentase masyarakat yang belum bisa memanfaatkan atau mengakses produk perbankan (underbanked population).

Hasil riset LD FEB UI juga menemukan bahwa Gojek telah berkontribusi Rp 44,2 triliun terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2018 dan perhitungan tersebut diambil dari empat dari dua puluh dua layanan yang Gojek miliki yaitu GoRide, GoClean, GoFood, dan GoMassage.

Co-Founder Gojek Kevin Aluwi me­nga­takan, pendekatan dalam mengem­bangkan layanan Gojek selalu pertama-tama berangkat dari kebutuhan konsumen dan mitranya. Gojek memanfaatkan teknologi, data, dan pemahaman tentang pasar tempat Gojek ber­operasi untuk menghadirkan inovasi dan kesempatan bagi semua pihak di dalam ekosistem ini supaya bisa hidup lebih berkualitas.

Aplikasi untuk konsumen, yang awalnya hanya menyediakan tiga layanan, kini telah berevolusi dan memiliki lebih dari 20 layanan on-demand untuk berbagai kebutuhan. Bahkan, aplikasi Gojek menjadi platform sosial saat memperkenalkan fitur chat antar-pengguna pada April lalu. Menggunakan GoPay, konsumen Gojek juga dapat memberikan tip nontunai dengan mudah. Tercatat total tip yang sudah diberikan melalui aplikasi Gojek saat ini mencapai Rp 285 miliar.

Di sisi aplikasi mitra, Gojek telah berubah dari sekadar aplikasi mencari order menjadi aplikasi yang juga membukakan akses untuk berbagai produk finansial serta fitur keselamatan dan keamanan. Sementara itu, dari sisi merchant atau mitra bisnis, Gojek berevolusi menjadi aset digital untuk ekspansi bisnis dan naik kelas.

“Teknologi yang kami tawarkan kepada merchant dari hulu ke hilir. Kami menawarkan kemudahan perluasan pasar melalui Go-Food, kemudahan pembayaran, inventori, point of sale, serta kemudahan membuat promosi sendiri,” kata Kevin.

Terbukti bahwa sejak bergabung menjadi mitra GoFood, menurut hasil riset LD FEB UI, 72 persen dari mitra merchant UMKM naik kelas klasifikasi omzet setelah gabung dan gunakan aplikasi khusus manajemen merchant GoFood.

Guna memastikan layanan terbaik untuk seluruh pengguna dan mitranya, Gojek terus memanfaatkan teknologi terkini, termasuk teknologi machine learning dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk membangun sistem pintar. Dengan sistem alokasi yang canggih dan pintar ini, terjadi peningkatan signifikan di sisi pengalaman mitra pengemudi dan konsumen, mulai dari penurunan tingkat pembatalan hingga utilisasi, serta peningkatan dispatch time.

Presiden Gojek Grup Andre Soelistyo bercerita, Gojek telah merambah pasar Asia Tenggara dan hadir di Vietnam, Thailand, dan Singapura. Pendekatan hyperlocalisation dari Gojek terbukti berhasil dengan tercapainya satu juta order di ketiga market tersebut hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan sejak mulai beroperasi. Sementara itu di Indonesia, hasil survei terbaru dari Alvara Research Center menyebutkan bahwa tiga layanan Gojek yaitu transportasi, pesan-antar makanan, dan pembayaran digital menjadi favorit milenial Nusantara.

Pencapaian Gojek sejauh ini akan lebih meyakinkan investor tentang kesuksesan model bisnis berbasis solusi pengguna yang dikembangkan Gojek sejak awal. Model bisnis ini terbukti bisa berkelanjutan dan membawa manfaat bagi semua pihak dalam ekosistem. Posisi Gojek yang semakin kokoh sebagai pemain teknologi terdepan di Asia Tenggara juga berkontribusi besar untuk Indonesia. Gojek dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital. Rebranding ini juga membantu memosisikan Indonesia sebagai pusat teknologi di Asia Tenggara.

Gojek telah membawa dampak positif yang signifikan. Seperti yang disampaikan Nadiem dalam peluncuran logo baru itu juga, Gojek lebih dari sekadar perusahaan. Gojek adalah revolusi di bidang teknologi dan, terlebih lagi, kemanusiaan.

Cerita Mitra

Fery Affianto (Mitra Pengemudi, Pekanbaru)

Bagi Fery, bekerja sebagai mitra pengemudi Gojek sangat menjanjikan. Diceritakannya, penghasilannya paling sedikit Rp 6 juta per bulan sebagai pengemudi. Kalau sedang tinggi, bahkan bisa mencapai Rp 3 juta per hari.

Fery bergabung juga dengan program Swadaya BPJS TK dari Gojek karena merasa risiko pekerjaannya tinggi. Pada Januari 2019, ia pernah mengalami kecelakaan. Biaya perawatannya cukup tinggi. Namun, karena sudah terdaftar dalam BPJS, ia tak perlu memikirkan biayanya.

“Saya sangat menganjurkan mitra driver untuk ikut program Gojek Swadaya, karena sebagai driver yang kerja di jalanan sehari-harinya, keselamatan itu sangat penting dan keselamatan kita akan terjamin dengan program ini,” kata Fery.

Maria Agatha, Berbisnis Cirengcrispi (Mitra Bisnis, Jakarta)

Cirengcrispi bergabung dengan Go-Food pada 2015 karena tertarik dengan teknologi dan kemudahan pengirimannya. Sebelumnya, Founder Cirengcrispi Maria Agatha kerap terkendala di pengiriman karena produknya cukup berat. Semenjak ikut Go-Food, ia tak lagi memusingkan masalah ongkos kirim karena berat produk. Ia bisa fokus pada penambahan variasi dan peningkatan kualitas produk.

“Pada 2016 saya mendapat Best Seller di kategori snack dan oleh-oleh. Sekarang saya sudah buka 4 cabang di Go-Food Festival (GFF) yang berbeda. Ini juga meningkatkan omzet saya. Dulu sebelum di GFF saja sudah naik 10 kali lipat hanya dengan Go-Food. Sekarang bisa sampai 20 kali lebih tinggi,” kata Maria.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 29 Juli 2019.