Di saat pandemi ini tentu alat yang paling sering kita gunakan adalah gawai atau smartphone. Terkait itu, budaya lokal sekarang sudah tercampur dengan budaya luar, sedangkan sebagian besar dari kita jadi tertarik untuk mencontohnya agar bisa ikutan “trending”. Selain itu, ada pula sejumlah website yang memunculkan iklan dan konten-konten negatif yang dapat mengubah pandangandan mindset kita yang melihatnya.
Hal yang perlu kita sadari adalah bahwa kita sendiri dapat mengatur dampak baik dan buruk yang kita dapatkan dari penggunaan internet. Misalnya, ketika algoritma kita kurang baik dan memperlihatkan banyak konten yang sifatnya negatif, berarti kita harus mengurangi membuka website yang tidak resmi atau tidak aman. Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, kita harus memegang kendali atas apa yang kita lakukan di ranah digital.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet”. Webinar yang digelar pada Selasa, 7 September 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Zahid Asmara (Art Enthusiast), Siska Sasmita, S.IP., M.P.A. (Dosen Universitas Negeri Padang & IAPA), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM & Praktisi Keuangan IAPA), Kokok Herdhianto Dirgantoro (Founder & CEO Opal Communication), dan Meliza Gilbert (Presenter TV) selaku narasumber.
Media sosial
Dalam pemaparannya, Siska Sasmita, S.IP., M.P.A. menyampaikan, “Mengapa komunikasi lewat media sosial bagai candu bagi masyarakat Indonesia? Itu karena orang Indonesia bisa menghabiskan waktu selama 3 jam 26 menit per harinya di media sosial saja. Hal yang dilakukan di internet dan media sosial adalah untuk berkomunikasi dan melakukan pekerjaan, ditambah lagi internet sudah digunakan untuk pembelajaran secara online.”
”Walau begitu, masih banyak sekali bentuk kejahatan yang menyerang para pengguna media digital, khususnya karena minimnya kesadaran untuk menjaga privasi saat berselancar di internet. Beberapa diantaranya adalah kasus penculikan, penipuan melalui online shop dan judi online, serta kasus pencemaran nama baik. Maka dari itu kita memerlukan kesadaran untuk menjaga privasi di aplikasi atau produk layanan online lainnya,” ujar Siska.
Meliza Gilbert selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa selain sebagai seorang presenter TV, ia juga suka share tentang kesehatan dan olahraga secara aktif di dunia digital. Ia sangat menyukai belajar hal-hal baru, dan jika memang bagus untuk di-share ke teman-teman, maka akan dia bagikan di media sosial. Dampak positif yang ia rasakan adalah bahwa media sosial bisa menjadi wadah untuk menceritakan sesuatu atau sharing sesuatu yang bisa berguna bagi semuanya. Sedangkan untuk dampak negatifnya ia melihat bahwa masih sering menemukan hoaks yang malang melintang, bahkan di akun media sosialnya sendiri.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Chika. C menyampaikan pertanyaan, “Untuk saat ini banyak konten-konten yang tidak seharusnya dilihat oleh anak-anak. Namun, hal ini tidak bisa dihindari, bahkan mereka yang di bawah umur saling menyebarkan konten tersebut ke teman-temannya, di mana mereka menjadikan itu sebagai cermin diri mereka sendiri untuk terlihat seperti apa yang mereka lihat. Sedangkan mereka sebetulnya belum paham apa maksud dari konten tersebut; mungkin mereka menganggap bahwa konten tersebut hanyalah hiburan. Lalu hal apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi hal tersebut?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Zahid Asmara. “Caranya adalah tidak terlepas dari pengawasan orang tua ataupun lingkungan. Artinya baik orang tua, guru, teman atau saudara yang kemudian tidak hanya memantau secara lingkungan luring atau offline, tetapi juga praktisnya dapat ikut menjadi native digital bersama adik-adik di media sosial. Lalu, bisa juga dengan melakukan kegiatan atau aktivitas di media sosial yang bisa membuatnya beradaptasi untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara lebih baik. Sikap kritis pun harus ditingkatkan agar tidak terjadi fear of missing out.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.