Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Cerdas dan Bijak Berinternet: Pilah Pilih Sebelum Sebar”. Webinar yang digelar pada Kamis, 25 November 2021 di Kabupaten Pandeglang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Trisno Sakti Herwanto (IAPA), Erwan Widyarto (Mekar Pribadi, Penulis dan Jurnalis), Novita Sari (Aktivis Kepemudaan Lintas Iman), dan Adetya Ilham (Kaizen Room).
Trisno Sakti membuka webinar dengan mengatakan, dalam menggunakan media digital, diperlukan kecakapan digital (digital skill). “Digital skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital. Mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, transaksi/ekonomi digital.”
Menurut sebuah penelitian, 45 persen perusahaan mengecek akun sosial media kandidat karyawannya. Hasilnya 1 dari 3 orang kandidat ditolak perusahaan pemberi kerja berdasarkan apa yang ditilik pada akun sosial media mereka.
Maka, perlu dipahami bahwa dunia maya sama dengan dunia nyata, terdapat ranah publik dan privat. Jangan terlalu suka “drama”. Jadilah netizen cerdas yang selalu membuat lagu berita positif, jadilah netizen cerdas yang anti dengan semangat kebencian di dunia digital cyber bullying dan lainnya.
Erwan Widyarto menambahkan, bak gunting atau pisau di rumah kita, internet pun bermata dua. Manfaatnya tidak terbantahkan. Namun, jika kita tenggelam di dalamnya lalu bertemu hal buruk, dan kita tidak punya bekal cukup untuk menghadapinya, akibatnya tidak tertanggungkan.
Kita sebagai penggunanya ingin teknologi digital tidak merugikan kita. Untuk itu, harus ada pedoman etis agar kita sadar bahwa ada tanggung jawab dalam menggunakannya. Di sinilah pentingnya kita pilah-pilih informasi di dunia digital.
“Diperlukan juga etika digital yang berguna sebagai prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku seseorang dalam melakukan aktivitas dengan media digital, membantu kita dalam membuat pilihan- pilihan tindakan yang benar dan sadar,” jelasnya.
Novita Sari turut menjelaskan, cara menjadi warga digital yang pancasilais yakni berpikir kritis, menghindari echo chamber dan filter bubble, gotong royong kolaborasi kampanye literasi digital. “Kemajuan teknologi didasarkan pada kesesuaiannya hingga tak anda sadari sudah menjadi bagian dari keseharian hidup,” katanya.
Sebagai pembicara terakhir, Adetya Ilham mengatakan, penting sekali untu melindungi perangkat digital. “Apa itu digital safety? yakni kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
Maraknya aktivitas digital yang dilakukan mengharuskan kita untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital yang kita miliki. Selain membantu memudahkan pekerjaan, transformasi digital mulai memunculkan kebiasaan baru. Namun, kebiasaan baru tersebut juga menimbulkan banyaknya kejahatan di dunia digital.
Dalam sesi KOL, Gloria Vicentia mengatakan ada dampak positif dan negatif di ruang digital. Dampak positifnya yaitu bisa ngerasain pekerjaan jarak jauh dari rumah atau WFH, dan kalau mau liburan jarak jauh untuk pesan tiket bisa lewat ponsel.
“Kalau dampak negatifnya seperti yang dikatakan para narasumber yaitu hoaks. Kalau dari aku negatifnya mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat karena orang orang sibuk bermain gadget. Lalu, kebanyakan netizen langsung komen tanpa dipikir, maka dari itu kita harus memfilternya terlebih dahulu,” pesannya.
Salah satu peserta bernama Reyhan Karismo menanyakan, bagaimana cara kita agar bisa mengedukasi orang-orang di sekitar kita, tidak ikut mengikuti tren negatif di media sosial?
“Pertama kita harus memberitahu jika konten negatif itu banyak sekali dampak buruknya di diri kita, seperti dalam mencari pekerjaan jadi sulit karena adanya jejak digital yang tidak baik. Maka dari itu kita harus memiliki kesadaran penuh dalam mengunggah dan membagikan hal-hal apapun itu di internet. Kita juga harus terus menerus memperlihatkan integritas kita di ruang digital,” jawab Erwan.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]