Apa itu konten negatif? Informasi atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Penghinaan, pengancaman nama baik, pemerasan berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian pengguna, penyebaran informasi atau paham yang berseberangan dengan nilai yang ada.

Biasanya paham tersebut bersifat intoleran atau tidak memiliki toleransi pada golongan yang memiliki pemahaman berbeda di luar golongan mereka. Pesan yang disampaikan cenderung fanatik, eksklusif dan disampaikan dengan sangat tegas dan memaksa. Sayangnya dengan mudahnya berekspresi di dunia maya, konten negatif semakin mudah juga tersebar oleh para pengguna media digital.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Paham Digital, ‘Jebakan Batman’ Hilang”. Webinar yang digelar pada Selasa (21/9/2021), pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Razi Sabardi (Pengamat Kebijakan Publik Digital), Ismita Saputri (CEO Kaizen Room), Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si. (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung & Japelidi), Andrea Abdul Rahman Azzqy, S.Kom., M.Si., M.Si.(Han) (Dosen Universitas Budi Luhur Jakarta), dan Ayu Rachmah (Automotive Enthusiast & Influencer) selaku narasumber.

Konten negatif

Dalam pemaparannya, Razi Sabardi menyampaikan, “Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk berantas konten negatif di dunia digital. Pertama, kita harus menyebarkan pesan dan ujaran anti terhadap kegiatan negatif di dunia digital, narasi alternatif pesan perdamaian dan kesatuan. Kedua, pantau, kumpulkan, dan laporkan apabila terdapat upaya penyampaian negatif di dunia digital yang sistematis dan masif baik dari individu maupun kelompok. Kemudian, kita dapat ajak keluarga, teman, rekan atau pengikut serta influencer untuk menyuarakan narasia kegiatan di dunia digital.”

“Kita juga dapat terlibat dalam upaya meningkatkan kesadaran antar sesama mengenai manfaat dan keuntungan toleransi, harmonis dan kohesi sosial. Lawan konten negatif dengan melakukan hal positif di dunia digital, seperti berinteraksi antar pengguna. Interaksi merupakan proses komunikasi dua arah antara pengguna terkait mendiksusikan ide, topik dan isu dalam media digital untuk menghasilkan karya bersama. Lalu berpartisipasilah dalam berbagi data dan informasi yang bermanfaat. Lalu, lakukan kolaborasi bersama untuk bekerja sama antar pengguna untuk memecahkan masalah bersama.”

Ayu Rachmah selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, ia pun pernah mengalami dampak negatif dari ruang digital. Ia pernah ditipu karena kurang literasi digital menjadi korban, dan ternyata terkena penipuan di ruang digital dituntut kita untuk lebih selektif cek dan verifikasi. Jadi menurutnya lebih baik kalau mau beli sesuatu online beli di official store saja, dari pada yang murah tapi tidak trusted.

Harus ingat bahwa masih banyak yang “nakal” dalam memanfaatkan ruang digital. Kita tidak boleh berkontribusi pada hal tersebut, dan harus memanfaatkan secara positif karena dunia digital itu benefitnya sebenarnya luar biasa. Jangan bawa perasaan, karena jempolmu harimaumu; bisa jadi penyakit hati baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Seleksi dulu segala hal yang ditemukan dan yang paling penting lakukan verifikasi karena kita harus memikirkan dampak sebuah postingan informasi.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Fujia Yunita menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana cara mengatasi miscommunication yang sering terjadi dalam bermedia sosial agar kita tidak masuk dalam jebakan batman atau penipuan, namun kreatifitas tetap dapat disalurkan?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si. “Jangan membuat sesuatu yang mengandung konten berbahaya atau sensitif. Ini yang menjadi PR besar; bagaimana bisa mengenali batas sensitivitas kita harus berkomunikasi sebanyaknya dengan orang mengenai apa yang menjadi concern mereka. Untuk berkarya sebenarnya tidak dibatasi, tetapi kalau misalkan konten kita ternyata mengandung kesalahan, minta maaf saja. Tidak perlu terlalu banyak alasan bahwa setiap orang persepsinya berbeda, tapi tunjukkan bahwa kita benar-benar menerapkan etika digital.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.