Memasuki musim hujan seperti sekarang, ancaman banjir mulai menghantui masyarakat Jakarta. Bukan perkara mudah menyelesaikan persoalan banjir yang telah melanda Jakarta sejak masih bernama Batavia pada zaman penjajahan Belanda. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pun terus berinovasi dan menempuh langkah konkret guna mengatasi banjir serta genangan.

Selain curah hujan yang tinggi, kapasitas saluran yang tidak mampu mengalirkan air menjadi salah satu penyebab banjir. Oleh sebab itu, Pemprov DKI Jakarta meningkatkan kapasitas saluran, agar debit air lebih mudah dikendalikan. Salah satunya adalah meningkatkan kapasitas sungai di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Proyek yang dibangun dengan anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ini ditargetkan rampung pada Desember 2022.

Upaya ini dilakukan karena lokasi tersebut penting dalam pengendalian banjir di Jakarta. “Lokasi ini adalah bagian dari infrastruktur pengendali banjir yang merupakan sistem tata air dari operasional pintu air Ciliwung Lama Manggarai,” jelas Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono saat meninjau proyek tersebut.

Heru berharap, peningkatan kapasitas sungai itu dapat meminimalkan potensi genangan yang terjadi di kawasan Pasar Baru. Agar pembangunan tersebut bermanfaat secara optimal, ia juga mengimbau masyarakat supaya disiplin membuang sampah di tempatnya.

Selain meningkatkan kapasitas 2 sungai/kali, Pemprov DKI Jakarta membangun dan merehabilitasi pula 9 polder serta 4 ruang limpah sungai/retensi air. Di samping ketiga program yang dikenal sebagai 942 Project tersebut, gerebek lumpur pun terus dilakukan untuk mengeruk sedimentasi kali/sungai, waduk/situ/embung, dan saluran.

Sinergi

Tidak hanya itu. Untuk meminimalkan banjir dan genangan di Ibu Kota, rumah pompa pun dioptimalkan  “Rumah pompa menjadi vital ketika hujan. Air yang disedot idealnya disalurkan ke aliran Kanal Banjir Barat. Nanti didekatkan lagi kerja sama dengan Kementerian PUPR sehingga kekhawatiran akan terjadi banjir dapat diminimalkan,” tutur Heru.

Pemprov DKI Jakarta meneruskan pula program pengendalian banjir seperti yang sudah berjalan sebelumnya. Saat ini tengah dilakukan pembebasan lahan guna peningkatan kapasitas Kali Ciliwung di Kelurahan Rawajati, Jakarta Selatan.

Program tersebut merupakan hasil sinergi dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) wilayah, wali kota, maupun kelurahan terkait. Hingga Oktober 2022, telah dibebaskan 162 bidang tanah, dengan luas total sekitar 3,5 hektar.

Inovasi dan Langkah Konkret Pemprov DKI Jakarta Atasi Banjir
Kegiatan gerebek lumpur untuk mengantisipasi banjir saat memasuki musim hujan.

Normalisasi

Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta juga membebaskan tanah untuk normalisasi Sungai Ciliwung. Selain itu, Pemprov DKI pun membuka ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru yang dapat dimanfaatkan sebagai resapan maupun penampung air.

Kepala Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta Yusmada Faizal mengungkapkan, ada tiga penyebab banjir di Jakarta. Pertama, kiriman air dari hulu Ciliwung di Bogor. Kedua, curah hujan ekstrem di Jakarta. Ketiga, banjir rob karena peningkatan air laut dan penurunan tanah di pesisir Jakarta Utara.

Terkait penanganan banjir, Yusmada menjelaskan, karena 13 sungai yang melintasi Jakarta berada di bawah wewenang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pemprov DKI berkolaborasi dengan kementerian tersebut. “DKI menyiapkan lahan-
nya dan PUPR membangunnya,” ujar Yusmada.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Heri Mulyono menegaskan, normalisasi Sungai Ciliwung dapat menjadi solusi pengendalian banjir di Jakarta. Ia menguraikan, dari total tanggul 33 kilometer yang direncanakan, saat ini, sudah 16 kilometer yang terbangun. Sisanya sedang dalam tahap proses kerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta.

Sodetan, bendungan, dan RLS

Bambang menambahkan, pro­yek sodetan yang mengalihkan air dari Sungai Ciliwung ke Kali Cipinang untuk dialirkan ke Kanal Banjir Timur (KBT), Jakarta Timur, dapat mengurangi sekitar 200 hektar dari 600 hektar area terdampak banjir sebelumnya. Sodetan sepanjang 1.200 meter yang dibangun sejak 2013 ini ditargetkan akan selesai pada Agustus 2023.

“3 Oktober lalu, satu terowongan sudah bisa tembus. Sekarang, sedang mengebor tunnel kedua di sebelahnya. Diameter terowongannya 3,5 meter, menggunakan bor yang berdiameter 4 meter. Ini 12 meter di bawah jalan raya sehingga pembangunan sodetan tidak mengganggu aktivitas di atasnya,” papar Bambang.

Sementara itu, di Kabupaten Bogor yang merupakan bagian hulu Ciliwung, BBWSCC membangun dua bendungan, yakni Sukamahi dan Ciawi, yang masing-masing dapat menampung air sebanyak 1,68 juta meter kubik dan 6,05 juta meter kubik.

Sedangkan untuk mengantisipasi limpasan air dari Bogor, Pemprov DKI Jakarta membangun Ruang Limpah Sungai (RLS) Brigif, Pondok Ranggon, serta Lebak Bulus. Menurut Sekretaris Dinas Sumber Daya Air Dudi Gardesi, RLS tersebut dapat mengurangi debit banjir sekitar 20 persen.

Tanggul Laut

Untuk menanggulangi banjir rob di wilayah pesisir, Pemprov DKI Jakarta juga bekerja sama dengan Kementerian PUPR untuk membangun tanggul laut NCICD (National Capi­tal Integrated Coastal Development). Ada tiga tahap (stage) dalam pembangunan tanggul tersebut. Pertama, stage A yang terdiri dari pantai dan muara sungai. Kedua, stage B yang terdiri atas tanggul laut (lepas pantai) di sisi barat. Ketiga, stage C yang terdiri atas tanggul laut (lepas pantai) di sisi timur.

Pembangunan tanggul NCICD diprioritaskan pada stage A, yaitu tanggul yang berada di pesisir pantai Jakarta sepanjang 46,2 kilometer. Saat ini, panjang tanggul yang telah dibangun sepanjang 12,6 kilometer. Sementara itu, pembangunan sisanya dibagi berdasarkan skema kewenangan antara Pemprov DKI Jakarta (22,6 kilometer) dan Kementerian PUPR (11 kilometer). [AYA/BYU]

Baca juga:

Integrasi dan Kolaborasi untuk Tangani Kemacetan di Jakarta

Pemprov DKI Jakarta Genjot Upaya Integrasi Antarmoda Transportasi