Menjadi seorang youtuber kini menjadi salah satu cita-cita. Agar menjadi youtuber membawa dampak positif, banyak nilai seni budaya yang butuh dibagikan untuk memperkuat citra Indonesia di dunia.

Positif adalah sebuah nilai yang dilihat dari berbagai sudut pandang bermanfaat untuk orang-orang yang membutuhkan. Selain menghasilkan konten yang positif, para youtuber ini juga harus memahami pentingnya menjadi produktif dengan cara melihat kembali apa hubungan keahlian kita terhadap budaya yang kita terapkan. Kita perlu ketahui cara memanfaatkan media baru agar menjadi kawan bukan lawan.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tips dan Trik Menjadi Youtuber Positif dan Produktif”. Webinar yang digelar pada Senin, 26 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Zahid Asmara (art enthusiast), Wulan Furrie MIKom (praktisi dan Dosen Manajemen Komunikasi Institut STIAMI), Bathara Saverigadi Dewandoro (Mekar Pribadi, seniman dan motivator), Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti di Institut Humor Indonesia Kini), dan Fajar Gomez (aktor, host TV dan komedian) selaku narasumber.

Wulan Furrie menyampaikan, platform digital kini sangat berkembang pesat dan bisa dimonetisasi, serta memiliki potensi pasar yang besar untuk menghasilkan uang, sehingga banyak yang melihat kesempatan untuk menjalankan profesi yang menjanjikan. Keuntungan menjadi seorang youtuber adalah memiliki penghasilan yang menggiurkan, menjadi terkenal, memiliki pengetahuan baru, dan mendapatkan teman dan relasi.

“Agar mudah monetisasi Youtube, butuh kesabaran, komitmen, dan kerja keras. Sebelum menjadi youtuber, kita harus punya tujuan dan misi, serta terlebih dulu memilih audiens yang tepat, memilih tema dan topik video, dan harus produksi video secara konsisten. Jangan lupa untuk melakukan promosi akun Youtube di media sosial lainnya. Terapkan juga etika yang adalah pedoman baik dan butuh perilaku yang sifatnya universal. Di manapun tempatnya di dunia, merugikan orang lain secara moral atau material itu tidak etis, termasuk menghina orang,” katanya.

Fajar Gomez juga mengatakan, selama ini ia sibuk di acara TV nasional dan menjalankan channel Youtube berisikan informasi-informasi tentang motor. Kebetulan ia adalah seorang biker dan mempunyai hobi di bidang motor gede. Ia menggunakan platform Youtube untuk tetap menjalankan sesuatu yang positif dan berbagi kebahagiaan, baik untuk dirinya maupun orang lain.

Menurutnya, seorang content creator harus memahami terlebih dulu konten apa yang ingin dibuat untuk menghindari hoaks. Kita juga harus lebih menjaga tata bicara agar lebih mudah diserap oleh para viewers dan tentunya harus lebih melek digital.

Peserta bernama Sinta menyampaikan, “Bagaimana tanggapannya tentang youtuber atau live streamer yang suka berbahasa kurang sopan dan tidak wajar? Bahkan banyak dari mereka yang suka merokok di depan kamera. Apakah hal itu diperbolehkan, karena menurut saya itu sudah menjadi hal yang meresahkan untuk anak-anak, karena tidak jarang anak-anak menonton mereka dan mengikuti perkataannya?”

Bathara Saverigadi Dewandoro menjawab, Youtube itu memang tidak membatasi perilaku-perilaku para youtuber. Namun, yang pasti anak perlu diajak diskusi dan diberitahukan apa saja yang negatif dan positif tentang para youtuber ini. Perlu luangkan waktu untuk mengajarkan mengenai hal itu agar menghindari hal-hal negatif yang dapat terjadi pada anak.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]