Orangtua berperan mendidik dan mengarahkan dalam menggunakan gadget. Kesadaran anak harus ditanamkan sejak dini. Hal itu terungkap dalam webinar dengan tema “Digital Parenting Zaman Now” yang diselenggarakan Rabu (9/6/2021).
Webinar yang merupakan bagian sosialisasi dan pendalaman Seri Modul Literasi Digital diselenggarakan khusus bagi 14 kabupaten/kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten. Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu Sigit Widodo (Internet Development Institute), Hayuning Sumbadra (Kaizen Room), Annisa Choiriya (Kaizen Room), dan Krisna Murti SIKom MA. Hadir pula Ayu Rachmah sebagai narasumber key opinion leader (KOL).
Pentingnya pengawasan
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Narasumber pertama, Sigit Widodo, bicara soal digital ethics dan mengawali pemaparannya dengan pentingnya mengawasi pergaulan anak, terutama di dunia maya.
“Dalam era sekarang, sangat sulit bagi orangtua untuk memfilter pertemanan anak. Zaman dulu, kita bisa mengetahui dari siapa yang datang ke rumah untuk bermain atau siapa teman di sekolah, tapi sekarang bisa berteman dari dunia digital dan sering kali kita jadi tidak tahu siapa yang ia kenal melalui media sosial,” ujarnya.
Melihat banyaknya kasus perkenalan lewat media sosial berujung tidak baik, ia juga mengingatkan peserta webinar bahwa sebagai orangtua, yang perlu diperhatikan adalah membuat anak bisa terbuka untuk bercerita.
Hayuning Sumbadra memaparkan, dewasa ini, tersedia sejumlah aplikasi untuk membantu orangtua mengawasi anak dalam dunia digital, contohnya ESSET Parental Control, Google Family Link, Kids Zone, dan Plano.
Selain itu, ia memberikan sejumlah tips untuk menjaga anak terkait dengan penggunaan internet sebagai bentuk digital skills, seperti membuka pembicaraan tentang kegiatan di internet (tidak hanya bertanya, tetapi juga berbagi), meminjamkan gadget pada anak dan memberikan batas waktu penggunaan, serta tidak memberikan akses bebas untuk anak di bawah 13 tahun.
“Dengan adanya aplikasi khusus anak di atas 13 tahun, jangan sampai orangtua menyerah karena anak rewel dan akhirnya membiarkan ia bermain gadget. Orangtua dapat menjelaskan kepada anak untuk mengerti bahwa ini demi keamanan anak dan agar ia tidak terekspos dengan konten (negatif) di internet. Jadi, anak di bawah 13 tahun harus diedukasi terlebih dahulu,” tambahnya.
Pola asuh
Pembahasan selanjutnya terkait digital safety oleh Krisna Murti SIKom MA mengangkat topik pola asuh pada era digital zaman sekarang.
“Sering kali orangtua meminjamkan gadget pada anak karena anak rewel dan akhirnya orangtua butuh menenangkan anak. Sebaiknya, anak pada umur 0–2 tahun tidak boleh menggunakan gadget terlebih dahulu dan di bawah 13 tahun juga masih harus dipantau,” himbaunya.
Lebih jauh Krisna menjelaskan, “Kesadaran anak juga harus tertanam sejak dia masih kecil. Orangtua harus bisa menjelaskan dan mengetahui apa yang ditonton oleh anak dan apakah sudah sesuai umur. Dengan mengetahui mana tontonan yang sesuai dan mana yang tidak akan memupuk kesadaran pada anak.”
Berikutnya, Annisa Choiriya menjelaskan seputar digital culture, yang merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Annisa menegaskan, hal itu merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital.
“Penerapan budaya digital lebih ke arah mengubah pola pikir atau mindset agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital,” ujarnya.
Ayu Rachmah juga berkontribusi pada pembahasan dengan mengungkapkan bahwa media sosial dapat menjadi hal yang positif bisa membagikan hal yang positif pula. Oleh karena itu, terdapat peran orangtua dalam mengarahkan anak untuk mempergunakannya dengan bijak.
“Jika terdapat konten negatif atau yang mengandung hoaks, kita bisa membacanya terlebih dahulu, lalu mau untuk mem-filter berita yang kita liat di media sosial dan mencari tahu apakah berita ini benar atau tidak. Kita dapat juga selektif ketika membaca komentar,” jelasnya.
Menurut Ayu, skill yang dibutuhkan untuk cakap dalam digital adalah keinginan untuk belajar. “Dengan adanya keinginan dan rasa haus akan ilmu, akan ada keinginan untuk belajar tekonologi, ditambah lagi seiring berkembangannya ranah marketing digital yang banyak manfaatnya,” tambahnya.
Kegiatan lain
Antusiasme peserta terhadap tema webinar terlihat dari berbagai pertanyaan yang dilontarkan saat sesi tanya jawab. Salah satunya terkait cara membimbing anak ketika anak lebih mahir dalam hal digital sehingga orangtua tidak bisa membimbing anaknya dengan sangat mawas.
Jawaban dari para narasumber, mau tidak mau orangtua harus terbuka dan mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Adapun pertanyaan mengenai cara mengajak anak untuk dapat mengatur waktu dalam menggunakan gadget.
Hal itu bisa diakali dengan mengajak anak melakukan kegiatan lain agar anak tidak berpikir kalau dia tidak ada kegiatan selain bermain gadget. Penting untuk salurkan aktivitas dan bakat anak agar tidak terlalu tergantung pada gadget.
Seperti dikatakan Presiden Joko Widodo, “Literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital.”
Presiden memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional. “Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkret di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Presiden.
Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital, sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021, dengan berbagai macam tema yang pastinya mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis. Para peserta juga akan mendapatkan e-certificate atas keikutsertaan webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.