Banyak sekali kemudahan teknologi yang kita rasakan saat ini, tetapi biasanya kemudahan ini membuat kita menjadi lebih konsumtif. Aplikasi beragam membuat kita bisa melakukan apapun. Dengan adanya pandemi, kita dipaksa menjadi serba online.
Terkait itu, kita harus memiliki kompetensi literasi digital, yaitu kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengkomunikasikan konten atau informasi dengan kecakapan kognitif maupun teknis.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tren Aplikasi Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 13 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Eko Sugiono (Digital Marketer Expert G Coach), Bambang Kusbandrijo (Dosen UNTAG Surabaya dan Pengurus DPP IAPA), Ayuning Budiati (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan IAPA), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa (Digital Designer dan Photographer), dan Kneysa Sastrawijaya (Business Owner) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Ayuning Budiati menyampaikan bahwa aplikasi yang menjadi tren di kuartal pertama 2020 adalah TikTok. Namun, secara bulanan active user yang paling tinggi penggunanya adalah Facebook, WhatsApp, dan Facebook Messenger. Dalam penggunaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bermedia sosial.
Pertama, kita harus selalu memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia, serta selalu profesional dan tidak berpihak. Kedua, selalu memelihara dan menjunjung tinggi standar etika, nilai dasar, reputasi dan integritas. Jangan lupa untuk selalu menjaga kerahasiaan negara, memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan terkait kepentingan kedinasan.
“Kita juga tidak boleh menyalahgunakan informasi internal negara untuk keuntungan diri sendiri atau orang lain. Jangan lupa untuk selalu gunakan media sosial secara bijaksana, dan sebarkan informasi yang jelas sumbernya agar terhindar dari pembuatan hoaks, fitnah, dan provokasi,” jelasnya.
Kneysa Sastrawijaya selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa internet ini sangat membantu para pebisnis online, walaupun beberapa di antara kita banyak yang shock dengan aktivitas-aktivitas yang dipaksa secara online. Internet sudah melebar, walaupun belum terlalu merata.
Kalau kita tidak berjuang mengkuti perubahan, mungkin kita akan kalah. Komunikasi lebih tidak terbatas lagi; aplikasi yang bermunculan mulai bersaing. Namun, perlu disadari bahwa hal ini akan sangat membantu perekonomian negara kita.
Seiring dengan perkembangan ini juga banyak yang terjebak dalam hal-hal negatif, seperti berita hoaks dan pornografi yang masih sulit untuk kita redam. Di sini kita sebagai pengguna media digital yang harus lebih berhati-hati dan aware dengan cara berkomunikasi di dunia digital. Hati-hati dalam memilih aplikasi, jangan sampai terjebak. Kalau memang bermanfaat lanjutkan, kalau tidak tinggalkan saja.
Salah satu peserta bernama Amira menyampaikan, “Sebenarnya apa yang melatarbelakangi netizen Indonesia suka berprilaku buruk di internet? Apakah hal ini terjadi karena mayoritas masyarakat Indonesia lebih suka melihat dan melakukan hal-hal yang provokatif dan menimbulkan perdebatan, atau karena banyaknya pengangguran di Indonesia sehingga membuat netizen berprilaku buruk dan tidak sopan di internet?”
Ayuning Budiati menjawab, pada dasarnya hal itu banyak disebabkan adanya gap yang mampu mengakses internet dan tidak mampu mengakses internet. Penyebabnya bisa politik, budaya, ekonomi, dan lain-lain yang bisa menyebabkan hal dan perilaku negatif.
“Misalnya budaya Suku Baduy sangat menghargai alam, sehingga tidak bisa menggunakan internet. Hal ini harus kita hargai. Internet hanya media saja, jadi bagaimana kitanya saat menggunakan internet tersebut, yang tentunya harus terus bijak dalam berinternet dan terus meningkatkan kecakapan di dunia digital,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Pusat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]