Seorang content creator harus mengumpulkan ide, data, dan melakukan riset sehingga menghasilkan konsep yang bagus dan menarik. Kita harus menciptakan konten yang sesuai dengan identitas dan juga branding yang khas, dan selalu berusaha untuk memenuhi tujuan yang telah disepakati dalam sebuah konten.

Selain itu, penting untuk menyesuaikan konten dengan platform yang dipilih. Kita juga harus ketahui beberapa jenis konten yang dianggap melanggar, seperti pornografi, mengandung hasutan kebencian terhadap individu atau kelompok tertentu, pelecehan, cyberbullying, dan deskripsi, tag, dan judul yang menistakan untuk meningkatkan jumlah penayangan.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tren Aplikasi Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 13 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Anang Masduki (Dosen Ilmu Komunikasi UAD), Arfian (Dosen dan Konsultan SDM), Bonny Prasetia Ajisakti (Program Director Swargama Group dan Sekjen Forum Diskusi Radio Indonesia), Misbachul Munir (Entrepreneur dan Fasilitator UMKM Desa), dan Audrey Chandra (News Presenter) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Misbachul Munir menyampaikan bahwa dewasa ini perkembangan teknologi informasi berkembang pesat. Hajat hidup manusia dari aspek sosial, ekonomi, budaya ditopang perangkat digital. Terkait itu, penting menerapkan keamanan digital yang merupakan sebuah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital dapat dilakukan secara aman dan nyaman.

“Walau begitu, penting untuk memahami berbagai bentuk ancaman di dunia digital, seperti kejahatan dengan berbagai modus, menawarkan produk yang belum beredar atau dengan harga miring, promo diskon dan penawaran menarik, resi palsu, dan mengklaim toko offline orang lain,” jelasnya.

Audrey Chandra selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia melihat banyak orang melakukan promosi di Instagram Story, dan akhirnya ia terdorong untuk belajar mengedit video pada saat di-endorse. Saat pandemi akhirnya belajar banyak hal yang tadinya tidak bisa.

Ia mencoba promosi UMKM dan mendapat respons yang baik; bukan hanya ada yang beli tetapi ada yang mengatakan bahwa kemampuan edit videonya bagus. Menurutnya hal yang penting saat berkolaborasi di media sosial bukan hanya belajar apa yang kita mau tapi tentukan juga apa yang akan kita pelajari yang bermanfaat bagi sesama.

Salah satu peserta bernama Syakir Hamdi menyampaikan, “Budaya digital merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital. Bagaimana strategi menumbuhkan perilaku dan budaya dalam transformasi digital yang sesuai dengan budaya Indonesia yang berlandaskan Pancasila?”

Bonny Prasetia Ajisakti menjawab, “Dalam sebuah konten digital kita dapat melihat sekeliling kita, misalnya kita harus tahu di Jakarta ada ondel–ondel yang menjadi sebuah budaya Betawi yang masih dilestarikan. Hal itu bisa dijadikan konten yang bisa menghasilkan. Itu bisa mencerminkan bahwa masih sangat banyak budaya lokal yang masih belum diunggah di media sosial. Terkait itu, penting untuk saling bahu-membahu untuk menampilkan budaya daerah.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]