Sejak diperkenalkan pada 2015, GO-FOOD telah menjadi pemain utama online food delivery, tidak hanya di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara dan dunia. Bahkan kini, pihak GOJEK, induk perusahaan dari GO-FOOD menyatakan, layanannya menjadi pemain terbesar ke-3 di dunia untuk layanan pesan-antar makanan.
GO-FOOD sendiri telah memberikan sumbangan yang sangat besar untuk GOJEK, bahkan Indonesia sendiri. Berdasarkan riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), kontribusi dari Mitra UMKM GO-FOOD mencapai Rp 18 triliun. Hasil riset ini terangkum dalam penelitian berjudul Dampak GOJEK terhadap Perekonomian Indonesia pada Tahun 2018.
Melalui riset ini juga diketahui, ada peningkatan kepercayaan dan dampak positif yang dirasakan oleh UMKM setelah bergabung dengan GOJEK di layanan GO-FOOD. Salah satu dampaknya adalah peningkatan volume transaksi hingga kenaikan klasifikasi omzet usaha.
Rata-rata pelaku UMKM itu mengalami peningkatan omzet 3,5 kali lipat sejak bergabung dengan GO-FOOD. Dampak positif ini membuat 85 persen responden mengaku menginvestasikan kembali pendapatannya ke dalam usaha mereka.
Berdampak positif
Berdasarkan riset LD FEB UI, manfaat yang nyata ini membuat kepercayaan kepada GO-FOOD terus bertambah. Sebanyak 87 persen responden UMKM menilai layanan GO-FOOD lebih tepercaya dan aman dibanding kompetitor.
Dari riset ini juga ditemukan aplikasi manajemen merchant, yang bernama GO-BIZ, menjadi fitur yang sangat berguna. Melalui aplikasi ini, merchant bisa leluasa mengubah menu, harga, foto, jam operasional, hingga bisa mengetahui informasi pesanan sebelum mitra driver datang.
Wakil Kepala LD FEB UI Paksi CK Walandouw mengatakan, teknologi manajemen merchant ini menjadi kunci mengakselerasi pertumbuhan dan daya saing UMKM pada era digital.
“Sebab, menumbuhkan bisnis UMKM tidak cukup hanya membantu memperluas pasar, tetapi harus membangun ekosistemnya. Kami lihat inilah yang dilakukan GOJEK dengan teknologi yang ditawarkan, yang dianggap responden cukup lengkap dari hulu ke hilir,” kata Paksi.
Fitur teknologi ini pun berdampak langsung pada performa bisnis UMKM. Riset LD FEB UI menemukan 55 persen responden UMKM mengalami kenaikan klasifikasi omzet sejak bergabung di GO-FOOD. Sedangkan 72 persen responden mengalami kenaikan klasifikasi omzet setelah menggunakan aplikasi khusus manajemen merchant. Sementara itu, 93 persen responden mengalami peningkatan volume transaksi.
Memahami semua pihak
Kontribusi mitra UMKM GO-FOOD pada 2018 telah naik hampir tiga kali lipat dibandingkan 2017. Tak heran, bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), layanan GO-FOOD dinilai sangat menguntungkan secara omzet. Paksi menyebut, teknologi yang dikembangkan oleh GOJEK menjadi faktor kenapa layanan ini bisa memelesat.
Chief Food Officer of GOJEK Group Catherine Hindra Sutjahyo mengakui kerja keras dan optimalisasi fitur teknologi menjadi kunci pencapaian ini. Namun, pengembangan teknologi itu didasarkan dengan berusaha memahami berbagai stakeholder yang memang berkaitan dengan kinerja GO-FOOD itu sendiri.
“Kuncinya sebenarnya ada banyak hal. Tapi, filosofi di GO-FOOD seperti berbentuk segitiga. Sudut-sudutnya adalah merchant, customer, dan driver. Kami ingin meningkatkan pemberdayaan kepada ketiga sisi ini,” ujarnya.
Sekarang, sudah lebih dari 300 ribu merchant yang tergabung di GO-FOOD, 96 persen adalah UMKM. Oleh karena itu, strategi yang diterapkan GO-FOOD adalah memajukan para UMKM ini. Salah satu contohnya adalah merilis fitur personal untuk para pelanggan GO-FOOD.
Jadi, setiap orang yang menggunakan aplikasi GO-FOOD akan mendapatkan rekomendasi yang berbeda-beda berdasarkan preferensi mereka. Catherine menyebutnya, serve to prong purposes. Pengguna yang suka menu ayam akan mendapatkan rekomendasi menu ayam lebih banyak.
“Strategi ini diciptakan karena GO-FOOD ingin membantu merchant kecil yang terus tumbuh. Kami ingin membantu merchant kecil untuk bisa dikenal lebih banyak orang. Sekarang, orang sering bosenan kalau makan. Kalau ada yang baru, pasti mereka tertarik untuk mencoba. Makanya, ada tulisan you might also like. Kami ingin merchant kecil itu naik kelas,” ujarnya.
Kalau dari sisi customer, GO-FOOD telah mengembangkan fitur location picker. Pengguna bisa memiliki lokasi untuk mengetahui kuliner apa yang ada di sekitarnya. Fitur ini dihadirkan setelah melihat riset internal
GOJEK, yang ternyata pelanggan GO-FOOD banyak juga yang berstatus single mom.
“Fitur ini memungkinkan seseorang bisa memesan untuk orang lain yang berada jauh di jangkauan pengguna. Misalnya ibu yang kerja di Jakarta, tetapi rumahnya di Bekasi. Tanpa fitur ini, ibu ini tidak bisa memesankan makanan untuk anaknya di rumah,” ujar Catherine.
Tanpa driver layanan GO-FOOD tentunya tidak akan jalan. Oleh karena itu, GOJEK juga membantu mengoptimalkan kinerja para driver. Misalnya, bekerja sama dengan pihak restoran atau mal untuk menyediakan jalur atau parkir khusus untuk para driver GO-FOOD agar lebih cepat dan mudah dalam melakukan pesan-antar.
Dukungan offline
Walaupun berbasis teknologi, GO-FOOD juga berusaha membantu para merchant-nya untuk bereskpansi. Untuk itulah, GO-FOOD Festival dibuat. Catherine menyadari, ekspansi itu perlu, tetapi untuk buka cabang tentunya membutuhkan biaya yang besar.
“GO-FOOD Festival dibangun agar mereka bisa berekspansi di daerah lain dengan terjangkau. Sekarang, GO-FOOD Festival sudah mencapai 33 lokasi dengan 1.000 merchant. Ini satu bentuk inovasi kami lagi untuk membantu para merchant,“ ujarnya.
Dalam rangka merayakan pencapaiannya, GO-FOOD pun menyelenggarakan Harkulnas 2019 sebagai bentuk dukungan dan terima kasih kepada usaha merchant, driver, dan pelanggan. Harkulnas 2019 akan dirayakan setiap 5 Mei dan akan dibagi menjadi tiga fase dengan keuntungan dan promosi yang semakin luar biasa.
Harkulnas 2019 ini akan berlangsung ekstensif hingga 20 hari dengan puluhan ribu merchant yang ikut serta dalam program ini. Harkulnas 2019 ini juga akan diadakan di 16 kota di Indonesia, lebih luas daripada tahun sebelumnya.
“Kami berharap GO-FOOD bisa menyumbang lebih banyak kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Memang, belum semuanya bisa kami berikan solusi, tetapi the devil is in the detail untuk kami mengerti. Dari pemahaman setiap sisi itu, kami berusaha untuk memberikan solusi melalui teknologi,” pungkas Catherine.
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 29 April 2019