Keluarga adalah tempat pertama bagi seseorang untuk belajar tentang kehidupan sebagai seorang warga masyarakat yang baik. Dalam keluarga, kita belajar tentang nilai-nilai kehidupan, norma, sikap, dan perilaku.

Pernyataan tersebut disampaikan sosiolog dari Universitas Indonesia Prof Dr Paulus Wirutomo MSc pada acara peringatan 95 tahun Frisian Flag Indonesia yang berlangsung di Jakarta, Selasa (1/8). Paulus menguraikan bahwa pesan kehidupan di dalam keluarga pasti akan dihadapkan dengan berbagai pengaruh-pengaruh lain di dalam perkembangan zaman.

Dari generasi ke generasi

Nilai kebaikan dalam keluarga tersebut juga disampaikan dalam keluarga H Odih Hidayat (66), peternak sapi perah yang bermukim di Lembang, Jawa Barat. Odih menuturkan bahwa beternak sapi perah menjadi mata pencaharian utama.

Dia bercerita, “Saya membiayai pendidikan kelima anak saya dari usaha ini. Saya katakan memang paling enak, beternak sapi perah. Dengan syarat dikembangbiakkan dengan baik. Anak saya pun melihat pekerjaan dan hasilnya. Saya berpesan, jika mau beternak, sekarang ini sudah lebih mudah karena ada perkembangan teknologi.”

Seperti ungkapan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, profesi Odih dilanjutkan oleh ketiga orang anaknya. Salah satunya, Kusnadi, memilih terjun menggeluti profesi peternak karena melihat keuletan sang ayah.

Etos kerja keras yang ditanamkan ayahnya membuat dan memotivasi Kusnadi hingga akhirnya terpilih masuk dalam Frisian Flag Indonesia Young Farmers Academy. Menurut Kusnadi, banyak manfaat yang dipetik dari mengikuti program itu, antara lain pemanfaatan teknologi.

“Pemanfaatan teknologi terasa berguna sekali untuk usaha ternak sapi perah yang saya geluti. Sedikit demi sedikit dipraktikkan, lalu bagaimana caranya agar lebih simpel dan mudah untuk saya,” sambung Kusnadi.

Apresiasi peternak

Frisian Flag Indonesia juga memberikan apresiasi dengan berkomitmen meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah lokal. Caranya melalui peningkatan kualitas dan kuantitas susu segar yang diproduksi di Indonesia, dengan mengadakan program Dairy Development Program (DDP).

Lewat program tersebut, Frisian Flag Indonesia berkontribusi memberikan pendidikan, pelatihan, dan bantuan langsung kepada peternak sapi perah lokal yang kini sudah memiliki kemitraan dengan 14 koperasi susu di seluruh Pulau Jawa. Bahkan, hingga tahun 2017, bersama dengan koperasi-koperasi lokal, program DDP telah menjangkau lebih dari 20 ribu peternak.

Manfaat program yang dicanangkan Frisian Flag Indonesia antara lain dirasakan Odih bersama Kusnadi. Odih sudah beternak sapi perah sejak 1987. Kemudian sejak 1996, di bawah naungan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), ia bermitra dengan Frisian Flag Indonesia.

“Kini, jumlah sapi perah saya ada 62 ekor. Tiga anak saya telah melanjutkan usaha ini dan sekarang kami sepakat untuk beternak sapi perah yang baik, sehat, dan berkualitas,” ucap Odih.

Farmer2Farmer, salah satu program kerja Dairy Development Program (DDP) dari FrieslandCampina untuk mengedukasi para peternak sapi perah lokal, agar bisa terus meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil susu sapi mereka.

Young Farmer Academy dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan permintaan susu nasional, serta meningkatkan industri peternakan susu di Indonesia. Program ini memiliki tujuan mengembangkan keterampilan bisnis para pemuda di industri susu Indonesia.

Manfaat Farmer to Farmer turut dirasakan salah satu peternak sapi perah asal Subang, Jawa Barat, yaitu Irwan. Dia menjelaskan, kesukaannya belajar hal-hal baru membawanya masuk mengikuti program Farmer to Farmer yang diadakan Frisian Flag Indonesia.

”Sejak masuk Farmer to Farmer, saya bersama peternak sapi perah lainnya, belajar beternak secara modern langsung dari para peternak sapi Belanda. Di situ, kami belajar bahwa usaha sapi perah itu amatlah penting. Kami belajar cara pemeliharaan sapi yang benar untuk bisa mendapatkan kualitas susu yang baik. Bukan serta-merta urusan kuantitas,” tutur Irwan.

“Lalu, adanya pemanfaatan teknologi seperti ambil rumput dan memerah dengan mesin, memudahkan saya dalam beternak. Sejak ikut Farmer to Farmer dalam dua tahun terakhir, saya merasa penghasilan bisa naik 30 persen, sedangkan pengeluaran bisa lebih ditekan,” pungkas Irwan. [IKLAN/AJG]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 15 Agustus 2017