Perkembangan dunia digital semakin tidak terbendung. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2019–2020 menemukan, 91 persen penetrasi internet terjadi pada usia 15–19 tahun dan usia 20–24 tahun (88,5 persen). Sebanyak 51,5 persen mengakses internet membuka media sosial. Generasi Z dan milenial tidak hanya mendominasi populasi penduduk Indonesia, tetapi juga menjadi kelompok paling dominan memanfaatkan teknologi internet.
Terdapat lima jenis gangguan psikologis yang terjadi akibat dari perkembangan internet.
Antisosial
Pada dunia psikologis, antisosial disebut sebagai sociopath. Individu dengan gangguan kepribadian ini lebih senang, nyaman, dan aman jika menyendiri dan hanya menjalin komunikasi dengan pihak lain melalui dunia maya. Dalam jangka panjang, mereka tidak memiliki kepercayaan diri, selalu merasa cemas jika berada di lingkungan nyata. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal dalam membina hubungan interpersonal.
Anoreksia dan bulimia nervosa
Body shaming memberikan pengaruh psikologis dan pandangan bentuk tubuh ideal. Hal ini berpengaruh terhadap pola makan sehingga mereka mengalami gangguan anorexia nervosa dan bulimian nervosa. Anorexia nervosa merupakan keengganan untuk menetapkan berat badan normal, ketakutan ekstrem menjadi gemuk, dan perilaku makan yang sangat terganggu. Sementara itu, bulimia nervosa merupakan perilaku makan dalam jumlah besar, sering, dan berulang-ulang, kemudian mencoba memuntahkannya kembali (National Institute of Mental Health (NIMH), 2007).
Megalomania
Dalam kamus Cambridge, megalomania didefinisikan sebagai seseorang memiliki keinginan kuat, tetapi tidak lazim terhadap kontrol dan kekuasaan. Dalam DSM-V, ini termasuk gangguan kepribadian narsistik, seseorang selalu membutuhkan rasa ingin dikagumi orang lain, tetapi kurang memiliki empati. Perilaku ini menyebabkan seseorang cenderung meremehkan lingkungan sekitar, bahkan mem-bully hingga mencelakai orang lain demi mendapatkan pengakuan dan rasa kagum atau hormat.
Baca juga:
- Manfaatkan Digitalisasi Pendidikan untuk Tingkatkan Keterampilan di Masa Depan
- Pahami HaKI sebagai Salah Satu Bentuk Etika Digital Dalam Dunia Siber
Nomophobia
Nomophobia atau no mobile phone kondisi ketakutan diakibatkan jauh dari jangkauan ponsel pintar. Nomophobia merupakan gejala psikologis yang ditunjukan dengan rasa ketakutan karena tidak bisa mengakses internet. King (2014) menyebut nomophobia sebagai ketakutan zaman modern, seseorang cemas karena tidak bisa berkomunikasi melalui smartphone.
Internet gaming disorder
Internet menyediakan beragam game yang dapat dimainkan sendiri dan secara bersama (multiplayer). Internet gaming menyebabkan seseorang menjadi adiksi, yaitu keterikatan mendalam terhadap suatu obyek dan memengaruhi kognitif, emosi, dan perilaku yang menyebabkan kerusakan signifikan dalam area berbeda dalam kehidupan nyata mereka.
Dari Kompas.com, seorang murid SD di Magetan bolos sekolah selama 4 bulan akibat adiksi game online. Di RSJ Jabar, rata-rata setiap bulan ada 10 pasien remaja yang ditangani. Menjawab tantangan tersebut, Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung telah menyiapkan lulusannya untuk bisa terampil mengatasi berbagai kasus adiksi, termasuk yang disebabkan internet. (Dr Muhammad Ilmi Hatta Drs MPsi/Wakil Dekan III Fakultas Psikologi Unisba)
Menghasilkan sarjana yang berkarakter 3M (Mujahid, Mujtahid dan Mujaddid). Website : https://www.unisba.ac.id