Perkembangan teknologi digital yang sangat cepat menuntut ketersediaan fasilitas pendukung terkini, serta SDM yang dapat merefleksikan kemampuan beradaptasi dengan cepat. Sistem Pendidikan 4.0 (Education 4.0) akhirnya memunculkan model pembelajaran baru yang bersifat personal (personalised learning).

Pendidikan 4.0 bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi dan keahlian SDM dalam mengimbangi cepatnya perkembangan teknologi. Terkait itu muncul istilah The 21st Century Learning Skills: 4C, yaitu critical thinking, creative thinking, communicating, dan collaborating.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Digitalisasi Sekolah; Tantangan, Peluang dan Terobosan”. Webinar yang digelar pada Jumat, 12 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Ahmad Wahyu Sudrajad (Peneliti dan Pendidik PP Al-Qadir Yogyakarta), Yanti Dwi Astuti (Dosen Fishum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Japelidi), Ridwan Muzir (Peneliti dan Pengasuh tarbiyahislamiyah.id), Rita Gani (Mafindo, Fikom Unisba, dan Japelidi), dan Vanda Rainny (Content Creator & TV Presenter) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Ahmad Wahyu Sudrajad menyampaikan bahwa pengembangan skill merupakan aktualisasi keilmuan yang harus mampu menyesuaikan dan beradaptasi agar tidak terlupakan dari model perkembangan zaman. Dampak positif digitalisasi pendidikan bagi anak adalah tersedianya media untuk mencari informasi dan waktu belajar pun menjadi fleksibel.

Dampak negatif yang harus diatasi juga ada, seperti munculnya sikap malas belajar, penyalahguaan teknologi selama pembelajaran daring, dan munculnya sikap cuek. Terkait dengan peningkatan skill, baik anak maupun orangtua perlu mampu memahami akses dan menguasai berbagai macam website serta aplikasi, seperti edutafsi.com, wolframalpha.com, slide share, Inspigo, Canva, dan masih banyak lagi platform yang tersedia di internet.

“Pendidikan yang kini berada di ranah digital harus dibarengi program untuk mengolaborasikan dari berbagai perspektif dalam merumuskan kurikulum yang sesuai dengan transformasi digital. Perlu ada penguatan keahlian terkait dengan pemanfaatan teknologi digital bagi para pendidik, orang tua, dan juga peserta didik melalui kegiatan training of trainer,” jelasnya.

Vanda Rainny selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa awalnya ketika berpindah ke kuliah online, ia merasa jadi kurang seru karena belajar dari modul saja, tetapi ia pun menyadari bahwa mau tidak mau, digitalisasi ini sangat diperlukan agar pendidikan terus berjalan.

Ia juga berbagi cerita bahwa awalnya mengalami adanya guru atau dosen yang bingung di depan kamera, tapi ada beberapa yang sudah terbiasa. Ia pun juga pernah alami kesulitan saat berbicara di depan laptop, ia sempat lupa harus berbicara apa. Walau begitu, ia mengatakan adanya digitalisasi yang sangat memudahkan kehidupan manusia.

Ia juga menekankan bahwa literasi digital sangat dibutuhkan, terutama dalam sektor pendidikan agar lebih banyak lagi manfaat yang bisa dirasakan dan agar kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan secara lebih lancar lagi.

Salah satu peserta bernama Rizki Anshari menyampaikan, saat ini pembelajaran tatap muka secara bertahap sudah dimulai. Namun, di sisi lain peserta didik sudah mulai terbiasa selama 1,5 tahun lebih masa pandemi Covid-19 melakukan pembelajaran secara daring dari rumah.

“Apa yang perlu dipersiapkan oleh tenaga pendidik untuk meningkatkan proses digitalisasi belajar tatap muka di sekolah? Konsep seperti apa yang perlu dirancang oleh tenaga pendidik untuk meningkatkan motivasi agar para siswa semakin semangat untuk memulai pembelajaran baru tatap muka di sekolah?” tanyanya.

Pertanyaan tersebut dijawab Ahmad Wahyu Sudrajad. “Ternyata masih banyak mahasiswa yang memang kurang memahami materi kelas online. Terkait dengan itu, anak-anak sudah sangat senang untuk melakukan kelas secara offline. Jadi, itu sudah menjadi motivasi sendiri. Perlu didiskusikan dengan para pengajar mengenai perancangan materi yang seru agar mereka tetap termotivasi ke sekolah.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]