SEMARANG (21/12/2021) – KLATEN – Wakil Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah (DPRD Jateng) Sri Marnyuni meminta perempuan memiliki mental baja, berdaya saing kuat, dan tidak cengeng. Hal itulah yang bisa menjadi modal bagi perempuan dalam menghadapi persaingan yang kuat. Penegasan tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam Dialog Parlemen bertema “Kaum Ibu Berdaya Masyarakat Sejahtera” di Hotel Tjokro, Klaten, Kamis (16/12/2021).
Sri Marnyuni pun kemudian secara panjang lebar mengemukakan, dengan bekal yang dimiliki oleh perempuan, dia menjadi berdaya, terutama pada lingkungan sekitar, terlebih di keluarganya.
“Sekarang, kalau tidak berdaya, perempuan mudah cengeng, dia tidak bisa bersaing dengan lingkungannya. Kalau sudah demikian, perempuan tidak bisa mendidik anak-anaknya untuk bersaing,” ucapnya.
Dalam keluarga pun, hendaknya peran perempuan sebagai istri juga harus mampu bisa bekerja sama dengan suami. Bukan berarti perempuan menjadi orang kedua setelah kepala keluarga melainkan menjadi mitra suami. Marnyuni mengimbau agar perempuan bisa dengan mudah mendapatkan akses melalui program-program pemerintahan, baik di bidang ekonomi, usaha, maupun kesempatan.
“Mengutip mutiara kata, siapa yang menghina perempuan, maka hinalah dia dan siapa yang menghargai perempuan, maka berhargalah dia. Perempuan harus bisa melobi dan membangun jejaring sehingga mempunyai wawasan yang luas,” ucap politikus PAN itu.
Peran perempuan yang kuat juga dilontarkan oleh Yuli Budi Susilowati. Menjabat Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Klaten, dia menjelaskan, peran perempuan sebenarnya sangat sentral dalam semua lini kehidupan. Bahkan, kesuksesan seorang laki-laki tidak lepas dari peran perempuan.
Oleh karena itu, ia meminta perempuan untuk berdaya. Dari peran perempuanlah akan lahir sosok-sosok yang kuat, berbudi pekerti luhur, serta mampu membuat anak-anak mengerti tata krama.
“Dari perempuanlah yang mengajarkan anak-anak mampu mengerti budayanya. Perempuanlah guru pertama bagi anak-anak. Ajaran budaya Jawa, kalau anak-anak dipanggil orangtua tidak menjawab ‘apa’, tetapi ‘dalem’. Mengajarkan adab itulah yang nanti bisa melahirkan generasi-generasi yang kuat dan tidak lari dari budayanya,” ucapnya.
Dari sudut pengembangan perempuan, Direktur Persepsi Yanti Susanti menjelaskan, perempuan yang tidak mempunyai kapasitas, tidak punya kualitas bakal dengan mudah diremehkan. Oleh karena itu, para perempuan perlu ada penguatan atau pendampingan untuk mau berusaha agar maju . Perempuan dihargai karena punya nilai, baik ekonomi, sosial, maupun budaya.
Perempuan harus bisa memanfaatkan peluang dengan mampu berorganisasi, menjadi pemimpin, sehingga urusan perempuan dapat diperhatikan. Pada level negara, harus ada kebijakan agar membuka kesempatan untuk meningkatkan pendidikan, keterampilan, serta keahlian.
Baca juga:
- Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kalteng melalui Rumah Layak Huni
- DPRD Jateng Minta Masyarakat Viralkan Pelaku Perusak Lingkungan
- Setwan DPRD Jateng Ciptakan Inovasi di Tengah Pandemi
Pendapat dari masing-masing narasumber itu dibenarkan oleh Puruningtyas Wahyu. Sebagai seorang pelaku seni, perempuan bisa bermitra dengan suaminya, tetapi tidak meninggalkan kefitrahannya.
“Saya yang bergelut dengan seni di setiap kegiatan harus mendapatkan izin suami. Saya sepakat antara suami dan istri harus saling mengerti dan kerja sama yang baik,” ucapnya. (ADV)