Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Memahami Literasi Digital Melalui Cerita Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis (8/7/2021) di Cilegon itu diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Daniel J Mandagie (Kaizen Room), Wulan Furrie MIKom (praktisi dan dosen Manajemen Komunikasi Institut Stiami), Yanti Dwi Astuti MA (dosen Fishum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), dan Delviero Nigel Matheus (Kaizen Room). Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.

Tantangan

Daniel J Mandagie membuka webinar dengan mengatakan, literasi digital adalah suatu kemampuan individu dalam mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan peranti lunak TIK serta sistem operasi digital.

“Saat ini teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa kemajuan-kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital,” katanya.

Ia berpesan, agar masyarakat harus bisa membedakan antara misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Misinformasi yaitu koneksi yang salah, disinformasi yaitu konten yang salah, atau konten tiruan yang dimanipulasi menjadi konten palsu, dan malinformasi, seperti membocorkan rahasia, pelecehan, fitnah dan ujaran kebencian.

Khusus berita hoaks, Daniel memberi tips dalam menangkalnya. “Waspada judul berita atau informasi yang bersifat provokatif, periksa fakta informasi dengan benar, cek keaslian foto dengan fitur reserve image search di Google Yandex. Untuk melaporkan berita hoaks kita bisa langsung kirimkan email ke aduankonten@mail.kominfo.go.id,” paparnya.

Sementara Yanti Dwi Astuti mengatakan, pada saat ini literasi digital sangatlah penting karena dapat membuat kita mampu berpikir kritis kreatif dan inovatif, memecahkan masalah, berkomunikasi dengan lebih lancar dan berkolaborasi dengan lebih banyak orang.

Untuk itu, ia mengajak masyarakat untuk mengkreasikan cerita digital yang bijak dan bertanggung jawab. “Kreasi cerita digital dapat berdampak menstimulus kreativitas, melatih kemampuan berkomunikasi, kecerdasan sosial, dan literasi visual global serta digital,” jelasnya.

Tetapi dengan begitu kita tetap harus waspai konten negatif, seperti pencemaran nama baik, ujaran kebencian, cyber bullying, penyebaran hoaks, pelanggaran copyright, dan trolling.

“Maka jangan mendistribusikan konten negatif dan harus menerapkan etika internet (netiket) dalam kreasi cerita digital. Pointnya adalah kita harus saring sebelum sharing, dan posting yang penting bukan yang penting posting,” paparnya.

Untuk anak

Wulan Furrie menjelaskan, untuk saaat ini kebiasaan mendongeng lebih dominan dan lebih banyak orang tua yang melakukannya, karena dengan mendongeng maka ada hikmah cerita yang didapat dalam bentuk budi pekerti dan karakter anak.

“Kita harus menjadi eksekutor yang baik dan bijak untuk anak, dengan cara memberi konten berupa warna, gambar dan narasi,” tutur Wulan. Ia menambahkan, perlu adanya gerakan literasi media untuk anak-anak.

“Sebab, digital literasi tidak hanya mampu menggunakan teknologi, tapi anak-anak harus mampu menguasai semua namun masih dalam kontrol orang tua, anak-anak juga harus memiliki critical thinking dan social engagement,” jelasnya.

Beberapa hal yang harus dibangun dalam tahapan digital story yaitu brainstorming, reading teks, exploring in Google Maps, searching for detailed information, writing and revising, presenting the digital story in thinglink.

“Anak-anak belajar ketika mereka lebih terlibat dalam proses belajar. Oleh karena itu sangat penting bagi anak-anak untuk membentuk lingkungan mereka untuk membantu mereka belajar,” ungkapnya.

Sedangkan Delviero Nigel sebagai pembicara terakhir mengatakan bahwa, karakteristik digital society yaitu cenderung tidak menyukai aturan, senang mengekspresikan diri khususnya melalui platform media sosial.

Namun, masyarakat digital (digital society) sangat rawan terhadap tindak kejahatan. Beberapa penyebab kejahatan dunia maya yakni, user/pengguna, software/aplikasi/website, dan internet.

“Untuk saat ini cara mencegah kebocoran data pribadi adalah dengan mengurangi jumlah data yang kita bagi, blokir pelacakan aplikasi, dan cari tahu soal aplikasi. Cara aman dalam berinternet bisa dengan menggunakan password yang sulit dan selalu logout jika akun login di perangkat lain, dan aktifkan pengaturan privasi,” katanya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Faradilla Juwita menanyakan, jika dilihat dari perkembangan anak, storytelling untuk mereka lebih baik pakai komunikasi langsung, cerita langsung atau via digital story?

“Lebih baik gunakan komunikasi secara langsung karena kita bisa lebih memberikan pehaman kepada si anak. kalau untuk daya tangkap tergantung kepada anaknya itu sendiri, pada zaman sekarang lebih banyak anak dapat lebih cepat menangkap secara digital karena lebih menarik,” jawab Wulan.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Cilegon. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.