Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Membangun Karakter Bangsa dengan Literasi Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis (8/7/2021) di Kabupaten Serang itu diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Trisno Sakti Herwanto, Mikhail Gorbachev Dom (peneliti di Institut Humor Indonesia Kini), Kiai M Jadul Maula (penulis dan budayawan), Btari Kinayungan (Kaizen Room). Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.

Penguasaan teknologi

Trisno Sakti Herwanto membuka webinar dengan mengatakan, literasi digital merupakan kecakapan penguasaan teknologi.

“Tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab,” katanya. Adapun komponen dalam hal pendidikan terdiri atas sikap, pengetahuan, dan kemampuan.

Ia menambahkan, menurut UNESCO, ada beberapa tahap belajar. Pertama adalah learning to know, yakni belajar memahami, mempelajari, dan menerima pengetahuan. “Carilah pengetahuan yang dapat mengembangkan diri. Manfaatkan mesin pencari, media sosial, platform transaksi digital,” jelasnya.

Selanjutnya ialah learning to do, yakni belajar dengan mempraktikkan pemahaman. Lakukan sesuatu dari dan dengan mesin pencarian, media sosial, platform transaksi digital. Learning to be, yakni berhasil mempraktikkan pemahaman dan sukses menjadi seseorang sesuai harapan/cita-cita.

“Manfaatkan mesin pencarian, media sosial, platform transaksi digital. Lalu, learning to live together atau belajar hidup bersama, memiliki sikap dan karakter. Terakhir, adalah learning to live as a real Indonesian yang merupakan karakter bangsa Indonesia,” paparnya.

Mikhail Gorbachev menjelaskan, motivasi pembuatan konten negatif yakni terkait masalah ekonomi, mencari kambing hitam, politik (menjatuhkan kelompok politik tertentu) dan memecah belah persatuan. Sepanjang tahun 2019 terdapat 3.100 kasus dengan kasus terbesar terkait hoaks dan pencemaran nama baik.

“Tindakan melawan banjirnya konten negatif yakni dengan membedakan motivasi dalam mencari informasi, mengendalikan keinginan dalam mengakses informasi, dan menjala informasi yang bermanfaat,” paparnya. Selain itu, jangan mengakses informasi yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain (radikalisme, kriminalitas, predator seks dan merusak moral).

Sedangkan Kiai M Jadul Maula mengajak masyarakat untuk memahami, mengamalkan, dan mewujudkan nilai-nilai dasar dan tujuan kebangsaan kita sebagaimana tercantum di dalam pembukaan UUD 1945.

Era digital

Era digital adalah masa ketika semua orang bisa saling berkomunikasi sedemikian cepat dan dekat meskipun secara geografis berjauhan sehingga terjadi pertukaran pandangan dunia, pemikiran, produk, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya disebabkan adanya kemajuan infrastruktur telekomunikasi internet dan transportasi.

“Namun ada beberapa tantangan di era digital. Seperti dampak positif dan negatif teknologi informasi, kebebasan dan kebablasan, tanggung jawab dan pengkhianatan, kecakapan dan kebodohan digital,” ujarnya.

Sebagai pembicara terakhir, Btari Kinayungan menjelaskan, digital safety merupakan konsep penggunaan akses internet secara aman untuk melindungi diri sendiri serta orang lain dari kemungkinan bahaya atau risiko di dunia online.

“Dua hal penting dalam digital safety adalah keamanan identitas digital dan data pribadi serta jejak digital. Identitas digital adalah karakter seseorang sebagai pengguna platform media digital,” katanya.

Ia menambahkan, data pribadi berupa kode, simbol, huruf atau angka yang jadi penanda personal yang bersifat pribadi.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Utomo menanyakan, perkembangan teknologi membuat persaingan karyawan untuk meningkatkan skill dan karier juga semakin ketat.

Karyawan mulai memahami betapa pentingnya untuk meningkatkan kemampuan digital dalam rangka meningkatkan karier. Langkah yang baik untuk meningkatnya skill dalam dunia digital agar bisa mensinkronisasi dalam dunia kerja?

Menjawab pertanyaan tersebut Trisno menjelaskan, sebenarnya ada langkah-langkahnya yang pertama dari rekrumen yang berbasis kompetensi, juga ada pengembangan yang sesuai dengan bidang kerjanya, karena itu hal yang harus disiapkan sebelum rekrumen.

“Di era digital ini menarik mengenai dunia kerja karena bisa saja kita dicari, siapkanlah skill digital apapun yang kalian sukai. Jadi pekerjaan yang akan mencari kita sebagai pelaku dunia digital,” jelasnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.