Pada era revolusi industri 4.0 menuju society 5.0, perubahan dan perkembangan di segala bidang berlangsung cepat, khususnya dalam bidang teknologi digital. Itu membawa konsekuensi pada kompleksitas kehidupan yang dapat memunculkan ragam persoalan yang bersifat muldimensional. Mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan perubahan untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan zaman yang seperti itu menjadi salah satu tugas dari perguruan tinggi. Hal ini menjadi concern Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Merespons itu, mulai tahun akademik 2021/2022, UKSW menerapkan sistem pembelajaran dengan kurikulum Whole Person Education (WPE) atau pendidikan manusia seutuhnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Rektor UKSW Neil Semuel Rupidara SE MSc PhD, Pembantu Rektor I UKSW bidang akademik Dr Iwan Setyawan, dan Kepala Pusat Pengajaran dan Pembelajaran Inovatif (P3i) Dr Helti Lygia Mampouw MSi dalam baru-baru ini.
Neil Rupidara menyebutkan bahwa konsep pendidikan manusia seutuhnya bukanlah barang baru di UKSW. Konsep ini sudah dipakai oleh Rektor pertama UKSW Dr (HC) Oeripan Notohamidjojo SH.
Lulusan creative minority
“Dalam perjalanannya, kami terus menyempurnakan konsep pendidikan manusia seutuhnya ini. Dan, jika melihat kondisi saat ini, model pendidikan ini sangat relevan mengingat tuntutan pemenuhan future skills. Model dan ekosistem pendidikan di UKSW membedakan kampus ini dari kampus lainnya. Pengalaman belajar yang kita berikan di UKSW ini tidak bisa lepas dari visi misi kampus ini yaitu menghasilkan profil lulusan creative minority. Oleh karena itu, mulai tahun akademik baru ini, kami menerapkan kurikulum WPE secara utuh, khususnya bagi mahasiswa baru,” katanya.
Dijelaskan Dr Iwan Setyawan, kurikulum WPE ini tidak hanya mengutamakan aspek pengetahuan akademik, tetapi juga aspek soft skills seperti komunikasi, kemampuan berdiskusi, bekerja sama, kreativitas, berpikir kritis, dan keluasan wawasan. Karena dibentuk sebagai manusia yang utuh, mahasiswa tidak hanya belajar atau mendapatkan pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmu atau program studi (prodi) yang diambil, tetapi juga mendapatkan pengetahuan lain di luar prodinya untuk melengkapi bidang keilmuannya. Dr Iwan mencontohkan, seorang mahasiswa Elektro nantinya tidak hanya akan belajar tentang komputer atau elektronika, tetapi juga bisa belajar mata kuliah sesuai dengan hobinya, seperti seni musik, fotografi dan layout desain.
“Dengan kurikulum ini, mahasiswa ketika lulus nantinya akan menjadi manusia seutuhnya, yang ketika menghadapi persoalan di masyarakat tidak melihatnya dengan kacamata kuda, tetapi melihat dengan perspektif yang lebih luas sesuai ilmu-ilmu yang sudah dipelajarinya,” terangnya.
Dr Iwan Setyawan menyebut kurikulum WPE ini seperti bangunan yang memiliki fondasi, tiang untuk menyokong dan kubah yang diibaratkan sebagai puncak capaian mahasiswa. Fondasi yang disebutkannya adalah Mata Kuliah Dasar Universitas (MDU) yang mencakup beberapa bidang yang mahasiswa wajib memahaminya.
Diberi fondasi kuat
“Masuk tahun pertama, mahasiswa akan diberi fondasi supaya kuat, lalu akan dilanjutkan di masing-masing prodi. Mata kuliah di tingkat prodi inilah yang akan menjadi pilar. Dengan fondasi dan pilar yang kokoh, bangunan bisa didukung dengan kubah yaitu berupa karya bersama mahasiswa dengan dosen seperti penelitian, publikasi, dan inovasi sesuai bidang ilmunya” tegasnya.
Dr Helti Lygia Mampouw menyebutkan MDU nantinya ada yang bersifat wajib dan juga pilihan. Selain MDU wajib dari negara yaitu Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia, ada enam kelompok MDU tingkat universitas yang bisa diambil mahasiswa. Enam kelompok MKDU ini adalah kewirausahaan, filsafat, pengembangan diri, ilmu sosial, matematika dan sains, serta bahasa dan seni yang selanjutnya akan dijabarkan ke dalam 21 mata kuliah.
Dijelaskan Dr Helti, pada kelompok bahasa dan seni, mahasiswa dapat memilih mata kuliah Pengantar Bahasa Inggris, Pengantar Bahasa dan Budaya Jepang, Pengantar Bahasa dan Budaya Jawa, Seni Musik, Layout Desain, dan Fotografi. Sedangkan kelompok pengembangan diri, mahasiswa dapat memilih mata kuliah Kesehatan Masyarakat, Olah Raga dan Rekreasi, Manajemen Kepemimpinan, dan Pengantar Psikologi Umum. Untuk kelompok ilmu sosial, mahasiswa dapat memilih Pengantar Ilmu Ekonomi, Pengantar Sejarah, Pengantar Antropologi, dan Pengantar Ilmu Politik. Di kelompok Matematika dan Sains, mahasiswa dapat memilih mata kuliah Pengantar Matematika, Pengantar Ilmu Lingkungan, Integrasi Biologi, Pengantar Kimia, dan Fisika dalam Keseharian.
“Filsafat atau spesifiknya berpikir kritis dan kewirausahaan wajib diambil semua mahasiswa, lainnya adalah pilihan. Khusus mata kuliah kewirausahaan nantinya akan dikembangkan lebih spesifik di masing-masing prodi. MDU ini kita berikan banyak pilihan mata kuliah menyesuaikan dengan konsep WPE dan pembelajaran yang aktif, baik dosen maupun mahasiswanya. Mata kuliah ini akan mempersiapkan mahasiswa untuk masuk ke bidang keilmuan yang dipilih dalam prodinya,” imbuh Dr Helti.
Sejalan dengan MBKM
Dr Helti Mampouw juga menyampaikan mahasiswa Strata 1 akan lulus setelah menempuh 144 SKS. Rinciannya, 28 SKS MDU wajib negara dan universitas, 116 SKS mata kuliah di tingkat prodi di mana di dalamnya termasuk 24 SKS pembelajaran lapangan dan juga 12 SKS tugas akhir mahasiswa.
Dr Iwan Setyawan menyatakan bahwa kurikulum WPE yang diterapkan UKSW ini sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Konsep kurikulum WPE dan MBKM sejalan karena sama-sama memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar program studi yang dipilihnya yang salah satunya bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa. Tentu saja dalam implementasinya mahasiswa perlu diarahkan, tidak hanya yang penting mengambil mata kuliah untuk memenuhi tuntutan SKS tanpa arah sehingga ketika lulus nantinya mereka akan benar-benar menjadi manusia yang seutuhnya,” tandas Dr Iwan. [AYA]