Salah satu tips agar anak aman berinternet, yaitu mengenali segala bentuk platform digital yang digunakan bersama-sama dengan orangtua. Orangtua perlu berkomunikasi dengan anak, semisal membahas tentang pengaturan privasi, waktu yang dihabiskan menggunakan media digital, jenis kegiatan yang dilakukan, dan lain sebagainya.
Kita juga harus bimbing anak belajar tentang keamanan online agar menyadari risiko yang bisa saja terjadi, dan agar ia mampu menggunakan teknologi dengan bijak. Pendidikan digital harus dilihat sebagai kekuatan dan peluang, dengan mampu memaksimalkan media digital sebagai sarana belajar.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tips Dampingi Anak Belajar di Era Pandemi”. Webinar yang digelar pada Jumat, 8 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Alviko Ibnugroho (Financologist, Motivator Keuangan dan Kejiwaan Keluarga, IAPA), Aidil Wicaksono (Founder Kaizen Room), Andrea Abdul Rahman Azzqy (Dosen Universitas Budi Luhur Jakarta), Muhammad Bima Januari (Co-Founder Localin), dan Julia RGDS (Putri Tenun Songket Indonesia) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Alviko Ibnugroho menyampaikan bahwa tantangan mendidik anak di era digital salah satunya adalah anak di bawah lima tahun membutuhkan afeksi (kasih sayang), kebersamaan, dan diajarkan untuk belajar berbagi. Lalu anak di atas lima tahun sampai jenjang SD mulai harus berpikir kritis, harus mampu untuk meningkatkan motivasi dan tidak bisa hanya diberi instruksi; berikan tanggung jawab dan tugas yang dengan diawali adanya perencanaan bersama.
Adapun tantangan belajar di rumah, yaitu orangtua stres dan anak bosan menatap layar ponsel atau komputer berjam-jam sehingga cepat lelah dan mengantuk. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak memiliki gadget, dan sinyal ponsel di daerah juga masih buruk padahal harus selalu mempunyai paket data internet.
“Hal ini menjadi bahkan dianggap sebagai potensi konflik keluarga hingga muncul tindak kekerasan pada anak. Untuk menjaga kualitas belajar di era digital, perlu tingkatkan kemampuan orangtua dan guru dalam bekerja sama dengan anak atau siswa untuk bisa memanfaatkan dunia digital demi masa depannya,” jelasnya.
Julia RGDS selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia sangat positif terhadap belajar online karena bisa membuka wawasan, bisa menimba ilmu, dan bisa melihat dunia. Bisa melihat sistem pembelajaran di negara lain dan bisa melihat jurnal-jurnal. Jika kita sudah cakap digital, kita juga bisa menggunakan virtual library.
Walaupun digitalisasi ini banyak manfaatnya, kita tidak bisa menggantikan emosi manusia. Bagaimana jika anak-anak tidak paham dunia digital? Mereka bisa saja mengklik situs-situs yang tidak mengedukasi, maka perlu sekali edukasi dari orangtua dan adanya batasan-batasan.
Dengan mengetahui adanya batasan-batasan, bisa meminimalisasi dampak negatif dari dunia digital. Harapannya bagaimana kita sebagai warga Indonesia dapat bekerja sama, karena kita semua mempunyai satu visi yaitu memajukan Indonesia dan makin cakap digital. Terus kembangkan diri, salah satunya dengan mengikuti webinar literasi digital.
Salah satu peserta bernama Karina Alya Firdaus menyampaikan, banyak sekali orangtua yang menganggap bahwa anaknya itu adalah investasi, menuntut anak menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Memang pilihan orangtua pasti yang terbaik, tetapi apakah baik untuk seorang anak dituntut untuk memilih jalan yang bukan passion-nya?
“Saya sebagai anak merasa senang dituntun tapi terkadang orangtua hanya banyak menuntut tapi kurang adanya dorongan untuk mencapai hal yang diinginkan. Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan sebagai anak dan apa pilihan yang terbaik untuk passion saya tanpa harus menentang orangtua dan terbaik untuk kedua pihak?” tanyanya.
Pertanyaan tersebut dijawab Aidil Wicaksono. “Saya yakin tidak ada orangtua yang menjerumuskan anaknya, bahwa sekarang lebih banyak pilihan lagi untuk orangtuanya. Perlu komunikasi dengan orangtua, saling memahami. Silakan diterima dulu saran dari orangtua, sambil menerima saran maka kamu bisa sambil mengasah skill dan kemampuan baru di saat pandemi seperti ini, dengan mencari apa yang diminati dan mau memberikan bukti seperti prestasi dan apapun untuk membuktikan diri.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]