Sudah hampir 2 tahun ini kita menjalankan proses belajar mengajar dengan jarak jauh untuk mengurangi dampak pandemi Covid-19. Model belajar jarak jauh ini mengharuskan anak, orangtua, dan guru menguasai skill TIK. Dampak dari pandemi ini membuat kita harus melakukan segala kegiatan secara online.

Tentu banyak kendala di masa pandemi ini, terutama penggunaan gawai yang tidak merata serta orangtua yang belum memiliki pengalaman dalam mendampingi anak untuk belajar online. Bagi orang di daerah permasalahan internet ini menjadi kendala yang besar. Perlu diketahui juga bahwa hampir 90 persen peran orangtua sangat berpengaruh terhadap keberlangusngan proses belajar online ini.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tips Dampingi Anak Belajar di Era Pandemi”. Webinar yang digelar pada Jumat, 8 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Yossy Suparyo (Direktur Gedhe Nusantara), Bambang Kusbandrijo (Dosen UNTAG Surabaya dan Pengurus DPP IAPA), Lina Miftahul Jannah (Dosen Universitas Indonesia dan Pengurus DPP IAPA), Ayuning Budiarti (Universitas Sultan Agung Tirtayasa dan IAPA), dan Shafinaz Nachiar (News Presenter RCTI) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Bambang Kusbandrijo menyampaikan bahwa dukungan orangtua berpengaruh terhadap motivasi belajar anak. Dalam belajar, orangtua mempunyai peran yang cukup penting terhadap keberhasilan belajar anak. Dukungan psikis harus tetap diberikan, berupa kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan, serta menanamkan rasa percaya diri.

Dukungan material dari orangtua adalah berupa biaya pendidikan, fasilitas belajar, alat, dan buku keperluan belajar. Adapun beberapa permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran daring, seperti kendala teknis yang dihadapi baik pelajar, tenaga pengajar maupun orangtua, ketersediaan infrastuktur seperti listrik dan akses internet. Juga ada permasalahan yang dialami guru, di antaranya kemampuan menggunakan teknologi dalam pembelajaran daring.

“Ternyata belajar online itu masyarakat belum familiar, jadi masih rendah motivasi mereka untuk melakukan pembelajaran online ini. Orangtua jangan takut disalahkan anak. Berikan kesempatan sebebas-bebasnya, jangan dikekang, dan biarkan mereka berkreasi. Kondisikan suasana belajar yang menggembirakan, tetapi jangan lupa harus ada konsultasi dan komunkasi antara pihak sekolah dan orangtua,” jelasnya.

Shafinaz Nachiar selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa anak-anak dalam masa pandemi ini sangat kekurangan aktivitas sosial, untuk itu dibutuhkan peran kita sebagai orangtua untuk menciptakan aktivitas-aktivitas sosial tersebut. Baiknya anak-anak lebih banyak waktu di rumah, tetapi di sisi lain jika lebih sering di rumah nilai-nilai sosial mereka hilang. Masa mereka berkembang untuk bermain jadi terbatas.

Menurutnya, sebenarnya bukan soal sistem belajarnya yang online atau offline tapi bagaimana interaksi dan hubungan antara pengajar dan anak-anak ini. Jangan sampai tinggalkan adaptasi ke dunia digital yang sudah kita lakukan sekarang ini, karena dengan sistem digital ini sebenarnya sangat membantu sekali. Semua menjadi lebih mudah dan efektif.

Beri tahu anak-anak harus berhati-hati dalam memakai gawai, perhatikan apa yang ada di dalamnya. Jangan sampai ada hal-hal yang tidak baik. Juga, berikan contoh akibatnya apabila kita menyimpan atau melakukan sesuatu yang tidak baik. Perkembangan zaman ini terus maju, tidak mungkin mundur. Untuk itu, kita harus maju bersama-sama; kalau kita tidak mau berusaha untuk berdaptasi dengan era yang sekarang, kita yang akan tertinggal.

Salah satu peserta bernama Inara Rahmawati menyampaikan, di era digital saat ini kesadaran tentang moral dan etika dalam masyarakat makin menurun khususnya bagi anak- anak usia sekolah.

“Adakah cara yang menarik agar masyarakat khususnya anak-anak generasi penerus bangsa lebih memperhatikan etika dan moral melalui media sosial, di saat berita-berita hoaks yang tersebar yang tidak mempunyai moral dan etika menjadi sesuatu yang menarik dan bahkan menjadi hobi buat disebarkan?”

Pertanyaan tersebut dijawab Lina Miftahul Jannah. Literasi digital itu tidak hanya hari ini, tetapi sudah dari beberapa bulan yang lalu dan harus terus menerus dulakukan. Ini adalah suatu usaha untuk membuat kita semua paham akan bahaya dari hoaks tersebut.

“Ikutlah kegiatan-kegiatan yang bisa melatih literasi digital kita menjadi lebih baik. Orangtua bisa ingatkan kepada anak, pihak sekolah pun juga bisa mengadakan event-event seperti ini. Ingatkan lingkungan sekitar, itu yang paling bisa kita lakukan untuk kita dan orang-orang terdekat menjadi lebih aware dengan aktivitas digital ini,” jawabnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Pusat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]