Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah teruji menjadi tulang punggung perekonomian negara. Dukungan dalam beragam bentuk pun seyogianya dilakukan untuk mendorong perkembangannya.
Jumlah UMKM di Indonesia mencapai lebih dari 64 juta. Angka ini mencapai 99,9 persen dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian pun begitu besar. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM berkontribusi lebih dari 61 persen terhadap PDB. Selain itu, UMKM juga menyerap 97 persen dari total tenaga kerja dan menghimpun sampai 60 persen dari total investasi.
Melihat peran UMKM yang begitu strategis, Pertamina terus menyokong perkembangan UMKM di Tanah Air, di antaranya melalui Program Pendanaan UMK dan penyelenggaraan UMK Academy 2021. Memanfaatkan momentum HUT ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia dan Hari UMKM Nasional, Pertamina menegaskan bahwa pendanaan UMKM menjadi alat bagi perseroan untuk memberdayakan UMKM dalam obyektif yang sama dengan negara terkait SGDs poin 8, yakni penciptaan lapangan dan kesempatan kerja yang akan berdampak signifikan bagi upaya mengentaskan kemiskinan.
Sementara itu, UMK Academy 2021 merupakan upaya yang ditujukan agar UMK Mitra Binaan Pertamina bisa menjadi lebih mandiri dan unggul, serta mampu bersaing di pasar internasional. Dengan kata lain, UMK bertransformasi dari tradisional menjadi Go Modern, Go Digital, Go Online, dan Go Global.
Pada tahun lalu, UMK Academy sukses mencetak 167 UMK. Tahun ini, peluncuran UMK Academy telah dilaksanakan pada 23 Juni 2021. Kurikulum UMK Academy dirancang sedemikian matang dan detail untuk mempersiapkan UMKM yang lebih modern, luwes dalam dunia digital, dapat mengoptimalkan segala infrastruktur daring, dan dapat bersaing secara global. Target jumlah peserta yang naik kelas juga sudah ditetapkan sejumlah 645 Mitra Binaan, dengan rincian 90 Mitra Binaan dapat Go Global, 230 Mitra Binaan Go Online, 235 Mitra Binaan Go Digital, dan 90 Mitra Binaan Go Modern.
“Mitra binaan dinilai naik kelas bila memenuhi beberapa parameter. Di antaranya, terdapat peningkatan jumlah pegawai, nilai pinjaman, kapasitas produksi, omzet, pelibatan masyarakat sekitar untuk berproduksi, pemasaran produk di luar kota atau luar negeri, memperoleh sertifikat nasional atau internasional,” terang Pjs Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman.
Selain itu, imbuhnya, mitra binaan dapat diakui telah Go Global dengan adanya perluasan jangkauan pasar, peningkatan produksi, dan peningkatan omset. Kemudian Go Online jika telah mampu mengoptimalisasi penggunaan e-commerce; Go Digital apabila sudah mengoptimalkan media sosial dan aplikasi digital integrated cash solution; serta Go Modern jika telah melakukan optimalisasi mesin untuk meningkatkan produksi.
Sejumlah Mitra Binaan Pertamina telah meluaskan cakupan pasarnya ke luar Indonesia. Bahkan, Bakmi Jawa Mbah Hardjo yang bergerak di bidang kuliner dan Kekean Wastra Gallery yang memproduksi wastra memperoleh pengakuan dengan diraihnya Marketeers Awards 2021. Keduanya dinilai berhasil masuk ke dalam rantai pasok global.
Citarasa yang diterima lidah mancanegara
Bambang Tri Mulyono, pemilik UMK Mitra Binaan Pertamina Bakmi Jawa Mbah Hardjo, Yogyakarta, mengatakan, ia melakukan inovasi berupa pengemasan bakmi jawa dalam kaleng agar bisa tahan hingga satu tahun.
“Karena awet, Bakmi Jawa Mbah Hardjo bisa dinikmati konsumen di seluruh Nusantara hingga luar negeri. Ini juga yang dinilai oleh Pertamina agar bisa menjadi mitranya. Seleksi untuk menjadi mitra binaan cukup detail, mulai dari jenis produk, inovasi, pembiayaan, hingga prospek pengembangan usahanya,” kata Bambang.
Setelah menjadi Mitra Binaan Pertamina, Bambang mengaku mendapat banyak dukungan. Misalnya, dari sisi legalitas dibantu dalam perizinan BPOM dan diikutkan pada pameran berskala internasional secara daring.
“Yang lebih penting, Pertamina mengasah kita pengusaha lokal agar percaya diri dalam persaingan usaha. Terlebih Yogyakarta perlu menambah ikon kulinernya, selain gudeg. Nah, salah satunya bakmi Jawa,” ujarnya.
Ia menyebut bakmi kaleng ini sebagai produk artisan. Maksudnya, kuliner tempo dulu yang diolah dan dikemas secara kekinian. Selama pandemi, bakmi kalengan ini cukup bagus pemasarannya. Untuk dalam negeri, bakmi kaleng Mbah Hardjo telah tersedia di 25 titik rest area Tol Trans-Jawa pada ruas tol Jawa Tengah hingga Malang, Jawa Timur. Tersedia juga di bandara dan stasiun.
“Adapun konsumen luar negeri berasal dari Singapura, Hong Kong, dan Perancis. Untuk luar negeri ini rata-rata pemasaran per bulan 100 kaleng,” imbuh Bambang.
Kolaborasi dengan label “fashion” kelas dunia
Mitra Binaan Pertamina selanjutnya adalah Kekean Wastra Gallery yang fokus memproduksi batik, tenun, dan bordir dari khazanah wastra Nusantara. Untuk menghasilkan kain-kain berkualitas tinggi, Kekean berpedoman pada pemberdayaan, khususnya untuk perempuan dan anak-anak muda; penggunaan sumber daya lokal; penerapan prinsip ramah lingkungan; dan perdagangan terbuka (fair trade).
Saat ini, Kekean yang bermitra dengan 690 perajin di beberapa provinsi di Indonesia telah turut meningkatkan kesejahteraan perajin, mendorong regenerasi perajin tekstil dari hulu, dan berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.
Lewat model penjualan yang saat ini lebih banyak berskema business to business (B2B), Kekean telah memiliki pasar luar negeri, antara lain Australia, Eropa, dan Asia Timur. Tahun lalu, dengan seleksi ketat yang dijalani, Kekean mampu berkolaborasi dengan label fashion dunia Christian Dior dan saat ini menjadi pemasok tetap tenun Indonesia untuk Dior Group.
CEO Kekean Wastra Gallery A Nurhasim Hamada bercerita, ketika Kekean menyiapkan proyek dari Dior tahun lalu, Pertamina terlibat dengan memberikan arahan dan trade financing untuk tambahan modal.
“Saya juga berpartisipasi menjadi pengajar di Pertamina UMK Academy untuk bicara soal ekonomi kreatif,” ujar Nurhasim.
Kerajinan yang menjadi koleksi museum mancanegara
Kerajinan akar dan kayu jati juga menjadi salah satu karya dalam negeri yang membanggakan. Pada ranah ini ada Duta Craftindo dari Ungaran, Jawa Tengah, yang telah berhasil memasarkan karya kerajinannya ke Malaysia, India, Australia, Jerman, dan Irlandia.
Produk Duta Craftindo yang berbentuk binatang atau manusia juga menjadi koleksi sejumlah museum, seperti Irish National Stud and Garden di Irlandia dan Sultan Abu Bakar Museum di Malaysia. Duta Craftindo didirikan Abdul Ghofur pada 2010. Pada 2013, usaha ini menjadi Mitra Binaan Pertamina.
Ghofur mengungkapkan, Pertamina memberikan pendampingan, bantuan modal, dan kesempatan untuk pameran. “Lewat pameran itu, kami bisa mengukur kualitas produk dan mendapatkan apresiasi pembeli dari negara lain. Ada banyak pula kesempatan untuk belajar, antara lain terkait pergaulan internasional dan selera konsumen.”
Duta Craftindo juga mengikuti Pertamina UMK Academy. Pertemuan dengan pengusaha dari ranah yang lain, ujar Ghofur, membuat kesempatan berkembang semakin terbuka. Ia bisa belajar tentang strategi pemasaran dan layanan konsumen, lantas mengadopsinya untuk bisnis kerajinannya.
Ke depan, diharapkan muncul lebih banyak UMKM anak bangsa yang membawa produk dan budaya lokal tapi dengan tampilan kekinian. Bila UMKM Indonesia maju dan kuat, bukan tidak mungkin kita segera masuk lima besar negara dengan ekonomi terbesar di dunia. [TYS/NOV]