Saat ini masyarakat Indonesia memiliki tingkat literasi yang tergolong rendah, tetapi memiliki tingkat emosi yang tinggi. Di Indonesia kecenderungannya adalah semakin lama menggunakan internet, semakin rentan tersebarnya hoaks dari pengaruh usia, jenis kelamin, bahkan tingkat pendidikan pengguna media digital.

Maka dari itu, sebagai seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di ruang digital, perlu menerapkan apa yang disebut sebagai smart digital native dengan selalu menyadari bahwa konten yang baik belum tentu benar, tidak semua konten yang benar pantas disebar, serta konten yang benar belum tentu bermanfaat.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Paham Batasan di Dunia Tanpa Batas: Kebebasan Berekspresi di Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 25 Agustus 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Tauchid Komara Yuda SSos MDP (Dosen Fisipol UGM dan IAPA), Mathelda Christy (praktisi pendidikan dan training), Aina Masrurin (Media Planner Ceritasantri.id), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa (digital designer, photographer), dan Komo Ricky (aktor dan presenter TV) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Mathelda Christy menyampaikan bahwa kebebasan berekspresi adalah hak setiap orang untuk mencari, menerima, dan menyebarkan informasi dan gagasan dalam bentuk apapun, dengan cara apapun. Ini termasuk ekspresi lisan, tercetak, maupun melalui internet audiovisual, serta ekspresi budaya, artistik, maupun politik.

“Walau begitu, kebebasan ekspresi bukan tanpa batas. Adapun batas-batas yang perlu diterapkan, seperti tidak melanggar hak dan melukai orang lain, dan tak boleh membahayakan kepentingan publik, negara, dan masyarakat. Kita semua adalah manusia bahkan sekalipun saat berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata,” terangnya.

Komo Ricky selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, dunia sekarang bebas dalam berdigital. Kita bisa bikin konten apa saja, bisa komentar ke orang lain apa saja, tetapi tetap harus ada tanggung jawabnya. Jika melanggar undang-undang tetap akan dan harus ada sanksinya.

Untuk bisa membuat konten dan menjadi viral tidak perlu melakukan hal-hal yang menimbulkan provokasi, melainkan harus benar-benar kreatif . Baginya, viral itu hanyalah bonus. “Jadi sebaiknya kita hindari mencoba untuk menarik perhatian dengan cara yang tidak baik dan tidak benar. Jika kita berkreasi untuk bisa membuat sebuah konten yang menarik, bagus dan baik, pasti bukan hanya idola kita saja yang akan melihat, tetapi juga lebih banyak orang lagi juga akan tertarik,” ujarnya.

Salah satu peserta bernama Keanu Maliq bertanya, “Dalam membuat konten positif, boleh tidak kita membuat konten dengan bahasa daerah kita dengan tujuan mengenalkan bahasa dan budaya di daerah? Lalu, hal apa dulu yang bisa kita persiapkan untuk membuat konten yang menarik tetapi tetap mematuhi budaya digital yang ada?”

Aina Masrurin menjawab, tentu saja boleh tapi ada hal-hal yang perlu diperhatikan, tidak boleh membuat konten-konten yang mengandung unsur SARA, misalnya menjelek-jelekan budaya lain. Kemudian kita bisa memulai dengan hal-hal yang disukai dulu, jangan yang terlalu tinggi sehingga tidak jadi-jadi dan hanya menjadi planning saja. Dengan melakukan hal-hal yang kita sukai atau hal-hal sederhana, meski sudah lama, kita akan tetap menekuninya.

“Jika ingin membuat konten budaya lokal pun, kita bisa membuatnya seperti memakai bahasa daerah, promosi-promosi wisata alam daerahnya, atau makanan-makanan khas daerahnya dan juga bisa membuat konten dengan menarikan tarian tradisional sesuai dengan daerahnya masing-masing,” jawabnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]