Manfaat dari hadirnya perangkat dan ruang digital antara lain sebagai sarana komunikasi, sarana untuk belajar, serta menambah nilai atau migrasi efektivitas ekonomi, baik dalam memproduksi, presensi, maupun distribusi.

Selain itu, tentunya seperti yang sudah banyak dilakukan, media digital dapat dimanfaatkan untuk membuat dan menyebarkan informasi atau konten positif, seperti menyebarkan berita baik tentang negara dan budaya Indonesia kepada dunia. Dalam hal pembuatan konten, hal penting yang perlu diperhatikan adalah etika agar terhindar dari hal-hal seperti plagiarisme yang justru dapat memperburuk citra diri dan negara.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Mari Berbahasa yang Benar dan Beretika di Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 25 Agustus 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Mohammad Adnan (CEO Viewture Creative Solution), Novita Sari (Aktivis Kepemudaan Lintas Iman), E Sumadiningrat (Mekar Pribadi, praktisi pendidikan, dan seniman), Samuel Berrit Olam (Founder dan CEO PT Malline Teknologi International), dan Widi Dwinanda (presenter dan artis) selaku narasumber.

Novita Sari menyampaikan, netiquette adalah kode perilaku yang baik dan sebaiknya ada di internet. Memperhatikan dan melakukan perilaku yang baik di dunia digital bukan hanya wajib, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua. Adapun beberapa golden rules netiket, seperti selalu hargai privasi orang lain, perhatikan bahasa, jangan sarkas, dan selalu menghargai opini.

“Kita semua manusia walaupun berada dalam dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata. Pengaruh menerapkan netiquette adalah dapat mencegah miskomunikasi, menambah pengalaman, dan membangun komunitas. Lebih baik tidak mengatakan apapun secara online di mana tidak akan Anda katakan saat bertatap muka,” jelasnya.

Widi Dwinanda selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa sebelumnya ia sibuk menjalani syuting dan aktif dalam teater, tetapi saat ini sedang berhenti karena adanya pandemi. Selain itu, ia pun mempunyai hobi menggambar dan melukis. Maka dari itu ia memanfaatkan ruang digital untuk membagikan beberapa karyanya.

Menurutnya para pengguna media digital harus bisa lebih aware terkait tata krama, serta sopan santun dalam bermedia sosial. Hal itu juga bisa meminimalisasi hal-hal negatif dalam bermedia sosial, serta lebih bisa menghargai perasaan orang lain. Ia menyetujui bahwa semakin banyak konten yang positif, akan semakin berkurang konten-konten negatif.

Salah satu peserta bernama Karina Sitepu berpendapat, generasi muda Indonesia memang gampang terpengaruh hoaks, provokasi, berita viral, dan suka ikut-ikutan dalam hal berkomentar di media sosial yang membuat citra bangsa jadi buruk.

“Lalu bagaimana membuat generasi muda lebih cakap digital sehingga bisa mengenalkan budaya Indonesia dengan membuat konten budaya yang inovatif sehingga ragam budaya Indonesia yang multikultural dikenal baik oleh international?” tanyanya.

E Sumadiningrat menjawab, “Ketika berkembangnya digital, seluruh kebudayaan kita kurang diperhatikan. Kita sebagai masyarakat harus bangga kepada budaya kita dan tunjukkan jika kebudayaan kita tidak kalah dengan kebudayaan negara lain. Kita bisa membuat konten-konten kebudayaan yang menarik. Kuncinya adalah kita harus bangga dulu terhadap kebudayaan kita.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]