Gaya hidup seperti kebiasaan menatap layar gawai dalam waktu yang lama dapat meningkatkan risiko mata kering. Permasalahan mata kering dekat dengan masyarakat Indonesia karena rata-rata masyarakat Indonesia mengakses internet menggunakan perangkat elektroniknya selama 8 jam 36 menit per hari.

Mata kering juga dapat disebabkan sejumlah faktor pendorong seperti degeneratif, ketidakstabilan hormon, dan penggunaan obat-obatan. Sebuah data menyebutkan, prevalensi mata kering di dunia tercatat sekitar 20–50 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa mata kering merupakan permasalahan kesehatan yang bertumbuh secara signifikan di seluruh dunia.

Terkait hal itu, Insto, brand tetes mata keluaran Combiphar—perusahaan lokal consumer healthcare terdepan di Indonesia—bekerja sama dengan Jakarta Eye Center (JEC) menggelar edukasi mengenai kesehatan mata bertajuk Buka Mata Buka Insto. Inisiasi yang diselenggarakan di Grand Atrium, Kota Kasablanka, Jakarta, yang berlangsung pada 11–15 September 2019 ini diharapkan dapat membantu masyarakat Indonesia mengenali serta mengatasi gangguan mata kering.

“Sebagai salah satu brand keluaran Combiphar, perusahaan consumer healthcare terkemuka, Insto senantiasa ingin mendorong kesadaran masyarakat untuk menjalani gaya hidup lebih sehat. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan ‘Championing a Healthy Tomorrow’,” ujar VP Consumer Healthcare & Wellness and International Operations Combiphar Weitarsa Hendarto.

Ia menambahkan, komitmen tersebut diwujudkan melalui kampanye Buka Mata Buka Insto, sebuah inisiasi yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai permasalahan mata kering. “Meski kadang dianggap sepele karena dianggap hanya menimbulkan perasaan tidak nyaman, permasalahan mata kering yang tidak ditangani dengan baik dapat mengurangi produktivitas,” paparnya.

Dapat kurangi produktivitas

Sebuah data dari Universitas Alabama menyatakan bahwa masalah penglihatan yang tidak terkoreksi (salah satunya mata kering) dapat mengurangi produktivitas hingga 29 persen. Pada kondisi tertentu, permasalahan mata kering yang diabaikan dapat menurunkan kualitas pada hidup.

Menurut Dr Nina Asrini Noor SpM, mata kering merupakan kondisi hilangnya keseimbangan komponen air mata yang ditandai dengan berbagai gejala, dari air mata menjadi tidak stabil, peningkatan kekentalan air mata, hingga kerusakan atau peradangan pada permukaan mata. Aktivitas dengan atensi visual atau fokus tinggi dalam durasi waktu lama, seperti menatap monitor atau gawai, dapat menjadi faktor penyebab mata lelah dan kering.

“Karena pada saat sedang fokus, frekuensi berkedip berkurang sehingga mata terasa seperti mengganjal, mudah merah berulang, berair, terasa kering, sensasi berpasir, ada kotoran mata, terasa lengket, rasa gatal yang memicu untuk mengucek mata. Membaca buku dan mengemudikan kendaraan juga termasuk kegiatan dengan atensi visual tinggi, yang juga dapat menimbulkan mata lelah atau kering,” jelas Dr Nina.

Figur publik yang dikenal sebagai penulis, pemain film, serta content creator, Raditya Dika bercerita pengalaman permasalahan mata kering yang pernah dialaminya.

“Sehari-hari, saya menghabiskan waktu sekitar 12 jam untuk menatap layar gawai, baik smartphone maupun laptop, akibatnya mata terasa perih. Belakangan, saya baru tahu bahwa bukan menggunakan gawai dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kondisi mata kering. Ternyata karena saya lupa berkedip. Makanya saya senang sekali nih bisa terlibat dalam program Buka Mata Buka Insto. Dengan memahami gejala mata kering, serta cara mengatasi mata kering, kita bisa tetap nyaman melakukan berbagai hal yang kita senangi, mulai dari browsing, ngedit video, baca buku dan pastinya tetap produktif,” paparnya.

Membantu masyarakat Indonesia terbebas dari masalah mata kering dan tetap produktif, Dr Nina memberikan tips mengatasi mata kering.

Pertama, melakukan modifikasi gaya hidup, seperti mengurangi paparan AC, membatasi kegiatan dengan atensi visual tinggi antara lain mengurangi durasi di depan monitor atau gawai dan penggunaan lensa kontak sesuai instruksi dokter mata.

Kedua, melakukan kompres hangat pada kelopak mata dan menjaga kelopak mata tetap higienis.

Ketiga, konsumsi air dalam jumlah yang cukup.

Keempat, mengaplikasikan tetes mata lubrikan (artificial tears) untuk membantu meringankan gejala mata kering.

“Apabila gejala tidak berkurang, kami menganjurkan lakukan pemeriksaan ke dokter spesialis mata untuk mengetahui diagnosis yang tepat dan penanganan yang baik,” ujar Dr Nina.

Edukasi

“Dipercaya sebagai tetes mata pilihan masyarakat dan sebagai pemimpin pasar, mendorong Insto untuk terus menyelenggarakan kegiatan edukasi terkait kesehatan mata. Dimulai dengan kegiatan edukasi melalui berbagai media touch point, salah satunya dengan melakukan edukasi seputar mata kering melalui kompetisi #AduLirikMataKering bersama Raditya Dika dan menciptakan awareness mengenai Insto Dry Eyes,” ujar Weitarsa.

Selain itu, Insto bekerja sama dengan Jakarta Eye Center (JEC) untuk melakukan kampanye Buka Mata Buka Insto. Sejumlah kegiatan edukasi dikemas secara fun dan diterjemahkan sejumlah aktivitas booth dan eye check bersama JEC. Pada kesempatan ini, Insto menggelar sejumlah aktivitas, antara lain kompetisi e-sport PubG, games interaktif dan penampilan dari sejumlah figur publik, seperti Raditya Dika, Maliq & D`essential, dan Brisia Jodie.

Pada penghujung kegiatan, Combiphar melalui Insto akan menggelar Combiphar Insto 3×3 Basketball Cup, sebuah kompetisi basket 3×3 yang diselenggarakan pada 15 September 2019. Inisiatif ini melanjutkan inisiatif Insto sebelumnya yaitu mendukung tim nasional basket putri 3×3 Indonesia untuk SEA Games 2019 di Filipina.

“Beragam upaya yang dilakukan oleh Insto diharapkan dapat membantu masyarakat Indonesia peduli terhadap kesehatan mata termasuk memahami gejala dan mengatasi masalah mata kering. Dengan demikian, kami berharap Insto Dry Eyes dapat menjadi solusi mengatasi gejala mata kering bagi masyarakat Indonesia,” tutup Weitarsa. [*]