Saat remaja hingga usia 20-an, metabolisme tubuh serasa berjalan dengan lancar. Tubuh senantiasa terasa bugar. Namun, tatkala memasuki kepala tiga, “alarm” tubuh mulai berbunyi. Memasuki usia 30-an, terjadi beberapa perubahan dan penurunan metabolisme dalam tubuh walaupun perubahannya belum signifikan.

Gejala-gejala awal yang mulai kita rasakan saat memasuki usia 30-an, semisal badan pegal, tulang dan sendi mulai berasa kaku, dan tubuh cepat lelah. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi di dalam tubuh.

Faktanya dimulai pada usia 30 tahun, massa otot mengalami penurunan dan lemaknya bertambah sehingga massa otot tubuh yang tersisa harus bekerja lebih keras untuk menopang bobot tubuh dan beban aktivitas yang dilakukan. Karena bekerja lebih keras, otot tubuh pun mengalami kontraksi. Tak heran jika bergerak lebih aktif sedikit saja, tubuh langsung terasa pegal-pegal.

Dan, ternyata ketika mencapai usia 35 tahun, massa tulang juga mengalami penurunan dan cairan pelumas alami pada persendian pun berkurang sehingga tulang rawan (cartilage) yang menjadi bantalan pergerakan sendi menjadi lebih kering sehingga sendi-sendi menjadi lebih kaku. Pada saat berusia 30 tahun metabolisme tubuh menurun  yang mengakibatkan tidak semua energi dapat disimpan, untuk kemudian diolah menjadi tenaga sehingga tubuh menjadi lebih cepat lelah.

Beberapa orang menganggap gejala di atas adalah hal wajar seiring dengan pertambahan usia atau biasa disebut “faktor U” (baca faktor usia). Padahal, seharusnya kita tak boleh mengabaikannya. Kita ingin tubuh tetap terasa bugar dan fit hingga usia senja, bukan? Untuk itu, sejak dini, kita sebaiknya menerapkan asupan nutrisi yang lengkap dan seimbang disertai pola hidup sehat untuk kalahkan ancaman faktor U.

 Asupan nutrisi dan pola hidup sehat

Untuk bisa kalahkan faktor U, tubuh membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap dan seimbang, baik secara jumlah maupun jenis. Yang harus diingat adalah kebutuhan nutrisi dewasa bukan hanya kalsium. Kita juga membutuhkan antioksidan untuk menangkal radikal bebas sehingga daya tahan tubuh tetap terjaga serta vitamin dan mineral. Konsumsi susu dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Terlebih susu Entrasol, karena Entrasol lebih dari sekadar kalsium dengan Profit Formula.

Keunggulan kandungan nutrisi Entrasol dilengkapi hytolive (ekstrak buah zaitun). Zaitun bermanfaat sebagai antioksidan alami untuk menangkal radikal bebas  dan mencegah penyakit jantung koroner, serta anti-inflmasi yang dapat membantu mengatasi nyeri pada radang sendi atau arthritis. Zaitun juga berperan sebagai antimikroba yang membantu menjaga daya tahan tubuh. Dapat memperlambat proses penuaan dini dengan melindungi sel-sel dari oksidasi berlebih dan membantu menjaga kesehatan kulit.

Selain itu, tinggi kalsium (500 miligram per saji), serta tinggi vitamin D dan magnesium yang bekerja sinergis untuk membantu menjaga kepadatan tulang dan mencegah osteoporosis. Entrasol juga kaya vitamin dan mineral lainnya untuk melengkapi kebutuhan zat esensial yang dibutuhkan tubuh. Mengandung hi-fiber atau tinggi serat yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan memperlancar pencernaan.

Entrasol juga hanya sedikit mengandung lemak dibandingkan susu sejenis sehingga tidak perlu khawatir dengan penambahan berat badan. Tak ketinggalan, Entrasol dilengkapi Omega 3 dan 6 dalam rasio seimbang untuk membantu menjaga kesehatan jantung dan persendian. Namun, tentunya jangan lupa sertai dengan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur dan terapkan pola hidup sehat.

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang sesuai usia, Entrasol terdiri atas dua jenis yaitu Entrasol Active dan Gold. Entrasol Active diformulasikan khusus bagi yang berusia 19–50 tahun dan Entrasol Gold diperuntukkan khusus bagi usia 51 tahun ke atas. Keduanya bermanfaat untuk menjaga kepadatan tulang dan menutrisi tubuh tiap hari agar tetap sehat dan dapat aktif.

Susu Entrasol tidak hanya tersedia dalam bentuk bubuk, tetapi juga hadir dalam kemasan siap minum yang lebih praktis dan dapat dibawa ke mana-mana sehingga lebih mudah dikonsumsi kapan pun. Oleh karena itu, mari kalahkan ancaman “faktor U” dengan asupan yang lebih dari sekadar susu kalsium. [IKLAN/*/ACH]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 9 April 2017