Seiring kemajuan zaman, generasi muda diharuskan siap untuk menghadapi tantangan global yang kian kompleks. Dunia bisnis menjadi salah satu bidang yang selalu terpengaruh perubahan dan tantangan global. Inilah yang kemudian mendasari Universitas Prasetiya Mulya pada 2017 membuka tiga program studi (prodi) baru, yaitu S-1 Business Economics, S-1 Hospitality Business, dan S-1 International Business Law.

“Penambahan program baru itu tentu akan memperkaya pengetahuan dan keahlian pengajar dan mahasiswa dalam lingkup program School of Business and Economics (SBE). Misalnya, mahasiswa bisnis bisa berkolaborasi dengan mahasiswa event untuk pengembangan bisnis event kultural, sport events, atau bahkan mengembangkan hotel dan restoran,” ujar Dekan SBE Prof Agus W Soehadi PhD.

Beberapa proyek mahasiswa Prasetiya Mulya pun banyak yang menarik perhatian. Yang terbaru adalah iGloos, sebuah hunian darurat multifungsi yang ringan, nyaman, dan cepat didirikan. Sebelumnya ada Mix Eat, bumbu pelengkap makanan yang terbuat dari berbagai macam sayuran kering tanpa bahan pengawet dan dibuat dengan proses yang higienis.

Menjawab kebutuhan zaman

Ketiga prodi baru itu dibentuk untuk menjawab kebutuhan bisnis pada masa sekarang. Ketua Prodi S-1 International Business Law Yoyo Ariefardhani menjelaskan, prodinya dibentuk karena kebutuhan akan hukum bisnis internasional di Indonesia masih sulit diakui di dunia internasional. Padahal, seiring dengan perkembangan bisnis di Indonesia yang semakin pesat, pakar dan praktisi hukum bisnis internasional sangat dibutuhkan.

“Di prodi ini, kita memang fokus akan hukum bisnis internasional. Yang ada sekarang di universitas lain adalah hukum bisnis dan hukum internasional. Kita menggabungkannya. Dosen-dosennya berasal dari pengacara senior yang memang berkecimpung di hukum bisnis internasional,” ujarnya.

Yoyo berharap, lulusan dari prodi ini nantinya tidak hanya bisa menjadi pengacara bisnis internasional, tetapi juga wirausaha di bidang hukum. “Mereka bisa menjadi konsultan atau membuka firma hukum bisnis internasional sendiri. Karena, kita memang sangat membutuhkan. Target lebih jauhnya, lulusan kita diakui di ASEAN dulu saja dan Prasetiya Mulya menjadi salah satu rujukan sekolah hukum bisnis internasional dalam lingkup Asia Tenggara,” katanya.

Hal yang sama juga diharapkan pada Prodi Hospitality Business dan Event. Ketua Prodi Hospitality Business Yudho Hartono mengatakan, prodi ini lebih menekankan pada kemampuan critical thinking yang baik, secara holistis, dan strategis.

“Di sini juga akan ada simulasi soal hospitality, tetapi yang membedakan adalah mahasiswa diarahkan tidak saja mengerti dasar, tetapi juga berpikir strategis. Mereka mengerti bagaimana mengembangkan potensi pariwisata secara menyeluruh. Kalau biasanya, mereka harus memulai dari bawah, di Prasetiya Mulya, kami ingin mempercepat jenjang mereka hingga ke jabatan yang lebih strategik,” terangnya.

Yudho lebih lanjut menjelaskan, lulusan dari prodi ini diharapkan tidak hanya mampu menjadi wirausaha atau profesional yang memegang jabatan strategik. Ada kebutuhan yang tidak pernah dilihat dalam dunia pariwisata, yaitu periset data pariwisata.

“Data untuk pengembangan pariwisata sangat banyak. Sayangnya, saat ini, data tersebut tidak bisa diolah dengan optimal. Padahal, data-data itu bisa digunakan untuk mengambil keputusan atau melihat peluang bisnis pariwisata yang baru. Nah, mahasiswa kita diharapkan juga bisa menjadi periset di bidang ini,” lanjutnya.

Ketua Prodi Business Economics Erica N Lukas sependapat dengan ketua prodi lainnya. Prodi Business Economics fokus untuk mendukung aktivitas bisnis. Erica menjelaskan, prodi ini bisa dikatakan pionir di Indonesia karena apa yang diajarkan lebih mengacu ke dunia bisnis.

“Kalau prodi ekonomi pada umumnya lebih banyak berbicara ke arah untuk pengambil kebijakan atau analisis kebijakan pemerintah. Sedangkan di sini, lebih mengarah kepada analisis untuk keberlangsungan bisnis perusahaan. Misalnya, saat ada Brexit atau Trump kemarin, apa dampaknya bagi perusahaan,” ujarnya.

Erica menambahkan, prodi ini juga diarahkan sejalan dengan isu global, seperti sustainable development goals (SDG). Oleh karena itu, mahasiswa memiliki pengetahuan yang lebih holistis. Sebab, pengaruh akan lingkungan juga sekarang memengaruhi dunia bisnis.

“Kami berharap mereka selain menjadi profesional, bisa juga menjadi wirausaha dengan menjadi konsultan. Kebutuhan konsultan ekonomi bisnis ini juga sangat tinggi di Indonesia. Biasanya mereka dibutuhkan untuk membuat perkiraan atau economics outlook. Mereka juga bisa menjadi periset di bidang ekonomi bisnis,” ujar Erica. [IKLAN/VTO]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 9 April 2017