Menjalani hobi bermusik sembari kuliah menjadi momen spesial para mahasiswa. Setelah dua tahun tersekap dalam sunyi pandemi, Paduan Suara Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (PSM Unpar) kembali tampil melalui konser bertajuk “Diamond Jubilee” sebagai perayaan sekaligus nostalgia lintas generasi selama 60 tahun bernyanyi bersama.
Konser terasa istimewa, karena Avip Priatna dan Ivan Yohan—dua tonggak PSM Unpar yang telah mendunia—kembali hadir merayakan saling keterkaitan jiwa dan berbagi bahagia di kampus jingga. Tempat keduanya tumbuh bersama PSM Unpar.
Diamond Jubilee yang digelar pada Minggu (14/8/2022) di Auditorium Pusat Pembelajaran Arntz-Geise Unpar, menjadi konser perayaan sejak PSM Unpar mengawali perjalanannya pada 1962 silam yang kala itu dipimpin AP Sugiarto. Berbagai penghargaan, baik di tingkat nasional maupun internasional, telah diraih paduan suara di bawah asuhan Avip Priatna ini.
PSM Unpar juga telah menjadi pionir perkembangan paduan suara di Indonesia. Di bawah arahan Ivan Yohan, PSM Unpar sudah tak menjadi unit kegiatan kampus biasa, tetapi juga organisasi yang diperhitungkan, baik secara nasional maupun internasional, yang berperan untuk meningkatkan apresiasi seni musik klasik Indonesia.
Ivan Yohan dan Avip Priatna pun kembali mengenang perjalanannya bersama PSM Unpar. Kala itu, Ivan Yohan merupakan mahasiswa Akuntansi Unpar, sementara Avip mengambil studi Arsitektur Unpar.
“Konser musik klasik pertama kali yang saya hadiri adalah konser dari PSM Unpar. Pada waktu itu, kalau tidak salah tahun 1991. Bagi saya yang masih awam saat itu dengan musik klasik, dengar lagunya langsung jatuh cinta. PSM Unpar dan Kak Avip akhirnya membantu saya menemukan jati diri yang awalnya iseng terus lama-lama kayaknya di sini jalan saya, saya ingin jadi pemusik,” kenang Ivan.
Di bawah bimbingannya, PSM Unpar berhasil meraih juara I dalam kategori Mixed Choir dan penghargaan Best Interpretation Ferdinand-Grossman atas lagu Gloria Patri karya Budi Susanto Yohanes di kompetisi 51st International Choir Competition in Spittal an der Drau, Austria, pada 2014.
Dua tahun setelahnya, Ivan mendapatkan penghargaan Special Award for Excellent Profil Konduktor Conducting Performance pada Bela-Bartók 28th International Choir Competition di Debrecen, Hungaria. Pada 2018, Ivan berhasil meraih penghargaan Best Conductor di ajang 3rd International Baltic Sea Choir Competition dan membawa PSM Unpar memenangkan juara II di kompetisi tersebut.
Avip juga berbagi cerita bagaimana dirinya tumbuh bersama PSM Unpar. Kegiatan bermusik dan tarik suara menjadi wadah mengembangkan semua potensi yang ada. Mengenang berbagai tantangan kala itu hingga kini PSM menginjak usia 60 tahun, menjadi kebanggaan tersendiri baginya.
“Saya mengucapkan selamat kepada PSM Unpar. Tidak hanya mengembangkan PSM Unpar, tetapi juga paduan suara di Indonesia,” ujar Avip.
Bersama Avip Priatna, PSM Unpar telah meraih berbagai prestasi. Di antaranya, juara I Folklore, juara II Mixed Choir, juara III Female Choir pada ajang XLV Concorso Polifonico Internazionale Guido D’Arezzo (1997); juara II untuk masing-masing kategori Mixed Choir, Musica Sacra, dan Folklore Acapella pada 1st Choir Olympic (2000); serta juara II Volksliedbewerb dan juara III Kunstliedbewerb pada 45th International Competition of Choral Singing, Spittal an der Drau (2008).
Tanpa disadari, 60 tahun sudah PSM Unpar bermusik tanpa jeda. Selama 60 tahun, ia telah membangun standar kualitas paduan suara, sambil merintis, menginspirasi, dan membimbing paduan suara di Indonesia ke ranah mancanegara. Tak sekadar bernyanyi bersama, PSM Unpar kembali merayakan kesungguhan dan napas panjang yang langka.
Universitas Katolik Parahyangan adalah salah satu universitas swasta pertama di Indonesia yang berdiri sejak 1955 dan berkomitmen untuk menjadi komunitas akademik yang humanum guna dibaktikan kepada masyarakat. Situs web www.unpar.ac.id. [*]