Siapa sangka, satu penyakit dapat menimbulkan penyakit lainnya datang mendera. Kondisi ini mungkin terjadi pada situasi tertentu, salah satunya pada orang dewasa penderita radang selaput otak atau meningitis yang dapat memicu hidrosefalus. Meningitis umumnya dapat diakibatkan beberapa jenis mikroorganisme yaitu virus dan bakteri.

Salah satu dokter spesialis bedah saraf di Santosa Hospital Bandung Kopo dr Hadian Adhipratama SpBS menjelaskan, angka kejadian meningitis akibat virus pada orang dewasa jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang diakibatkan oleh bakteri.

Terkait bahaya meningitis pada orang dewasa yang dapat memicu hidrosefalus, dr Hadian menjelaskan fisiologi aliran cairan otak. Ia menjelaskan bahwa di dalam otak manusia terdapat rongga yang disebut dengan ventrikel. Di dalam ventrikel terdapat struktur yang disebut plexus koroideus. Struktur inilah yang memproduksi cairan otak, yang dalam seharinya menghasilkan rata-rata sebanyak 450 cc.

“Pada meningitis, kondisi cairan otak akan menjadi pekat. Bila kepekatan ini memburuk, penyerapan cairan otak untuk masuk ke dalam aliran pembuluh darah balik otak akan terganggu. Bila sudah mencapai titik tertentu, cairan otak yang diproduksi akan lebih banyak jumlahnya dibanding dengan yang bisa diserap. Hal ini menyebabkan cairan otak akan terus menumpuk di dalam otak, dan akan semakin membesar hingga menekan otak di sekitarnya,” urai dr Hadian perihal hidrosefalus akibat meningitis.

Bahayanya, kondisi hidrosefalus dapat menyebabkan kecacatan permanen, bahkan kematian bila tidak segera ditangani dengan tepat dan cepat. “Gejala yang tampak pada penderita meningitis umumnya akan mengalami demam, nyeri kepala, mual hingga muntah, tampak mengantuk, mata merasa silau berlebihan terhadap sinar, dapat disertai tampak kebingungan, dan kejang,” papar dr Hadian agar kita lebih waspada. Pada penderita meningitis dengan komplikasi hidrosefalus, kesadaran penderita akan cenderung menurun, gejala awal biasanya penderita akan terlihat sering mengantuk, cenderung tidur, tampak disorientasi dengan sekitarnya, misalnya penderita menjadi tidak mengenali keluarganya, tidak mengenali tempatnya berada sekarang, tampak bingung. Pada hidrosefalus, penurunan kesadaran ini pada umumnya sifatnya tidak mendadak, tetapi berlangsung bertahap selama berhari-hari, dan akan semakin memburuk seiring waktu hingga kemungkinan terburuknya penderita kesadarannya menjadi sangat rendah atau koma, dan dapat disertai kejang serta keluhan gangguan penglihatan sebelumnya.

Baca juga: 

Tidak hanya melalui gejala yang tampak, untuk mengidentifikasi seseorang menderita meningitis, juga dilakukan pemeriksaan fisik yang disebut brudzinski sign. Pemeriksaan dimulai dengan melihat kepala penderita, leher tampak kaku ketika ditekuk, pinggul dan paha akan tampak naik, serta lutut juga akan ikut tertekuk. Tanda ini cukup khas dan akan muncul pada penderita meningitis.

Secara medis dan nonmedis, belum ada penelitian terkait hidrosefalus pada orang dewasa dengan meningitis bisa dicegah. Namun hal yang perlu kita ketahui adalah faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang menderita meningitis antara lain alkoholisme, diabetes melitus, gangguan fungsi limpa, kanker, dan defisiensi sistem imunitas tubuh, seperti penderita HIV serta malanutrisi. Dengan kata lain, hal yang dapat kita lakukan adalah melakukan pola hidup sehat. [AYA]

Untuk informasi hubungi Nova Anggreany 087822773207, Sonya Thamrin 082121486363. Website www.santosa-hospital.com

logo-santosa-hospital-qr-code