Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan sosial dan politik secara ekstrem dan bahkan bisa menggunakan kekerasan. Secara sederhana, radikalisme adalah ketika ada ajaran yang membenarkan untuk merusak, menyakiti, bahkan menghilangkan nyawa orang lain dengan alasan membenarkan pahamnya.

Kebenaran adalah sesuatu yang dapat diterima akal pikiran, tetapi jika untuk mencapai apa yang dianggap benar itu harus mengorbankan kedamaian, ini sudah menjadi sesuatu yang tidak masuk akal. Pada era digital, radikalisme semakin mudah disebarkan melalui media sosial yang begitu bebas dan luas aksesnya. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan literasi digital agar mampu melawan dan memerangi radikalisme di dunia digital sekaligus dunia nyata.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Berantas Radikalisme Melalui Literasi Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu (28/7/2021) pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Pradna Paramita (Founder Bombat Media), Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti Institut Humor Indonesia Kini), Sugiyono, M.I.P. (Akademisi Pemerhati Pendidikan, Sosial & Keagamaan), Dr. Ayuning Budiati, S.I.P., M.P.P.M. (Universitas Sultan Agung Tirtayasa & IAPA), dan Riska Yuvista (Miss Halal Tourism Indonesia 2018) selaku narasumber.

Radikalisme

Dalam pemaparannya, Sugiyono, M.I.P. menyampaikan, “Terkait radikalisme, diketahui berdasarkan survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme pada 2017, 39 persen mahasiswa di 15 provinsi terindikasi tertarik pada paham radikalisme. Generasi muda memang kerap jadi sasaran empuk bagi radikalisme yang terkadang berujung pada tindakan dan aksi terorisme.”

Lantas bagaimana cara menanggulangi hal tersebut? “Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah menanamkan jiwa nasionalisme, berpikiran terbuka dan toleran, selalu waspada terhadap provokasi dan hasutan, serta berjejaring dalam komunitas perdamaian. Selain itu, jadikan keluarga tempat konsultasi yang dipercaya, perkaya wawasan keagamaan, serta laporkan hal–hal yang mencurigakan kepada aparat negara,” papar Sugiyono.

Riska Yuvista selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, ia ikut merasakan khususnya di masa WFH ini mobilisasi menjadi cukup sulit, namun kita jadi bisa bertatap muka melalui Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya. Walau di awal ia merasa sulit untuk beradaptasi, ternyata ia bisa merasakan dampak positif dan mendapatkan insight baru di era digitalisasi ini.

Kita bisa mempelajari dan menerima perubahan seiring dengan berjalannya waktu. Dampak positif yang ia rasakan adalah situasi ini mendorong kita keluar dari zona nyaman dan mengasah potensi kita. Walau begitu, adapun dampak negatifnya seperti banyak oknum melihat peluang kesempatan menggunakan platform digital untuk menyebarkan propaganda.

Literasi digital penting diterapkan agar kita sebagai pengguna media digital memahami dan menyerap sesuatu secara benar, dan tidak menyerap secara mentah–mentah. Kita sebagai masyarakat harus cermat dan lebih memilih–milih informasi dan konten mana yang bisa kita serap agar tidak terpapar radikalisme; suatu keadaan yang ia lihat banyak terjadi pada generasi millennial kini.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama M. Rizky menyampaikan, “Untuk mencegah radikalisme, kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Bagaimana cara kita ajak generasi muda untuk ikut mengajak teman-temannya untuk memiliki rasa nasionalisme yang tinggi tersebut di dunia digital?”

Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Pradna Paramita. “Banjiri konten internet dengan konten positif yang saat ini masih kurang. Ajarkan generasi muda untuk jalankan kolaborasi dengan sesama teman untuk membuat konten bareng dan disebarkan melalui internet guna meningkatkan rasa cinta kepada tanah air ini.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.