Saat ini, banyak yang mengatakan, konten negatif paling banyak ditemukan di platform YouTube. Salah satu konten negatif yang paling banyak diakses adalah yang pornografi. Bahayanya adalah pornografi dapat berdampak pada adiksi, bahkan bisa merusak otak anak, serta mengakibatkan gangguan pada emosi yang dapat menghancurkan masa depan.

Mereka yang sering terpapar pada pornografi juga dapat cenderung melakukan aksi pelecehan seksual dalam bentuk verbal maupun non-verbal. Pelecehan online yang paling banyak dialami di ranah internet adalah memanggil dengan julukan yang menyakitkan.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Cegah dan Tangkal Bahaya Pornografi dan Pelecehan Seksual di Internet”. Webinar yang digelar pada Rabu (28/7/2021) pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Etika

Dalam forum tersebut hadir Trisno Sakti Herwanto, S.I.P., M.P.A. (IAPA), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM & Praktisi Keuangan IAPA), Mathori Brilyan (Art Enthusiast & Aktor), Dr. Lina Miftahul Jannah, M.Si. (Dosen Universitas Indonesia & Pengurus DPP IAPA), dan Gina Sinaga (Public Speaker & Founder @wellness__worthy) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Mathori Brilyan menyampaikan, “Etika konsumtif di era terbuka saat ini adalah pertaruhan etika dan kedewasaan kita. Tidak bisa dimungkiri, pornografi tidak bisa dihilangkan seratus persen dari internet, tapi tetap bisa dilawan dengan memperbanyak konten-konten positif.”

Dalam membagikan kabar di internet, lanjut Mathori, terkadang kita sengaja maupun tidak sengaja membagikan foto, video, atau konten lainnya yang mengandung unsur pornografi. “Etika kebebasan pada dasarnya merupakan sebuah tantangan. Walau kita bebas membagikan konten apa saja di internet, kita harus tahu batas juga,” ujarnya.

Gina Sinaga selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, pada zaman sekarang semakin banyak yang terekspos di internet, dan juga semakin banyak yang bertindak bebas tanpa memikirkan konsekuensinya. Walau begitu, ia pun menyadari, manusia memiliki kesalahan dan bisa membuat kesalahan.

Berbagi posting yang kontroversial bisa mengundang followers dan komentar-komentar, sehingga kita harus memikir panjang dan lebar terlebih dahulu sebelum sharing, dengan mempertimbangkan, kita tidak selamanya menjadi content creator atau influencer. Bisa saja siapapun melakukan background check terhadap kehidupan pribadi kita.

Ia ingatkan, kita sebagai pengguna media digital tidak bisa mengendalikan orang lain memposting apa, tetapi yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Chrisintya menyampaikan pertanyaan, “Apakah konten spill the tea yang banyak dilakukan di Instagram maupun Twitter tepat dilakukan, karena konten itu saat ini sangat membantu korban pelecehan seksual dalam menyuarakan kasus yang dialami. Konten spill the tea memiliki sisi positif maupun negatif. Positifnya membantu korban memceritakan kasus yang dialami, tetapi di sisi lain menjadi jejak digital bagi dirinya sendiri. Sebenarnya apakah tepat untuk melakukan ‘spill the tea’ pada sosial media bagi seorang korban pelecehan seksual?”

Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Dr. Lina Miftahul Jannah, M.Si. “Positifnya adalah melalui konten ini, kita bisa mempromosikan dan menjalankan gerakan berani bicara agar bisa ditindaklanjuti. Walau begitu, kita tetap harus punya data dan bukti. Boleh dilakukan tapi harus benar-benar punya bukti. Kalau tidak punya bukti, baiknya jangan dilakukan karena bisa menimbulkan fitnah. Saya setuju dengan konten spill the tea, tetapi harus bertanggung jawab,” ujarnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.