Belakangan ini telah terjadi peningkatan hoaks terkait virus korona. Sayangnya, hoaks-hoaks ini kerap berasal dari orangtua yang ada dalam grup-grup aplikasi chat.

Penting untuk menyadarkan mereka tentang cara mengidentifikasi hoaks. Sebaiknya kita memberi pemahaman mereka dengan menegur atau mengingatkan secara lembut di ruang privat agar kebiasaan itu tidak semakin menyebar.

Untuk semakin meyakinkan mereka, kita juga dapat menyajikan 2-3 fakta dengan sumber yang kredibel. Jangan langsung menyalahkan saat memberikan bukti. Ingat, gunakan tutur kata yang sopan sambil mengajak mereka untuk membiasakan diri bersikap skeptis terhadap informasi. Sampaikan juga bahwa hoaks bisa menyebabkan kepanikan dan menurunkan imunitas.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Dampak Penyebaran Hoax di Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 7 Juli 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Aina Masrurin (Media Planner Ceritasantri.id), Aidil Wicaksono (Kaizen Room), Anang Dwi Santoso SIP MPA (Dosen Universitas Sriwijaya dan IAPA), Yuli Setiyowati (Kaizen Room), dan Deasy Noviyanti (influencer) selaku narasumber.

Dalam penjelasannya, Yuli Setiyowati menyampaikan bahwa penggunaan media sosial tanpa batas membuat semakin mudah tersebarnya konten yang mengandung kebencian, serta konten palsu yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak nyaman. Konten dan informasi seperti ini digolongkan sebagai hoaks, dan penyebarannya paling banyak di media sosial, khususnya Facebook.

“Hoaks kini bisa berujung pada pencurian data. Berhati-hatilah dengan konten hoaks yang mengarahkan ke situs tertentu yang dapat berisi malware yang mengakses data pribadi kita. Kemudian, data tersebut akan bisa diperjualbelikan kepada pihak yang membutuhkan. Oleh karena itu, penting menerapkan digital safety saat berselancar, membuka, dan berbagi konten di internet,” papar Yuli.

Salah satu peserta bernama Yohan menyampaikan bahwa zaman sekarang banyak sekali kemudahan untuk mendapatkan eksistensi di dunia digital. “Lantas bagaimana cara kita agar dapat merasa aman dan nyaman dalam berselancar di dunia digital dan terhindar dari penyebar hoaks yang mengatasnamakan diri kita?”

Yuli Setiyowati menjawab, sebaiknya kita menahan diri untuk jangan membagikan data pribadi, karena bisa mudah sekali terjadi pemalsuan, misalnya foto yang kita bagikan bisa diambil siapapun. “Batasi akses seminimal mungkin dari pengguna media digital lain, kecuali yang kita kenal dan percaya, dan lakukan setting privasi di media sosial agar orang yang tidak dikenal tidak mengakses media sosial kita. Kita memang harus berpikir kritis dan tahu akibat dari segala hal yang kita post di internet.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]