Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna Internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Yuk Tambah Produktif di Era Digital!”. Webinar yang digelar pada Jumat (30/7/2021) di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Aina Masrurin (Media Planner Ceritasantri.id), Muhammad Ilham Nur Fattah (Kaizen Room), Andika Renda Pribadi (Kaizen Room), dan Ismita Saputri (Kaizen Room). Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.
Kecakapan digital
Aina Masrurin membuka webinar dengan mengatakan, digital skills adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan peranti lunak TIK serta sistem operasi digital.
“Adapun prinsip membuat konten di media sosial yakni Publish Early Publish Often (PEPO) cepat tulis, cepat terbitkan, direvisi dan dikembangkan terus. 3 + 10: 3 detik untuk curi perhatian (judul/gambar/meme), 10 menit untuk menilai resepsi (statistik klik/share). Lalu beri alasan mengapa tulisan kita penting untuk dibaca,” katanya.
Muhammad Ilham menambahkan, saat ini masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi secara online dan real time. Sebab, media yang bervariasi dan saling terhubung/terkoneksi satu sama lain.
Pengguna Internet di Indonesia pada awal 2021 ini mencapai 202,6 juta jiwa. Penggunaan handphone mencapai 33,8 juta (124 persen dari penduduk Indonesia) dengan 7 jam 59 menit rata-rata pengunaan Internet. Indonesia selalu masuk peringkat 5 besar pengguna terbanyak sosial media.
“Untuk itu diperlukan etika digital (digital ethics), yakni kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiket) dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Ia menambakan, menggunakan media digital mestinya diarahkan pada suatu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama. Demi meningkatkan kualitas kemanusiaan.
Masyarakat juga diajak untuk waspada terhadap konten negatif, hoaks, ujaran kebencian (hate speech) dan cyberbullying. “Waspada terhadap informasi palsu dan belum tentu kebenarannya, berita bohong atau hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya,” tutur Ilham.
Adapun tujuannya, yakni membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan. Dalam kebingungan, masyarakat akan mengambil keputusan yang lemah, tidak meyakinkan, dan bahkan salah.
“Etika dalam komunikasi di ruang digital yaitu menggunakan kata-kata yang layak dan sopan. Waspada dalam menyebarkan informasi yang berkaitan dengan SARA, pornogafi, dan kekerasan. Menghargai karya orang lain dengan mencantumkan sumber dan membatasi informasi pribadi yang ingin disampaikan,” ucapnya.
Budaya digital
Andika Renda turut menjelaskan, digital culture merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.
“Orang yang bertahan adalah yang mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengan lingkungan. Indikator pertama dari kecakapan dalam budaya digital (digital culture) adalah bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital,” katanya.
Sebagai pembicara terakhir, Ismita Saputri memaparkan, tidak dapat dimungkiri, kemajuan-kemajuan teknologi yang ada, juga menciptakan peluang-peluang baru bagi masyarakat digital.
“Kebiasaan selama pandemi yakni 55 Â persen mangaku lebih sering berbelanja online dan menduga akan semakin sering ke depannya, 81 persen yang berbelanja secara online, paling sedikit mereka belanja satu kali dalam seminggu. Di prediksi akan ada peningkatkan sebesar 160 persen untuk transaksi secara online melalui e-commerce,” ungkapnya.
Ia menambahkan, untuk itu diperlukan digital safety, yang merupakan kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
“Tingkatkan kewaspadaan saat bermain di ruang digital, tingkatkan pengetahuan terkait data apa yang perlu dilindungi, dan pilah konten. Kembangkan cara berpikir kritis dan tidak mudah percaya sebelum melihat bukti. Budayakan kebiasaan membaca, bermainlah dengan aman, belajarlah dengan aman dan tetaplah aman,” pungkasnya.
Dalam sesi KOL, Sheila Siregar mengatakan, foto dan video yang di upload di sosial media bisa menjadi berita, bisa diviralkan dan bisa menganggu kenyamanan orang lain terutama institusi atau perusahaan. Parahnya lagi ketika konten-konten tersebut tersebar, apalagi bermuatan hoaks, hal itu bisa merugikan secara reputasi.
“Bahwa kita tahu ada layanan digital publik yang sudah di sediakan oleh pemerintah salah satunya Kominfo, yang memberikan update-update tentang berita hoaks apa aja itu setiap hari jadi kita bisa tahu. Lalu masyarakat diizinkan untuk bisa lapor temuan-temuan hoaks dan mengklarifikasinya,” tuturnya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Irfan menanyakan, apakah ada cara untuk kita mengetahui bahwa wifi publik itu aman?
“Kalau free wifinya itu di rumah itu pasti aman karena yang pakai kita-kita saja, tetapi kalau di luar rumah free wifinya itu jangan mudah percaya. Mari menyepakati bahwa menggunakan wifi publik hanya untuk update status atau bikin konten dan segalanya, selain bertransaksi online itu tidak masalah,” jawab Ismita.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.