Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Tantangan dan Peluang Pembelajaran Jarak Jauh di Saat Pandemi Covid-19”. Webinar yang digelar pada Jumat (30/7/2021) di Kota Cilegon, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Ahmad Wahyu Sudrajad (Peneliti dan Dosen UNU Yogyakarta), Puji F. Susanti (Kaizen Room), Tutik Rachmawati, Ph.D (Director of Center for Public Policy & Management Studies Parahyangan Catholic University), dan Maureen Hitipeuw (Kaizen Room). Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.

Pembelajaran

Ahmad Wahyu membuka webinar dengan mengatakan, pada dasarnya pembelajaran adalah aktivitas yang disajikan oleh pendidik.

“Kemudian diarahkan sepenuhnya untuk dimanfaatkan oleh peserta didik dalam menggali, mengelola dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan baru. Dalam dunia digital kita tidak hanya harus cakap tetapi juga terus belajar, jika kita mampu membuka media digital berarti mereka bisa mengakses media digital tersebut,” katanya.

Ia menambahkan, kita sebagai orang tua harus bisa mengarahkan anak-anak kita agar tetap positif bermedia digital. Dunia digital ini fleksibel dan elastis sehingga kita dapat memilih apa yang kita mau untuk menggeluti bidang tersebut.

Di dunia digital ini menuntut kita untuk tetap cakap dan terus belajar, maka kita dapat sebagai fasilitator sebagai anak siswa dapat belajar didunia digital. Dalam dunia digital itu kita dapat self learning materials, measureble (elastis dan dialektis), convergen (memusat), belajar seketika (immediacy of learning).

“Tantangan dalam dunia digital yakni kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik, kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. Tingginya kemungkinan gangguan belajar yang akan menggagalkan proses pembelajaran karena pembelajaran jarak jauh,” paparnya.

Tutik Rachmawati turut menjelaskan, kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran jarak jauh yakni tugas menumpuk, tidak ada kuota internet, waktu belajar sempit dan alat kurang mendukung.

“Terkadang banyak siswa siswi yang masih tidak achieved/perform di kelas karena kurang memperhatikan dan mengerti, kurang bersemangat dikarenakan tidak bertemu secara langsung,” tuturnya. Ia menambahkan, saat ini motivasi belajar harus datang dari diri siswa sendiri, agar lebih produktif dengan menambahkan wawasan yang lebih luas lagi.

Pendidikan jarak jauh

Puji F. Susanti turut menjelaskan, pandemi sejak tahun 2020 mengubah sosio-budaya masyarakat global, tak terkecuali Indonesia. Dalam bidang pendidikan, adaptasi terbesar yang dialami anak-anak didik adalah bagaimana belajar dengan nyaman dan efektif melalui platform digital.

“Tantangan pendidikan jarak jauh di antaranya membudayakan kedisiplinan anak dan kejujuran anak dalam mengerjakan soal-soal PH dan tugas sekolah. Kemandirian anak saat mengakses media belajar digital dengan atau tanpa pantauan wali dan penerapan etika berkomunikasi dan berinteraksi dengan guru dan teman,” tuturnya.

Menurutnya, penerapan etika berkomunikasi dan berinteraksi dengan guru dan teman itu sangat penting, sehingga anak lebih meningkat kemampuan digital native-nya. Sebab, anak bukan sekadar belajar dari materi guru tapi juga belajar caranya belajar dan mencari metode-metode baru di platform digital.

Sebagai pembicara terakhir, Maureen Hitipeuw memaparkan, salah satu tantangan pembelajaran jarak jauh, yakni keterbatasan kompetensi tenaga pendidik dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran.

“Kompetensi yang perlu dimiliki dalam mendistribusikan informasi melalui media digital yakni kemampuan membagi informasi, kemampuan mengemas informasi dan kemampuan mengenal teman dan lingkungan,” pungkasnya.

Dalam sesi KOL, Tissa Carolina mengatakan, kendala yang dihadapi dengan adanya pembelajaran digital, yakni para guru dipaksa untuk cakap digital agar saat pembelajaran berlangsung anak siswa tidak mengantuk dan cepat tanggap dalam belajar.

“Kalau saat belajar tidak ada audio visualnya membuat anaknya jadi mengantuk, karena murid lebih suka saat pembelajaran ada video dan gambar-gambar animasi, jadi tidak hanya tulisan doang. Kita tidak tahu pandemi ini sampai kapan dan kapan balik ke sekolah, nah dari situ kita berpikir bagaimana anak bisa lebih semangat dalam pembelajaran, dan para guru lebih kreatif lagi dalam memberikan materi pembelajaran,” paparnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Raden mengatakan, justru masa pandemi dan pembelajaran online yang membuat murid menjadi tidak tertantang.

Sebabnya, mereka sangat mudah untuk memanipulasi, entah dalam bentuk tugas atau pun hal lainnya. Jadi sebenarnya hal ini menjadi tantangan seorang pembelajar atau pengajar?

“Walaupun ada pandemi atau tidak, walaupun online ataupun offline, sebenarnya kita bertatap muka atau tidak semua sama, sama-sama harus tetap mematuhi peraturan yang ada seperti jangan mengobrol dan tetap fokus, jadi tantangannya selain etika kesopanan, dan harus jujur. Sebisa mungkin kalau ulangan harus belajar. Orang tua juga harus mengajarkan ke anak-anaknya untuk tetap mematuhi aturan-aturan yang ada,” jawab Puji.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Cilegon. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.