Saat ini, dunia sedang mengalami tiga krisis lingkungan, yakni perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pencemaran. Krisis tersebut adalah masalah universal. Salah satu jalan keluarnya yaitu melalui pembangunan berkelanjutan.
Hal itu ditegaskan Wakil Presiden Ma’ruf Amin usai menyerahkan secara langsung penghargaan Anugerah Lingkungan Proper 2023 kepada 79 perusahaan peringkat Proper Emas di Hotel Bidakara Jakarta, Rabu (20/12/2023). Pada kesempatan itu, Wapres didampingi Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong.
“Untuk itu, butuh dukungan semua sektor, baik pemerintah, akademisi, komunitas, maupun entitas bisnis. Dalam konteks ini, Proper seyogianya menjadi platform bagi perusahaan untuk turut ambil bagian dalam pembangunan berkelanjutan. Utamanya untuk mencegah kerusakan lingkungan dan pencemaran akibat aktivitas industri. Perusahaan tidak lagi hanya berfokus mencari keuntungan tetapi juga harus memastikan kelestarian lingkungan, baik fisik maupun lingkungan,” kata Ma’ruf.
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup atau dikenal dengan Proper, lanjut Ma’ruf, juga bisa menjadi kompas untuk memandu praktik bisnis berkelanjutan. Yakni, dengan mengajak perusahaan mengaplikasikan prinsip ekonomi hijau dan mendorong capaian yang melebihi ketaatan terhadap peraturan lingkungan hidup.
“Dari tahun ke tahun kriteria penilaian Proper terus dikembangkan. Dari yang sederhana dikembangkan menjadi kriteria yang mengusung pembangunan berkelanjutan, misalnya kriteria penilaian daur hidup, inovasi sosial, dan penilaian kepemimpinan hijau,” imbuh Wapres.
Dalam laporan kepada Wapres, Wamen LHK Alue Dohong menjelaskan, Anugerah Lingkungan Proper merupakan penghargaan atas kinerja dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan, eko-inovasi, inovasi sosial, dan kepemimpinan lingkungan (green leadership perusahaan).
Proper merupakan program yang dimulai sejak 27 tahun yang lalu dan terus melakukan perbaikan. Pada 2023, program ini memperoleh penghargaan Top 5 Outstanding Achievement of Public Service Innovation Award dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Penghargaan tersebut diterima atas inovasi dalam penerapan Life Cycle Analysis, Inovasi Sosial, dan Social Return on Investment (SROI) untuk pengelolaan lingkungan di perusahaan.
“Tema ‘Green Leadership Perusahaan’ tahun ini adalah extraordinary turn around yang menjelaskan terdapat lima lompatan untuk menjaga kelangsungan bumi dan manusia, yaitu pengentasan masyarakat dari kemiskinan, pengurangan kesenjangan, pemberdayaan perempuan, sistem pangan yang sehat untuk manusia dan ekosistem, serta mengubah sistem energi untuk meningkatkan efisiensi dan transisi menuju energi bersih,” jelas Alue.
Upaya tersebut dikombinasikan dengan tren yang sedang berlangsung, yakni kecerdasan buatan, robotika, konektivitas, dan bioteknologi, akan mampu mempertahankan keberadaan bumi. Di samping itu juga mempertahankan kesejahteraan manusia pada level minimal seperti saat ini dengan lebih inklusif dan tidak ada seorang pun yang akan ditinggalkan (no one left behind).
“Selama 10 tahun terakhir, peserta Proper meningkat 10 persen dan pada pada tahun ini dilakukan evaluasi dan pembinaan terhadap 3.694 perusahaan. Peningkatan peserta ini berdampak terhadap penurunan tingkat perusahaan karena perusahaan baru masih memerlukan penyesuaian dalam pemenuhan kewajiban pemantauan dan pelaporan data, pemenuhan ketentuan teknis pengelolaan limbah B3, dan perizinan,” ujar Alue.
Ia memaparkan, dari sisi inovasi, pada 2023 tercatat 1.193 eko-inovasi dengan penghematan mencapai Rp 158,53 triliun atau meningkat 23,6 persen dari 2022. Eko-inovasi tersebut berasal dari efisiensi energi sebesar 554,8 juta GJ, penurunan emisi GRK sebesar 229,6 juta ton CO2eq, penurunan emisi konvensional sebesar 15,8 juta ton, reduksi limbah B3 sebesar 55,4 juta ton, 3R limbah non-B3 sebesar 34,8 juta ton, efisiensi air sebesar 437,32 juta meter kubik, penurunan beban pencemaran air sebesar 6,02 juta ton, dan upaya perlindungan keanekaragaman hayati seluas 308 ribu hektar.
Upaya perbaikan kinerja pengelolaan lingkungan ini, lanjut Alue, ternyata berdampak positif terhadap masyarakat. Pada 2023 tercatat Rp 1,56 triliun telah bergulir di masyarakat untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pada tahun ini, terdapat 20.052 kegiatan yang menjawab tujuan SDGs dengan total dana dikucurkan sebesar Rp 57,28 triliun. Angka ini meningkat sebesar 33 persen dari sejak pertama kriteria ini diluncurkan pada Proper 2018 silam.
“Tahun ini, kami dapat katakan program pemberdayaan menjadi lebih variatif dalam menjawab isu masyarakat di tingkat tapak. Sebanyak 168 inovasi sosial telah dipresentasikan oleh para perusahaan dan menjawab mengenai isu sumber ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan melalui pertanian berkelanjutan dan pemberdayaan kesejahteraan petani, peternak, nelayan. Program pemberdayaan perempuan dan anak melalui perbaikan gizi dan akses pendidikan juga menjadi fokus,” terang Alue.
Proper bertujuan untuk mendorong ketaatan industri terhadap peraturan perundangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Peringkat Proper terbagi menjadi dua kategori, yaitu Ketaatan (Biru, Merah, Hitam), dan Lebih dari Ketaatan (Emas dan Hijau).
Peringkat tertinggi adalah Emas dan peringkat terburuk adalah Hitam. Aspek penilaian ketaatan yang dievaluasi dalam penghargaan Proper meliputi izin lingkungan, pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3 dan non-B3, pengelolaan sampah, serta dan potensi kerusakan lahan khusus untuk kegiatan pertambangan.
Secara ringkas, evaluasi tingkat ketaatan yang dilakukan kepada 3.694 perusahaan peserta Proper 2023, yakni peringkat Emas 79 perusahaan, Hijau 196 perusahaan, Biru 2.131 perusahaan, Merah 1.077 perusahaan, Hitam 0 perusahaan, serta tidak diumumkan karena penegakan hukum dan tidak beroperasi sebanyak 211 perusahaan.