Saat ini kita tidak bisa terlepas dari teknologi yang ada. Contohnya, smartphone yang hampir kita pegang seharian. Ada perubahan kita dalam kebiasaan, seperti aktivitas yang dulunya dilakukan offline atau langsung, saat ini semenjak pandemi, hampir semua aktivitas dilakukan secara online, bahkan interaksi menjadi lebih terbatas. 

Media digital harus menjadi pilihan apakah akan kita jadikan kawan ataupun lawan. Sebab, kita sudah tidak bisa terhindar dari pemanfaatan teknologi informasi ini untuk mendukung dan membantu keseharian. 

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Lawan Hoaks”. Webinar yang digelar pada Kamis, 21 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Pradna Paramita (Founder Bombat.Media), Rapin Mundiardja Kawiradji (Deputy of Socilization dan Public Service ID-SIRTII), Ariyo Bimmo (Konsultan Hukum Penyami dan Kuswhardhani Law Office), Adetya Ilham (Kaizen Room), dan Jonathan Jorenzo (Content Creator dan Entrepreneur) selaku narasumber. 

Dalam pemaparannya, Rapin Mundiardja Kawiradji menyampaikan bahwa kita tidak bisa terlepas dari kehidupan yang instan di era komunikasi ini, yang mau tidak mau kita akan terus memanfaatkan informasi ini. Berbicara mengenai hoaks, mari kita mengenal apa itu hoaks. 

Hoaks merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Arti hoaks juga bisa didefinisikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Untuk itu, daripada kita menyebarkan berita hoaks yang dapat berdampak negatif untuk siapapun yang menerimanya, lebih baik awali suatu hal dengan konten yang baik. 

Lalu bagaimana caranya untuk menjadi netizen pejuang dalam melawan hoaks? Indonesia merupakan negara dengan budaya yang baik, bergantung pada kebiasaan kita dalam memahami nilai-nilai yang baik yang tertuang dalam Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. 

“Berbudaya digital dimulai dengan memahami etika dan tanggung jawab, serta pemahaman literasi yang akan memudahkan cara kita beradaptasi sehingga bisa memilah dan memilih suatu informasi,” jelasnya.

Jonathan Jorenzo selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ketika membahas sisi positif dari internet, menurutnya kita bisa belajar mengenai literasi digital, di mana kita bisa saling bertemu meski hanya di ruang virtual dan tidak perlu datang langsung ke suatu tempat.

Untuk sisi negatif, menurutnya, tidak jauh-jauh dari hoaks atau berita bohong. Selain itu ada penipuan, dan penyalahgunaan. Hal tersebut tentunya sangat merugikan orang lain, dan kita di era digital ini tidak hanya berhubungan dengan dunia maya, tapi dengan dunia nyata. Mau itu kehidupan sehari-hari kita secara langsung ataupun di dunia maya, itu sama saja.

Salah satu peserta bernama Septa menyampaikan, interaksi yang terjadi di media sosial setiap hari sudah menjadi kebudayaan baru bagi hampir setiap orang. Bahkan penyebaran hoaks pun telah menjadi bagian dari kebudayaan tersebut, karena malasnya masyarakat untuk mencari tahu lebih lanjut tentang berita yang disebarkan. 

“Apakah kebiasaan buruk yang berhubungan dengan hoaks ini akan selalu ada sebagai bentuk keseimbangan kehidupan media sosial di mana ada hal baik pasti ada hal buruk, atau dapat menghilang seiring berjalannya waktu?” tanyanya.

Pertanyaan tersebut dijawab Ariyo Bimmo. Berita hoaks memang akan selalu ada di masyarakat, tapi bukan berarti kita harus mengikutinya terutama dalam hal keburukan itu. Dengan mengikuti literasi digital, mengenai penyebaran hoaks tersebut kita harus bisa stop, minimal dari diri sendiri. Kita memang perlu bersama-sama berkolaborasi melawan hoaks dan setidaknya kita tidak ikut terlibat dalam sharing hoaks tersebut.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]