Sebagai pilar dalam indeks informasi dan literasi data, masyarakat Indonesia dipandang perlu dalam mengakses, mencari, menyaring, dan share konten-konten positif. Masyarakat tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya untuk sebesar-besar manfaat bagi dirinya dan orang lain. 

Selain sebagai berita bohong atau berita tidak bersumber, hoaks juga seringkali digunakan sebagai media untuk adu domba, menyebar fitnah, mencemarkan nama baik, membuat kepanikan, serta menjatuhkan orang atau golongan tertentu. Selain itu, perlu dipahami bahwa tidak semua hasil penelusuran mesin pencarian informasi benar, sehingga diperlukan kekritisan dari pengguna media digital untuk dapat menyaring informasi yang diperoleh.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Lawan Hoaks”. Webinar yang digelar pada Kamis, 21 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Amni Zarkasyi Rahman (Dosen Pengajar Universitas Diponegoro), M Nur Arifin (Peneliti dan Antropolog), Mochamad Azis Nasution (Pemimpin Redaksi Channel9.id), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa (Digital Designer dan Photographer), dan drg Stephanie Cecillia (Founder Mediccation.id dan Puteri Indonesia DKI) selaku narasumber. 

Dalam pemaparannya, Mochamad Azis Nasution menyampaikan bahwa saat ini medsos menjadi sarana untuk menyampaikan ekspresi ketika saluran komunikasi dalam kehidupan nyata tersumbat, serta tempat interaksi dan komunikasi tanpa batas. Platform medsos pun menyediakan seperangkat cara untuk menyembunyikan identitas. 

“Media sosial juga memiliki etika dan etiket, tata krama dalam menggunakan media sosial, yang wajib dipahami oleh pengguna digital. Etika didefinisikan sebagai sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Dalam dunia digital berlaku yang namanya netiket, yang digunakan ketika kita berkomunikasi dan berinteraksi di media social,” jelasnya.

Drg Stephanie Cecillia selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa apapun yang kita post di internet bisa memengaruhi orang lain, sehingga kita dituntut untuk bisa bertanggung jawab dan dewasa dalam memilih dan memilah. Kita membuat suatu statement yang ada pro dan kontranya. 

Jangan sampai cyberbullying menjadi hal yang biasa dilakukan karena bisa menimbulkan mental menjadi down, harus diperhatikan jangan sampai mem-bully orang lain. Contoh di sektor kesehatan, awal-awal vaksin ternyata banyak misinformasi yang membuat orang tidak percaya dan takut terhadap efek dari vaksin itu. 

Dari pemahaman segelintir orang ternyata bisa memengaruhi yang lainnya. Kita tidak boleh meremehkan dan harus sangat diperhatikan. Dari kesalahan informasi menimbulkan perubahan pada pola perilaku manusia.

Salah satu peserta bernama Purnomo menyampaikan, di era pandemi saat ini kehadiran hoaks malah sangat masif. Bahkan muncul istilah baru, infodemi, untuk menggambarkan suatu kondisi begitu membanjirnya informasi yang kebenarannya tidak jelas. 

“Apa yang bisa kita lakukan agar tidak terpengaruh berita hoaks dan bagaimana agar kita bisa membedakan antara informasi yang benar dan hoaks?” tanyanya.

Pertanyaan tersebut dijawab Amni Zarkasyi Rahman. Sudah ada penelitiannya, sudah ada hal-hal yang bisa dilihat seperti dari judul yang provokatif, bisa dilakukan dengan cek hoaks, dan melakukan verifikasi. Pahami ciri-ciri berita hoaks, sumber beritanya, penulis yang membuatnya sesuai ahlinya atau tidak. Stop saja dan jangan menyebarkan beritanya lagi, putuskan rantai penyebarannya. 

“Ketika berita sudah benar, cek sekali lagi dan pastikan apakah beritanya baik atau tidak, karena berita yang benar juga belum tentu baik. Pastikan beritanya bermanfaat bagi banyak orang bila disebarkan,” jawabnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]