Vaksin menjadi harapan baru untuk memutus rantai penularan Covid-19 dan meningkatkan ketahanan kita sebagai bangsa, baik dalam hal kesehatan maupun sosial ekonomi. Upaya-upaya untuk merampungkan uji klinis dan kelak mendistribusikan vaksin ini kepada masyarakat terus dilakukan.
Di tengah pandemi, semangat kita tumbuh lagi setelah Pemerintah Indonesia secara resmi mengeluarkan Perpres Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19). Hadirnya Perpres tersebut diharapkan dapat memperÂcepat ketersediaan vaksin di Indonesia sehingga dapat membantu menanggulangi Covid-19 dengan melandaikan kurva pertambahan kasus.
Pelandaian kurva ini disebut-sebut sebagai kunci untuk menangani pandemi. Saat ini, pemerintah suÂdah berupaya melandaikan kurÂva lewat intensifikasi pelacakan kasus (tracing), pemeriksaan masif (testing), dan pengobatan yang efektif (treatment). Sementara itu, 270 juta orang penduduk Indonesia diharapkan secara kompak dan solid menerapkan protokol kesehatan sebagai langkah pencegahan paling jitu. Disiplin memakai masker dengan benar, menjaga jarak aman minimal satu meter dengan orang lagi, serta mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
Di samping semua upaya tersebut, vaksinasi menjadi bagian langkah penting intervensi dalam pandemi Covid-19. Pemberian kekebalan tubuh untuk melawan virus ini sudah diketahui manjur mengendalikan wabah yang pernah terjadi di dunia. Dengan didukung program lainnya seperti menjaga kebersihan dan penerapan ketat protokol kesehatan, program vaksinasi akan kian melandaikan kurva sampai ke titik terkendali dan bahkan suatu saat nanti, terbasmi.
Sekilas soal vaksin
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, 2 sampai 3 juta jiwa terselamatkan setiap tahunnya di seluruh dunia berkat vaksin. Sejak vaksin cacar ditemukan oleh dr Edward Jenner pada 1796, beragam vaksin lain diproduksi dengan tujuan yang sama, menyelamatkan umat manusia dari penyakit menular yang mematikan.
Di dunia sudah banyak vaksin yang beredar dan terbukti bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti vaksin campak, polio, rabies, hepatitis B, difteri, dan sebagainya. Salah satu kesuksesan vaksin yang paling besar adalah ketika WHO berhasil menghapuskan cacar dengan cara memperluas cakupan vaksinasi cacar hingga ke seluruh dunia pada 1956, hingga pada akhirnya pada 1980 penyakit cacar dinyatakan tereradikasi.
Vaksin merupakan bahan antiÂgenik yang mampu membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Secara medis, vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh berfungsi menstimulasi sistem imun tubuh untuk memproduksi imunitas terhadap suatu penyakit. Selanjutnya, jika virus atau bakteri yang sama masuk kembali ke dalam tubuh pada masa depan, tubuh sudah mengenali dan tahu cara melawannya sebab antibodi yang sudah dibentuk mampu menghandurkan virus atau bakteri tersebut bahkan sebelum menyebar dan menyebabkan infeksi.
Memang, pemberian vaksin meÂmiliki kemungkinan timbulnya efek samping kecil, seperti rasa tidak nyaman, demam ringan, atau keÂmerahan/bengkak di lokasi bekas suntikan. Namun, efek samping yang berat sangat jarang terjadi. Dan tentu saja, sebelum diedarkan di masyarakat, vaksin sudah dipastikan melalui taÂhapan uji klinis terlebih dahulu unÂtuk dibuktikan keamanan dan efikasinya.
Kekebalan kelompok
Lebih jauh, vaksin tidak hanya berfungsi untuk melindungi diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitar. Ketika sebagian besar orang dalam suatu komunitas telah divakÂsinasi untuk melawan suatu penyakit, kemampuan patogen untuk menyebar pun menjadi terbatas. Virus atau bakteri tidak bisa menginfeksi orang yang sudah divaksin sehingga orang itu pun tidak berpotensi menjadi pembawa virus atau carrier yang dapat menularkannya ke orang lain.
Hal itu mendorong terbentuknya kekebalan kelompok (herd imÂmunity). Kekebalan kelompok merupakan situasi sebagian besar masyarakat terlindungi atau kebal terhadap suatu penyakit tertentu sehingga menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect), yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi penyakit terkait. Misalnya, mereka yang tidak memungkinkan divaksinasi karena memiliki penyakit kronis atau imunitas yang rendah.
Kekebalan kelompok terjadi jika sebagian besar orang dalam suatu kelompok divaksinasi. Sementara itu, bila sedikit, peluang terjadinya kejadian luar biasa (KLB) munculnya banyak kasus penularan baru jadi lebih tinggi.
Vaksinasi kini menjadi harapan untuk menanggulangi Covid-19. Tak hanya untuk diri sendiri, hal ini penting untuk melindungi orang-orang di sekitar, termasuk mereka yang kita sayangi: keluarga, sahabat, dan kerabat. Selain itu, tentu ini menjadi asa untuk memulihkan lagi kondisi sosial dan ekonomi yang turut terdampak karena Covid-19. [*/NOV]