Menjadi penjual online artinya mempunyai produk atau jasa yang ditawarkan kepada orang lain dengan menggunakan fasilitas dunia digital. Terkait hal itu, kita harus berhati-hati dan jangan sampai membuat kesalahan (baik disengaja maupun tidak).

Selalu bersikap jujur terhadap barang atau jasa yang kita jual, dan bila melakukan kesalahan ada baiknya segera minta maaf. Hal-hal seperti ini walau terkesan kecil dapat mencegah terjadinya reaksi dan tindakan yang tidak diinginkan, baik dari pihak penjual maupun pembeli.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Cari Cuan Lewat Digital, Kenapa Nggak!”. Webinar yang digelar pada Kamis, 22 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Isharshono (praktisi digital marketing dan Founder IStar Digital Marketing Centre), Yoga Regawa Indra (UMKM Mart dan HdG Team), AA Subandoyo (Klipaa.com), Ismita Saputri (Kaizen Room), dan Ryan Maharyadi (influencer) selaku narasumber.

Isharshono menyampaikan, sebagai penjual di ranah online, kita harus mampu mempromosikan jualan kita di aplikasi dengan membuat branding, promosi di toko online, media sosial, mengetahui cara menggunakan tools online, serta memaksimalkan website dan search engine. Sebagai langkah awal, kita dapat menggunakan aplikasi yang gratis dan mempelajari cara memaksimalkannya. Tentukan juga jenis produk atau jasa yang kita ingin jual dengan melakukan pemetaan terhadap target pasar kita: ada yang melakukan pembelian online karena hobi, ada yang membeli karena iseng, ada juga yang membeli karena memang membutuhkan, dan juga karena keinginan.

“Biasanya mereka yang membeli karena kebutuhan prosentasenya cukup tinggi, bisa sekitar 80-90 persen. Setelah itu, perbanyak membuat posting online terhadap barang atau jasa yang kita jual, karena biasanya akan mendatangkan orang-orang yang mencari dagangan kita, terutama mereka yang benar-benar membutuhkan,” katanya.

Ryan Maharyadi juga menjelaskan, ia mempunyai kesibukan di perusahaan bidang marketing dan juga usaha kecil-kecilan lainnya. Ia memanfaatkan Instagram dan TikTok, serta mendapatkan endorsement dalam berbagai bentuk, misalnya makanan. Bila ingin belanja online, ia biasanya memilah tokonya terlebih dulu, dan bila terkena penipuan ia bisa dengan mudah melaporkan nomor rekeningnya. Ia menyampaikan, penting untuk memahami media sosial mana yang ingin kita tekuni dan gunakan untuk membangun personal branding.

Salah satu peserta bernama Ade Sopyan Hadi bertanya, “Etika yang bagaimana yang perlu kita perhatikan dalam komunikasi dengan pembeli agar pembeli ikut merasa nyaman dengan kita?”

Pertanyaan tersebut dijawab AA Subandoyo. Hampir semua pelanggan cenderung meninggalkan komentar dan perlu kita tanggapi, maka ada baiknya kita sebagai penjual bisa menjunjung tinggi etika di e-commerce.

“Ditambah lagi takutnya ada pesaing yang berkomentar jelek dengan tujuan untuk merusak reputasi kita. Jadi, kita harus tetap menanggapi dengan baik agar pelanggan kita tidak pindah ke lapak sebelah,” imbuh Subandoyo.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]