Masyarakat zaman sekarang tidak suka dipaksa, karena memiliki banyak opsi, terlebih karena memiliki akses terhadap ruang digital yang begitu luas. Ditambah lagi, internet menyediakan banyak sekali promosi.

Ada yang dalam bentuk diskon sesuai dengan anggaran, menggunakan sosial media sebagai sarana komunikasi, memanfaatkan momentum, menjadi sponsor atau berkolaborasi, membuka kesempatan menjadi reseller dan dropshipper, membuat giveaway atau kompetisi, membuat iklan yang unik, dan bahkan bergabung dalam komunitas. Melihat banyaknya kesempatan untuk bertransaksi, perlu ketahui cara aman jual-beli online.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Maksimalkan Promosi Toko Online di Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis, 22 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Oka Aditya (analis riset), Erwan Widyarto (Mekar Pribadi, penulis dan jurnalis), Andika Renda Pribadi (Kaizen Room), Aidil Wicaksono (Kaizen Room), dan Rafli Albera (entertainer dan music producer) selaku narasumber.

Andika Renda Pribadi menyampaikan, dalam praktik jual-beli online ada etika yang harus dijalankan, antara lain selalu bersikap ramah kepada pembeli, membalas semua pertanyaan yang dilakukan pembeli, jujur dalam menuliskan deskripsi barang, selalu menyapa dengan panggilan yang sopan, serta tidak menyalahgunakan data pembeli.

“Adapun lima kesalahan yang melanggar etika bisnis yang perlu dihindari agar tetap dapat menjalankan kegiatan promosi di dunia digital. Hindari melakukan spam di akun media artis atau tokoh, juga hindari melakukan posting konten jualan di group atau forum, membuat konten dan spam di akun jualan secara berulang kali, menggunakan hastag yang tidak sesuai, dan menggunakan foto produk orang lain,” jelasnya.

Rafli Albera juga menerangkan, seorang content creator lebih banyak membutuhkan barang-barang seperti baju dan sepatu, karena biasanya dapat digunakan untuk menunjang penampilan ketika ada penugasan photoshoot atau undangan ke suatu acara.

“Terkait hal itu, bicara jual-beli online, ketika muncul kebutuhan untuk menjual barang di online, menjadi relatif lebih mudah ketika memiliki audience atau follower dengan jumlah yang besar,” katanya. Ia pun mengakui bahwa saat pandemi ini, ia menjadi sangat memperhatikan adanya diskon dan promo di internet, padahal belum tentu benar-benar membutuhkan suatu barang atau tidak.

Salah satu peserta bernama Jodi menyampaikan, semakin maju teknologi informasi dapat membangun beragam kebudayaan baru dalam aktivitas sehari-hari masyarakat. Salah satunya, melakukan belanja bulanan untuk kebutuhan hidup sehari-hari melalui online shop. Hal ini mengancam keberadaan pemilik usaha konvensional.

“Tindakan apa yang bisa dilakukan untuk menjaga eksistensi dari usahanya? Apakah satu-satunya jalan hanya ikut beradaptasi ke dalam dunia digital?” tanyanya.

Erwan Widyarto menjawab, jika keuntungan atau prospek usaha kita menurun, mengapa kita bersikukuh dengan model lama? Kemampuan beradaptasi itu penting, dan kini memanfaatkan teknologi digital telah menjadi budaya dalam berjualan.

“Juga perlu memikir ulang bagaimana kalau kita tetap menggunakan usaha konvensional, sedangkan di depan mata ada budaya baru yang mungkin bisa membantu usaha kita,” ujarnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Pusat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]