Keamanan digital menjadi salah satu masalah yang banyak ditemui di era digital. Untuk generasi milenial sudah banyak paham tentang penipuan digital. Namun, masalah yang sering ditemui adalah generasi-generasi sebelumnya masih belum paham tentang digitalisasi.
Korban penipuan digital sering dialami dari generasi digital immigrants yang kebanyakan adalah generasi yang lebih tua. Sebagai generasi muda, baiknya mengedukasi orang tua dengan baik-baik mengenai risiko yang muncul, atau bisa mengajaknya untuk program literasi digital.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Keamanan Berinternet: Mencegah Penipuan di Ranah Daring”. Webinar yang digelar pada Rabu, 6 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Luqman Hakim (Content Writer), Novita Sari (Aktivis Kepemudaan Lintas Iman), Sigit Widodo (Internet Development Institute), Yuli Setiyowati (Kaizen Room), dan Sony Ismail (Musisi Band J-Rocks) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Yuli Setiyowati menyampaikan bahwa penipuan online didefinisikan sebagai penggunaan layanan internet (software) dengan akses internet untuk menipu atau mengambil keuntungan dari korban, seperti mencuri identitas. Aktvitas yang rentan terhadap aksi tersebut dari kegiatan belanja online, memeriksa email, akses media sosial, dan game online.
Aksi penipuan dari phishing sering dibuat seperti berasal dari sumber resmi yang bertujuan agar kita membuka link yang disematkan dari pesan yang diterima. Biasanya berujung dengan diberikan data akses akun atau kendali akun secara keseluruhan.
Lalu, penipuan pencucian uang berupa email yang terlihat berasal dari pemerintah, pengusaha, atau orang kaya di luar negeri, meminta kita memberikan bantuan untuk mengambil uang dari bank, tapi sebelumnya kita harus membayar untuk pengurusan dokumen dan dijanjikan uang besar untuk bantuan kita, dan diminta tambahan uang karena prosesnya terkendala.
Kemudian, penipuan kartu ucapan yang berisi sebuah link diklaim sebagai kartu ucapan dari salah satu teman kita, yang jika diklik biasanya mengarah pada file eksekusi seperti .exe atau .apk yang biasanya berisi malware yang dapat memunculkan jendela pop-up yang tidak kita harapkan atau mencuri data digital.
“Terdapat pula penipuan pinjaman dari bank, penipuan lotre/hadiah, penipuan pembunuhan yang berisi pesan intimidasi, kencan online, software antivirus palsu, penipuan profile media sosial, penipuan mendapat uang dengan cara mudah, serta penipuan travel. Sehingga sangat penting untuk menjaga diri dan privasi di ruang digital,” jelasnya.
Sony Ismail selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa di era digital saat ini, proses pembuatan musik bisa dilakukan dari jarak jauh. Banyak pula platform digital untuk bisa mendengarkan karya lagunya, seperti Youtube dan Spotify, walaupun aksi pembajakan masih sering terjadi.
Pengalaman pribadinya mengenai kejahatan online pernah dialami ketika akun Instagram resmi J-Rocks di-hack 2-3 bulan yang lalu, karena admin akun tidak sengaja membuka link yang dikirimkan oleh orang tak dikenal. Dalam hitungan detik, akun langsung diretas dengan hacker langsung mengganti email yang terhubung dengan akun tersebut sehingga tidak bisa diakses kembali.
Hacker pun meminta uang tebusan Rp 150 juta, sehingga ia memutuskan untuk membuka akun baru. Ia ingatkan kembali bahwa sebagai pengguna media digital kita harus cerdas dalam penggunaan aplikasi dan platform digital, dengan bisa problem solving terhadap masalah yang muncul, dan juga mengenali risiko ancaman penipuan yang dapat terjadi. Upgrade diri kita, jadilah pengguna yang lebih cermat, dan bisa tidak hanya bisa menikmati konten tapi dapat membuat konten juga.
Salah satu peserta bernama Nurhasanah menyampaikan, “Bagaimana membedakan penipu di saat menelpon? Karena saat berbicara penipu ini luwes sekali bicaranya dan semua anggota keluarga kita ia ketahui.”
Luqman Hakim menjawab, ia juga pernah mengalami, hingga mengetahui tanggal lahir, nama orangtua, hingga alamat rumah. Salah satu modus yang dilakukan berupa korban secara tidak sabar mengonfirmasi identitas pribadi yang sudah diketahui penelpon sehingga ia tidak mengetahui telah didaftarkan layanan asuransi. Hal tersebut menunjukan bahwa data pribadi kita telah bocor.
Mungkin saja kita sudah pernah sembarang membuka link atau terkoneksi dengan WiFi publik yang tidak aman. Jika sedang berhubungan atau dikontak oknum tersebut kita harus bisa menahan emosi, supaya dapat mengenali keselahan yang mungkin saja terucap dari pelaku.
“Misal, berasal dari layanan bank yang kita tidak gunakan. Cari tahu apa yang diinginkan oleh orang tersebut, bagaimana bisa mengetahui kontak kita, sebisa mungkin waspada dan berhati-hati dalam menganggapi oknum tersebut,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]