Webinar internasional ini dihadiri oleh narasumber dari berbagai negara, yaitu Prof Miguel Altieri dari Berkeley University of California, salah satu pakar internasional di bidang agroekologi, terutama di wilayah Amerika Latin. Kemudian Prof Paolo Barberi, profesor di Santa Anna Pizza yang merupakan Wakil Presiden Agroekologi untuk Eropa. Selain itu, Dr Georges, staf Departement Agroekologi di Coventry University yang berpengalaman di bidang agroekologi di Afrika dan Amerika Latin.
Sementara itu, perwakilan dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya adalah Dr Uma Khumairoh yang berbagi pengalaman seputar kerja sama tim FPUB dengan Universitas Wageningen melakukan redesign sistem pertanian di Indonesia menjadi sistem pertanian kompleks berprinsip pada agroekologi. Webinar dihadiri 213 peserta dari berbagai negara dan instansi, baik lokal maupun internasional.
Acara dibuka oleh Dr Sujarwo selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr Sujarwo mengatakan, pemahaman tentang agroekologi dalam perspektif internasional ini penting dalam kaitan saat ini terjadi trade off antara ekologi dan keuntungan ekonomi. Ia juga menegaskan bahwa memahami lebih dalam tentang ekologi dan kaitannya pada sisi ekonomi dapat membuat masing-masing individu dan stakeholder mengerti tindakan apa yang dapat dilakukan.
Webinar diselenggarakan untuk memotivasi sivitas akademika, praktisi, pemerintah, dan masyarakat umum untuk bekerja sama mendorong pengembangan agroekologi di Indonesia dengan menyajikan prinsip-prinsip agroekologi tepat guna yang dapat memperbaiki sistem pertanian kita sekaligus mewujudkan sistem pangan yang bergizi dan berdaulat.
Sistem pertanian modern memang telah mampu meningkatkan hasil panen sejumlah komoditas pertanian, tetapi sering kali mengorbankan sisi lingkungan dan kedaulatan masyarakat akan pangan lokal. Selain itu, pertanian kita masih rentan terhadap perubahan iklim, perdagangan global, dan sangat menentukan pemenuhan gizi bagi masyarakat Indonesia. Praktik monokultur yang hanya mengedepankan produksi karbohidrat dan meniadakan produksi protein, vitamin, dan sumber gizi penting lainnya pada hamparan lahan yang sama yang dimiliki oleh petani skala kecil.
Penyampaian materi dan diskusi dimoderatori oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dr Hagus Tarno. Pada sesi tersebut, Dr Uma menyampaikan materi mengenai agroekologi dalam perspektif Indonesia, mengantarkan pemahaman mengenai bagaimana cara untuk mendesain agroekosistem yang dapat meningkatkan sistem pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim dan perubahan permintaan pasar, serta memecahkan permasalahan nutrisi dan pemenuhan gizi dengan menerapkan Complex Rice System (CRS).
Dr Georges Felix mengelaborasi pertanian terintegrasi untuk menciptakan sistem pertanian berlanjut dan menyediakan ketersediaan pangan melalui desain lanskap, antropologi, serta mengombinasikan keberagaman, efisiensi, sinergi, dan interaksi. Sementara itu, Prof Paolo Barberi menyampaikan program-program agroekologi yang dilaksanakan di Eropa, antara lain EU Green Deal, EU Biodiversiy Strategy for 2020, Farm to Fork Strategy, Ridge Food Communities. Peran pemerintah di negara Eropa cukup besar dalam kaitannya mendukung agroekologi agar tercipta makanan sehat, lingkungan sehat dan agroekologi yang sehat. Prof Miguel Altieri menjelaskan restorasi agroekologi dan lanskap ekologi di Amerika Latin untuk menjaga ketahanan pangan. Beliau menambahkan bahwa kombinasi dari agroekologi dan lanskap ekologi dapat menciptakan ketahanan pangan dan produksi pertanian.
Rangkaian acara ditutup dengan closing statement dari Mangku Purnomo, Phd selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan. Webinar internasional ini merupakan serangkaian kegiatan internasional dan kerja sama yang telah dibangun oleh Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian dan berbagai dosen serta universitas ternama mulai dari Malaysia, Puerto Rico, AS, Australia, Kolombia, Italia, Jerman, Swedia, Belanda, dan UK yang dimulai sejak awal perkuliahan semester ganjil 2020.
Fakultas pertanian juga aktif bekerja sama dengan partner asing dalam payung “the lighthouse farm networking”. Harapannya, kerja sama ini terus berlanjut dan menjadi langkah tepat untuk mewujudkan institusi yang berstandar internasional.