Studi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa langkah-langkah efisiensi energi yang dapat dilakukan di bidang industri dalam jangka pendek dapat menghasilkan pengurangan 30 persen dari konsumsi energinya. Hal tersebut menjadi peluang strategi, mengingat biaya energi di Indonesia mencapai 25 persen dari total biaya produksi.
Bagi Indonesia, industri tekstil merupakan salah satu dari sepuluh sektor industri strategi di Indonesia yang dimasukkan dalam rencana induk “Making Indonesia 4.0” yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Industri tekstil sendiri memiliki potensi besar dalam penghematan energi yang sekitar 80 persen terletak pada proses finishing sebagai proses yang paling besar konsumsi energinya.
Seperti dikutip dari laman www.enatex.de, proyek ini bertujuan untuk mendukung industri tekstil Indonesia dalam bentang pertumbuhannya pada masa depan melalui pendekatan teknologi dan proses yang inovatif dan berkelanjutan. EnaTex merupakan proyek penelitian terapan yang dikembangkan atas dasar perdagangan jangka panjang dan kolaborasi penelitian dari mitra proyek.
Proyek ini terpilih sebagai salah satu dari tiga proyek kerja sama Jerman dengan Indonesia dalam skema CLIENT II atau Kemitraan Internasional untuk Inovasi Berkelanjutan yang disponsori oleh Bundesministerium für Bildung und Forschung (BMBF) atau Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman dan berlangung mulai 2021 hingga 2024. IZES gGmbH selaku koordinator proyek EnaTex merupakan lembaga penelitian yang mumpuni dalam efisiensi energi. Unika Atma Jaya menjadi satu dari dua anggota konsorsium dari institusi pendidikan di Indonesia bersama Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.
Rektor Unika Atma Jaya Dr A Prasetyantoko yang juga sebagai advisor Indonesia Global Compact Network (IGCN) mengungkapkan bahwa Atma Jaya secara khusus menaruh perhatian sangat serius pada isu keberlanjutan sebagaimana tertuang dalam rencana strategisnya.
“Keikutsertaan dalam konsorsium EnaTex adalah salah satu realisasi rencana strategi. Kolaborasi antara dua fakultas Unika Atma Jaya dalam proyek ini, yakni Fakultas Teknik dan Fakultas Psikologi, menunjukkan perlunya pendekatan multidisiplin dalam mewujudkan efisiensi energi, yakni melalui rekayasa teknologi dan rekayasa perilaku, “ kata Prasetyantoko.
Unika Atma Jaya sebagai universitas terkemuda di Indonesia, menunjukkan komitmennya dalam mendorong upaya pemenuhan agenda pembangunan berkelanjutan terlebih dalam kondisi pascapandemi Covid-19. Hal ini terefleksi melalui peluncuran Atma Jaya Sustainability Hub pada 2021 lalu.
Komitmen yang sama ditegaskan kembali dalam kerja sama dalam Proyek Enatex, yang memiliki tujuan untuk proyeksi pembangunan yang inovatif, teknologi, serta proses yang berkelanjutan, salah satunya dalam industri tekstil. Proyek yang melibatkan sejumlah perguruan tinggi dan perusahaan asal Jerman ini berfokus dalam efisiensi penggunaan energi dan sumber energi ramah lingkungan.
“Konsorsium proyek EnaTex terdiri atas 6 mitra ilmiah dan 4 industri dari Jerman dan Indonesia. Ini adalah kolaborasi penyedia teknologi Jerman dan Indonesia dan perusahaan tekstil, universitas, dan lembaga penelitian dalam sektor tekstil dan energi yang berkelanjutan. Inovasi dan langkah-langkah teknis dikembangkan dari proyek dan dioptimalkan serta dievaluasi sesuai dengan dampaknya terhadap efisiensi energi dan emisi karbon dioksida. Evaluasi didasarkan pada kriteria lingkungan, energi, sosial, dan ekonomi. Hasilnya akan dimasukkan ke dalam paket tindakan yang akan diimplementasikan sebagai bagian dari pengelolaan CSR,” ujar Bernhard Wern, Ketua Projek ENA-Tex dari IZES dalam Simposium Internasional Proyek Enatex, Selasa (24/5/2022), Kampus Semanggi, Unika Atma Jaya.
Unika Atma Jaya secara lugas menempatkan diri sebagai bagian dari kelompok terdepan menghadapi berbagai perubahan, baik terkait tantangan teknologi, masa depan berkelanjutan, maupun kepedulian sosial. Menghadapi masyarakat pascapandemi, Unika Atma Jaya merumuskan proposisi nilai “Transformation for Sustainable Future” sebagai penjabaran semangat pendiri menghadapi tantangan perubahan zaman terkini.
“Berbagai program telah disiapkan, seperti Mata Kuliah Lintas Program Studi (MLP) fokus pada isu keberlanjutan, program pendampingan mahasiswa secara berkelanjutan (student life journey), serta berbagai program penelitian dan pengabdian masyarakat yang merupakan penjabaran dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), “ lanjut Prasetyantoko.
Bagi Unika Atma Jaya, berpartisipasi dalam proyek ini menjadi turunan misi institusi, yakni mendarmabaktikan keahlian dalam bidang IPTEKS untuk kepentingan masyarakat. Adopsi teknologi, kolaborasi dengan dunia industri dan institusi global serta peningkatan akreditasi bertaraf internasional merupakan program yang secara berkelanjutan dijalankan guna memastikan mutu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat (P2M) di Unika Atma Jaya semakin berkualitas dan berstandar global.
Baca juga:
- Keamanan Pangan dan Keadilan Linguistik Jadi Keprihatinan Guru Besar Unika Atma Jaya
- Pendidikan yang Membangun Manusia ala Unika Atma Jaya
Dunia pascapandemi menginspirasi Unika Atma Jaya untuk lahir kembali menjadi institusi pendidikan yang berorientasi pada keunggulan dan kepedulian sebagai kelanjutan dari semangat para pendiri “Untuk Tuhan dan Tanah Air”. [AYA]