Kita sebagai pengguna media digital harus berhati–hati dalam menggunakan teknologi. Perkembangan teknologi sangat baik untuk mensimulasikan gagasan tapi  tidak kemudian mewakili keberadan kita di dunia nyata maupun digital.

Perlu dipahami bahwa teknologi hanya menjadi kepanjangan tangan kita saja. Untuk membentuk mindset digital ini, kita perlu pahami pula bahwa teknologi dapat dianggap sebagai alat yang cukup membantu kerja konvensional kita. Walau begitu, ada pula beberapa dampak negatif yang perlu diketahui dan juga dihindari.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Kemajuan Teknologi, Musibah atau Anugrah?”. Webinar yang digelar pada Senin, 19 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Zahid Asmara (art enthusiast), Anang Dwi Santoso SIP MPA (Dosen Universitas Sriwijaya dan IAPA), Dr Rahmawati SE MM.(Asesor Pendamping Kewirausahaan BNSP), Dr Ahmad Ibrahim Badry (Dosen SKSG Universitas Indonesia), dan Juliet Georgiana (entertainer dan Abnon Jakarta Utara 2016) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Rahmawati menyampaikan bahwa teknologi mengubah dunia dengan mendorong dan memaksa kita untuk bertransformasi dengan generasi yang sudah melek digital sejak awal. Beberapa hal yang cepat berubah, misalnya bidang otomotif, jam analog menjadi smartwatch, konser offline menjadi virtual, dan bayar tol manual menjadi e-money.

Menurut Rahmawati, adanya perubahan pada tingkat global menjadi perubahan pada dunia, seperti perbankan yang saat ini bisa melakukan pembukaan rekening menggunakan mesin secara mandiri. Di sini, kita dapat melihat beberapa dampak positif iptek yang menunjang kegiatan produksi, memudahkan komunikasi antarmanusia, memudahkan proses pebelajaran, dan membentuk manusia lebih inovatif dan berpikir kritis.

“Ada pula dampak negatif yang dapat secara lebih mudah pun, seperti carding, membuat kita ketergantungan dan malas, serta banyak mengandung unsur kekerasan, apatis, dan antisosial,” imbuhnya.

Salah satu peserta bernama Diana menyampaikan, digitalisasi akhir-akhir ini digunakan para pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis, seperti menjual di platform e-commerce. “Bagaimana cara agar tidak kalah saing dalam berjualan lewat online, mengingat pihak yang berjualan di UMKM via e-commerce bukan hanya kita saja?”

Pertanyaan tersebut dijawab Anang Dwi Santoso. “Pada saat ini dunia digital memang sangat berkembang, dan e-commerce menjadi salah satu platform yang dapat membantu perkembangannya. Agar tidak kalah bersaing, terapkan mindset bahwa saat kita berjualan bukan sekadar tentang menjual di e-commerce, tetapi juga harus mendalami didukung dengan marketing.”

“Harus pikirkan bagaimana produk kita dapat dikenal oleh orang banyak, karena pada akhirnya platform yang digunakan hanya sebagai media pembantu,” lanjut Anang.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]