Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Go Cashless: Jenis-jenis Transaksi Digital di Era New Normal”. Webinar yang digelar pada Rabu, 13 Oktober 2021 di Kabupaten Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Puji F Susanti (Founder Rempah Karsa), Pradhikna Yunik Nurhayati, Erwan Widyarto (Mekar Pribadi, Penulis, dan Jurnalis), dan Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti di Institut Humor Indonesia Kini).
Puji F Susanti membuka webinar dengan mengatakan, metode pembayaran ada yang namanya COD (cash on delivery). “Namun banyak yang tidak paham bahwa pembayaran COD itu bayar secara langsung ditempat, jadi banyak kasus-kasus yang terjadi baru-baru ini pada saat pandemi ada orang yang COD, kemudian produknya dibuka, di cek tidak sesuai, lalu minta balik atau tidak jadi dibeli, hal itu sebetulnya tidak tepat.”
Menurutnya, yang namanya COD itu produk dibayar setelah sampai, jika ada komplain seorang pelanggan urusannya langsung ke marketplace tersebut bukan ke kurir. Jika tidak ingin COD, mari kita bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai.
“Kita harus pahami, bahwa transaksi digital adalah pembayaran nontunai (cashless) seperti mobile banking atau perangkat transaksi virtual lainnya. Tersedianya fasilitas ini membuat orang tidak perlu beranjak dari tempat duduk untuk bertransaksi. Hanya melalui smartphone yang terhubung internet, semua bisa dilakukan,” katanya.
Adapun kemudahan transaksi cashless yakni praktis, efisien, dan mudah. Kemudahan top up saldo, bertransaksi bisa di mana saja, banyak promosi/diskon yang menarik, memiliki risiko yang lebih rendah/aman, dan terdapat histori transaksi.
Tantangan transaksi cashless adalah menjadi lebih konsumtif, rentan dengan cyber crime, perlu pemahaman teknologi, menimbulkan hutang, koneksi berpengaruh terhadap keberhasilan transaksi.
Pradhikna Yunik menambahkan, di era new normal ini transaksi digital atau cashless itu meningkat drastis dikarenakan selama 2 tahun belakangan ini lebih banyak di rumah saja, maka tentu saja transaksi digital semakin banyak.
“Berbicara tentang transaksi digital yaitu istilahnya cashless atau tanpa uang tunai, tentu saja ini membutuhkan dukungan teknologi untuk bisa mengaplikasikannya, selain itu sifatnya juga sangat global kita bisa bertransaksi bahkan lintas negara sekalipun,” jelasnya.
Meski begitu, Pradhikna mengingatkan bahwa masyarakat tetap harus hati-hati karena penipuan pun juga bisa lintas negara. Jadi kita harus sangat menjaga kerahasiaan data-data pribadi kita.
Erwan Widyarto turut menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir membayar barang belanjaan, makanan dan minuman favorit menggunakan kartu atau bahkan smartphone sudah menjadi hal yang biasa kita jumpai sehari-hari.
“Cashless society alias kondisi masyarakat yang bertransaksi tanpa uang tunai, melainkan uang elektronik maupun alat pembayaran menggunakan kartu (APMK). APMK terdiri atas kartu ATM/debit hingga kartu krdit,” ujarnya.
Namun ada kendala membudayakan cashless dalam pengembangan transaksi elektronik di Indonesia, yaitu jaringan infrastruktur seperti internet yang belum menyeluruh ke seluruh pelosok negeri. Tingkat literasi keuangan yang masih rendah.
Sebuah cashless society akan terwujud bila mayoritas masyarakatnya memahami bagaimana melakukan tata kelola keuangan atau literasi keuangan. Jika kita terbiasa bertransaksi cashless, maka lama- kelamaan kebiasaan transaksi cashless tersebut akan membentuk kita menjadi cashless society.
Sebagai pembicara terakhir, Mikhail Gorbachev Dom mengatakan, melakukan pembelian secara online memang membutuhkan kepercayaan, karena dulu kita selalu melakukan pembelian secara offline atau datang langsung ke tempat.
Jika berbelanja secara online, kita tidak tahu apa yang kita beli sesuai dengan keterangan, sesuai dengan yang kita mau, dan harus menunggu waktu lebih lama untuk barang sampai pada kita. Namun saat era pandemi ini melanda, semua aktivitas offline berubah menjadi online, termasuk dalam belanja online tersebut.
“Jadi kita harus memerlukan kepercayaan untuk akhirnya berpindah dari offline ke online. Trust itu terbangun karena ada sistem rating, system marketplace yang memang uangnya tidak kepenjual tetapi ada di pihak ketiga dan akhirnya itu aman,’ katanya.
Dalam sesi KOL, Cinthia Karani mengatakan, ia sudah banyak menggunakan aplikasi dompet digital dengan pembayaran cashless untuk melakukan transaksi digital. Dampak positifnya adalah lebih dipermudah, tidak perlu lagi pergi ke ATM untuk mengambil uang, dan bisa lebih aman juga tanpa memegang uang cash-nya.
“Namun dampak negatifnya ada cyber crime apalagi yang berkaitan dengan transaksi online. Saya juga hampir pernah mengalami penipuan online, yaitu salah satu aplikasi transportasi online yang ada dompet digitalnya, yakni dimintai kode OTP sama seseorang melalui telepon,” jelasnya.
Salah satu peserta bernama Sovia menanyakan, bagaimana cara membuat usaha kecil bisa mengikuti perkembangan zaman dan bisa melakukan pembayaran digital? Karena masih terkendala pengetahuan atau skill digital.
“Misalkan untuk para pelaku UMKM yang membuka usaha kuliner itu saat ini sudah bisa memanfaatkan platform e-commerce seperti Gofood, GrabFood dan Shopee Food dengan mendaftarkan sebagai merchant, pasti harus punya akun di bank dulu, karena pembayaran akan masuk ke akun bank kita sebagai pelaku umkm atau pedagang,” jawab Puji.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]