Sebagai warga negara Indonesia, kita perlu tanamkan bahwa rasa hormat merupakan sesuatu yang dipelajari dan diperoleh. Terkait hal itu, segala pembelajaran mengenai rasa hormat erat hubungannya dengan nilai-nilai yang kita pelajar, baik di ranah offline maupun online.

Segala nilai tersebut juga berlaku di kedua ranah. Dengan penggunaan media digital yang semakin tinggi, kita juga perlu menerapkan etiket online yang tetap didasarkan pada perilaku tatap muka. Bagaimana kita berperilaku di dunia maya mencerminkan bagaimana kita bertindak dalam kehidupan nyata. Dengan cara yang sama, apa yang kita pelajari secara online dapat diterapkan secara offline pula.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tetap Berprestasi di Masa Pandemi: Kiat Belajar Online”. Webinar yang digelar pada Kamis, 5 Agustus 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Danu Anggada Bimantara (aktor dan penggiat seni tradisi), Novita Sari (aktivis kepemudaan lintas iman), Arif Maulana MA MUd (Dosen STAI Dr KH Muttaqien Purwakarta), Ari Ujianto (penggiat advokasi sosial), dan Widi Dwinanda (presenter dan artis Pemeran Utama Terpuji FFB 2015) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Novita Sari menyampaikan informasi bahwa dunia digital sama dengan dunia nyata dalam hal kita semua tetap harus mengikuti aturan. Terlebih sekarang hampir semua kegiatan i sudah beralih ke ranah online, khususnya belajar-mengajar.

Ia melanjutkan, ada beberapa tips agar menjadi terpelajar dalam berinteraksi di dunia maya, seperti selalu menggunakan bahasa, tata bahasa dan ejaan yang benar, menghargai karya orang lain, menghormati privasi orang lain, serta menghormati keberagaman dan opini yang berbeda.

“Tunjukkan selalu sisi terbaik setiap saat, seperti jujur, akurat, dan selalu cek ejaan penulisan, menulis dalam font hitam yang dapat dibaca, dan batasi penggunaan emoticon. Jangan lupa untuk bersikap sopan dengan cara menyapa orang lain dengan nama atau gelar yang sesuai, dan perhatikan nada suara,” ujar Novita.

Widi Dwinanda selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa waktu kosong menjadi berkah baginya karena ia dapat menantang dirinya dengan sesuatu yang baru dan mengisi waktu luang yang menghasilkan. Banyak karya seni yang sudah ia hasilkan, seperti lukisan dan mendekor beberapa barang yang dimiliki. Di masa pandemi ini banyak skill yang ia kembangkan dengan berbagai macam media.

Terkait dunia digital, ia berpendapat bahwa banyak informasi yang didapat dan dikembangkan untuk melakukan eksplorasi terhadap lebih banyak hal. Ia merasa banyak sekali ruang untuk berkarya yang  akhirnya terealisasi di masa pandemi ini, yang terbantu dengan teknologi digital.

Salah satu peserta bernama Manda bertanya, “Apakah e-learning yang kita gunakan saat pandemi bisa efektif? Sebelum pandemi adik saya sangat aktif di sekolah dan bahkan berprestasi. Namun, semenjak mulai belajar online dia menjadi kurang bersemangat dan fokusnya juga terbagi-bagi. Adakah cara untuk memaksimalkan belajar online agar tetap semangat dan termotivasi?”

Pertanyaan tersebut dijawab Ari Ujianto. “Banyak pihak terkait pembelajaran daring ini tidak siap, karena orangtua di samping gaptek juga jarang mendampingi anak–anaknya. Makanya penting supaya pengajar terdidik menjadi sosok yang penting bagi pembelajaran online, memiliki kecakapan teknologi digital, dan menerapkan metode yang menarik kemasan, misalnya jangan cuma verbal saja dan bisa lewat video audio visual. Jangan lupa bahwa dalam pembelajaran online perlu ada jeda waktu juga.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]