Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Literasi Digital untuk Pembangunan Inovasi Pendidikan”. Webinar yang digelar pada Selasa (29/6/2021) di Kabupaten Lebak itu diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Septyanto Galan Prakoso SIP MSc (dosen HI UNS), Dr Ayuning Budiati SIP MMPM (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa), Mikhail Gorbachev Dom (peneliti di Institut Humor Indonesia Kini) dan Yuli Setyowati (fasilitator Kaizen).
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Septyanto Galan membuka webinar dengan mengatakan, literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital dalam mencari, membuat, menggunakan, dan menyebarkan informasi.
Adapun beberapa manfaat literasi digital bagi anak, di antaranya meningkatkan peran layanan publik, sarana komunikasi, sumber informasi, pembelajaran jarak jauh, dan sarana untuk membangun kreativitas.
“Meski demikian, literasi digital harus tetap disertai dengan arahan dan pengawasan. Di sisi lain, pendidikan pada era digital meningkatkan potensi penggunaan media pembelajaran,” ujarnya.
Sementara itu, Mikhail Gorbachev mengatakan, banyak kasus yang terjadi di Indonesia terjerat oleh UU ITE Pasal 27 Ayat 1 yaitu memuat konten melanggar kesusilaan, misalnya pornografi.
Lalu sepanjang tahun 2019, ia menyebut bahwa terdapat 3.100 kasus dengan kasus terbesar terkait hoaks dan pencemaran nama baik. “Pelakunya bisa terkena Pasal 27 Ayat 3 terkat pencemaran nama baik. Lalu Pasal 28 Ayat 2 tentang menyiarkan kebencian, dan Pasal 29 tentang ancaman kekerasan,” tuturnya.
Dr Ayuning Budiati sebagai salah satu pembicara mengatakan, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil intervensi (penemuan baru) maupun discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan.
“Dalam dunia pendidikan, hati-hati dengan apa yang kau pikirkan dan rasakan karena itu akan menentukan ucapanmu. Hati-hati dengan apa yang kau ucapkan karena itu akan menentukan perilakumu, dan hati-hati dengan perilakumu karena itu akan menentukan masa depanmu,” paparnya.
Sebagai pembicara terakhir, Yuli Setiowati memaparkan, McAfee dalam laporan terbaru mereka bertajuk 2021 Consumer Security Mindset Report mengungkapkan, meskipun pola digital masyarakat Indonesia terbentuk karena pandemi, mereka akan tetap melakukan sebagian besar aktivitas secara online (megahub.id).
“Seiring dengan meningkatnya aktivitas digital, kita juga akan semakin rentan terhadap serangan kejahatan siber. Keamanan digital adalah kemampuan individu dalam mengenali, memolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Adapun langkah-langkah untuk agar aman berinternet adalah selalu log out jika akun login di perangkat lain, aktifkan pengaturan privasi ganda, jelajahi situs internet dan hapus history penelusuran online.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Anisya bertanya, “Bagaimana cara membangun budaya literasi digital bagi para siswa dan bagaimana membangun budaya literasi digital di sekolah yang terintegrasi dengan perpustakaan sekolah?”
Menjawab pertanyaan tersebut, Ayuning mengatakan bahwa untuk membudayakan sesuatu harus dimulai dari diri sendiri. “Untuk dijadikan suatu kebiasaan, bisa dengan menambahkan search engine dan sumber-sumber lainnya, seperti e-journal. Untuk mencapai Indonesia 4.0 dengan program multihelic, perlu adanya kolaborasi pemerintah, swasta, masyarakat, dan pihak akademisi untuk dapat mewujudkan pembangunan agar lebih baik lagi,” paparnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak.