Sebagai pengguna media digital, kita perlu ketahui bahwa media digital memiliki potensi informasi yang dapat memanipulasi penggunanya sendiri. Terkait itu, segala aktivitas yang terjadi di ruang digital dan menggunakan media digital memerlukan etika digital.

Etika digital merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini termasuk mengakses hal-hal yang baik dan bersifat tidak dilarang, menghormati keberadaan dan privasi orang lain, dan pada akhirnya akan berpengaruh pada pembentukan citra diri yang positif. Maka itu, penting bagi kita untuk kenali dan pahami keberadaan internet terkait kebutuhan, tanggung jawab, dan konsekuensi pula.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Stop di Kamu! Lawan Pelecehan Seksual di Media Digital”. Webinar yang digelar pada Senin (20/9/2021), pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Tauchid Komara Yuda, S.Sos., M.D.P. (Dosen Fisipol UGM & IAPA), Wulan Furrie, M.I.Kom. (Praktisi & Dosen Manajemen Komunikasi Institut STIAMI), Khuriyatul Husna, M.P.A. (Universitas Lancang Kuning & IAPA), Mutya Gustina, S.Pd, M.Pd. (Founder Ruang Perempuan), dan Kneysa Sastrawijaya (Business Owner) selaku narasumber.

Pelecehan

Dalam pemaparannya, Mutya Gustina, S.Pd, M.Pd. menyampaikan, “Pelecehan seksual merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual, dan tindakan seksual pun dapat terjadi lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan sasaran seksual atau seksualitas korban. Hal ini akan mengakibatkan korban merasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan dirinya.”

Perkembangan teknologi digital menyebabkan semakin tingginya tingkat pengguna internet, dan hal ini harus diimbangi dengan kecerdasan emosional digital yang terdiri dari empati digital, kesadaran dan manajemen diri, serta manajemen relasi. “Sebaiknya kita sebagai pengguna media digital menggunakan media sosial dengan bijak, dan bukan untuk melakukan pelecehan seksual. Selain itu, jika mendapatkan berita mengenai suatu kejadian terkait pelecehan seksual, sebaiknya kita stop untuk terlalu penasaran atau kepo dengan info mengenai korban,” tambahnya.

Kneysa Sastrawijaya selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, kurangnya cakap digital akan menyebabkan kurangnya minat membaca. Selain itu, banyak sekali pelecehan seksual yang ada di dunia virtual, dan kekerasannya tidak hanya dalam bentuk foto atau video. Ia pun bercerita bahwa ketika mempromosikan sebuah produk, tetap saja ada pelecehan seksual yang diarahkan kepadanya; kadang bisa melalui DM (direct message) ataupun komentar di media sosial. Kalau belum kebal, hal itu bisa membuat mental menjadi drop dan bahkan bisa membuatnya depresi.

Oleh karena itu, lanjutnya, mari untuk tidak mencela ketidaksempurnaan orang lain dan stop berkomentar yang menyakiti orang lain. Kita sebagai pengguna media digital juga aware terhadap diri sendiri agar kita sendiri juga tidak mendapatkan dan melakukan hal seperti itu. Ia berharap dengan mengikuti program literasi digital ini akan menjadikan perilaku para pengguna media digital Indonesia menjadi lebih baik, dan mendorong mereka untuk menjadi diri sendiri.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Muhammad Refaldi Reza menyampaikan pertanyaan, “Upaya apa saja yang bisa dilakukan kita sebagai pelajar buat ikut menumpas pelecehan online?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Tauchid Komara Yuda, S.Sos., M.D.P. “Hal yang dapat kita lakukan adalah dengan mengikuti organisasi, misalnya OSIS, dan membuat poster-poster dan ditempelkan di kelas-kelas. Hal tersebut bertujuan untuk mengingatkan dan menanamkan pemahaman kepada sesama teman pelajar mengenai apa saja yang tidak boleh dilakukan terkait pelecehan online.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.