Di dunia digital ini, banyak sekali konten negatif yang bertebaran, seperti ujaran kebencian yang mengungkapkan kebencian terhadap sekelompok tertentu. Ada juga hoax yang merupakan berita bohong atau berita tidak bersumber. Hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Dalam beberapa kasus, hoax juga digunakan sebagai media untuk adu domba, menyebar fitnah, mencemarkan nama baik, membuat kepanikan serta menjatuhkan orang atau golongan tertentu. Dalam survei Katadata Insight Center, sebanyak 11,2 persen dari total responden pernah menyebarkan hoax. Dari jumlah itu, lebih dari setengah responden merasa hanya meneruskan berita yang tersebar tanpa mencari tahu kebenarannya. Fakta itu menunjukkan bahwa masih diperlukan literasi digital dalam memerangi penyebaran hoaks di dunia digital.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Paham Digital, Jebakan Batman Hilang”. Webinar yang digelar pada Selasa, 9 November 2021, pukul 09.00-11.30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Amni Zarkasyi Rahman, SAP, MSi (Dosen Pengajar Universitas Diponegoro), Dr Bambang Kusbandrijo, MS (Dosen Untag Surabaya dan Pengurus DPP IAPA), Olivia Lewi, MA (Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta), Erista Septianingsih (Kaizen Room), dan Dede Fajar Kurniawan (Digital Marketing Strategist & Artist Manager) selaku narasumber. 

Dalam pemaparannya, Dr Bambang Kusbandrijo, MS menyampaikan informasi penting bahwa jebakan-jebakan digital adalah usaha yang dilakukan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk memanfaatkan pengguna ruang digital sehingga mendapatkan keuntungan material maupun nonmaterial di atas kerugian orang lain. Jebakan batman itu nyata, merupakan relitas yang ada di dunia digital. Bentuk jebakan batman dapat berupa situs palsu atau bodong menyerupai situs asli untuk mencuri data pengguna, penurunan platform atau lembaga tertentu, tawaran barang murah dan mudah, serta artikel berita atau informasi dengan judul yang sensasional. Para penipu umumnya menggunakan iming-iming yang sangat bombastis yang hampir seluruhnya merupakan scam. Hasil survei literasi digital bersama Siberkreasi dan Katadata pada 2020 menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada anak 3,47 dari skala 1 hingga 4. Hal itu menunjukkan indeks literasi digital kita masih di bawah tingkatan baik. Untuk menghindari jebakan-jebakan di media digital, kita harus berliterasi digital yang tidak hanya mampu mengoperasikan bebagai perangkat digital, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab dan mengoptimalkan penggunaannya.

Dede Fajar Kurniawan selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa banyak dari kita yang tertipu dan terjebak dengan jebakan batman berupa hoaks. Dunia digital saat lebih banyak dampak positif. Banyak orang yang dapat mengembangkan potensinya dan menjadi selebgram atau content creator sebagai mata pencarian baru, Untuk dampak negatifnya sendiri sekarang lebih banyaknya penipuan online; kalau hoax kita bisa melewatinya, tetapi untuk penipuan online ini agak sulit. Solusinya agar tidak terkena hack adalah selalu perhatikan URL, dan sebelum melakukan sesuatu pastikan data itu valid; kalau tidak yakin pastikan tidak menyebarkan ke pihak lain. Jangan sampai karena kita tidak suka dengan seseorang, kita jadi berkomentar negatif dan kena pidana. Terkait itu, ia ingatkan bahwa jejak digital mudah sekali untuk dilihat; tinggal search di Google saja nama kita.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama A Budi Hutomo menyampaikan pertanyaan “Terkait penyebaran hoaks, itu sangat sering saya jumpai di platform Twitter. Seringkali itu hanya merupakan kata-kata tanpa bukti, namun banyak sekali masyarakat luas yang percaya, dan balasan netizen makin menggiring opini khalayak ramai. Menurut saya platform tersebut sangat membahayakan. Ada suatu kali dikarenakan kebencian terhadap satu pihak, saya menyebarkan kata-kata hoaks, dan itu menjadi viral karena banyak orang mempercayainya. Baru saya tahu kemudian bahwa itu adalah ‘misinformasi’, dan saya berusaha memperbaikinya namun damage sudah terjadi. Kira-kira bagaimanakah kita memperbaiki misinformasi yang sudah tersebar?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Olivia Lewi, MA, bahwa ketika hoaks sudah tersebar itu bahaya, dan memang agak sulit untuk kita bisa memonitor seberapa jauh hoax ini ada, dan yang mungkin bisa dilakukan itu kembali ke kita sendiri. Ketika kita memperoleh informasi sebaiknya pikir dulu sebelum retweet, repost, atau comment, Kita coba saling sendiri dulu kata-kata kita, misalnya apakah mengandung SARA. Jadi kuncinya ada di diri masing-masing.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.