Masalah utama pembuat konten di Indonesia adalah banyak content creator terbesar di negara ini banyak yang sudah pensiun atau tidak membuat konten lagi. Lalu, ada pula persaingan antara para pembuat konten. Hal ini juga membuat netizen Indonesia dikenal dengan tidak sopan dan senang untuk berbicara dengan nada negatif. Digitalisasi telah merevolusi sendi-sendi kehidupan manusia, dengan berbagai platform media digital yang memudahkan keseharian kita di berbagai bidang, termasuk dalam berbudaya. Terkait dengan itu, pentingnya kita memahami literasi budaya, yaitu kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari budaya itu sendiri. Produk dari transformasi semoga membawa hal-hal positif dan berguna karena hal tersebut merupakan tindakan nyata dari perkembangan akal atau pikiran manusia. Pemikiran positif akan menghasilkan aksi yang positif, dan jika dilakukan secara terus menerus akan menciptakan budaya baru yang sepositif mungkin.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Konten Positif yang Siap Viral”. Webinar yang digelar pada Selasa, 9 November 2021, pukul 09.00-11.30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Mohammad Adnan (CEO Viewture Creative Solution), Novita Sari (Aktivis Kepemudaan Lintas Iman), Alviko Ibnugroho, SE, MM (Financologist, Motivator Keuangan dan Kejiwaan Keluarga & IAPA), Roza Nabila (Kaizen Room), dan Gloria Vincentia (Putra Putri Batik Nusantara 2018) selaku narasumber. 

Dalam pemaparannya, Alviko Ibnugroho, SE, MM menyampaikan informasi penting bahwa dalam berkarya yang mengandung nilai positif, dapat dimulai dengan mencari tema di sekitar kita, lalu buat kerangka dasar tulisan penulisan mengenai konten, dan tulis semua gagasan atau cerita yang ingin disampaikan. Dalam mencapai nilai yang kreatif, kita dapat membahas topik yang unik, memiliki visual yang berkualitas dalam storytelling, dan juga harus bersifat interaktif. Lima cara menjadi netizen Indonesia yang cerdas di mata dunia adalah dengan membuat konten media sosial yang bisa menjangkau semua orang, membuat konten yang membahas topik lengkap, menampilkan konten dengan konsep baru atau inovasi, memfokuskan pada pasar yang dibidik, dan memfokuskan pada pasar yang dibidik dengan mengangkat nama besar bangsa Indonesia dan budayanya.

Gloria Vincentia selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa konten positif kini dapat menjadi hasil pemasukan, walaupun terdapat pula dampak negatif yang tidak terlepas satu dengan lainnya seperti dua sisi koin. Netizen pasif pun harus sadar untuk ikut berpartisipasi menjaga ruang digital yang aman dari dampak-dampak negatif, tidak hanya scrolling saja dan bahkan hingga ikut berkomentar negatif. Pengalaman positif yang bisa disampaikan adalah untuk menjadikan media sosial sebagai branding yang menunjukkan versi diri sebaik mungkin sampai dunia tahu dan juga untuk mencari uang. Banyak yang ingin menjadi viral untuk mendapatkan keuntungan materil tanpa pemikiran jangka panjang, tetapi ia ingatkan bahwa dalam menjadi warga negara Indonesia kita harus bertanggung jawab tidak hanya di dunia nyata tapi juga di dunia digital. Pikirkan dampak yang dapat diberikan kepada orang lain dan lama-kelamaan followers dan uang akan datang juga.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Athiyya Nuri Sholeha menyampaikan pertanyaan “Salah satu tren pekerjaan saat ini adalah ‘digital content freelancers’ atau pekerja lepas konten digital. Pekerjaan ini bisa sebagai seorang content creator, blogger, Youtuber dan lainnya. Untuk bisa memanfaatkan peluang ini dengan baik, diperlukan kemampuan seperti dapat membuat perencanaan konten maupun menulis, melakukan riset hingga mampu berkomunikasi dengan baik. Pertanyaannya, bagaimana cara kita menentukan sebuah konsep pada suatu konten agar memperoleh minat orang lain untuk melihat dan mengapresiasi konten?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Mohammad Adnan, bahwa untuk membentuk suatu konsep atas konten dapat melalui riset, serta memiliki komunikasi yang baik. Pada dasarnya konten merupakan jembatan antara content creator dengan audiens yang dibentuk oleh algoritma. Jika masih belum berhasil untuk menemukan audiens yang cocok, maka content creator harus terus melakukan riset lebih dalam lagi dan terus mencoba sehingga semakin lama kita akan semakin berkembang ke arah yang lebih positif.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.